Wednesday, January 29, 2020

KISAH NABI MUHAMMAD SAW - Perang Melawan Bani Quraidzah

Perang Bani Quraidzah adalah perang yang terjadi langsung setelah berakhirnya Perang Ahzab (Perang Khandaq/Parit, perang antara kaum Muslimin melawan gabungan Quraisy, Ghathafan, dan para sekutu). Perang ini terjadi pada bulan Dzulqa’idah tahun 5 Hijriah. Sehari setelah Nabi Muhammad tiba di Madinah (setelah dari Perang Ahzab) ketika waktu Dzuhur, beliau ditemui malaikat Jibril pada saat akan mandi di rumah Ummu Salamah. Jibril berkata, “Apakah kamu sudah meletakkan senjata? Sesungguhnya para malaikat belum meletakkan senjata mereka dan saya tak akan kembali sebelum menyerbu suatu kaum. Maka, engkau dan para sahabatmu harus berangkat menuju Bani Quraidzah. Saya akan berjalan di depanmu untuk mengguncangkan benteng-benteng mereka dan menebarkan ketakutan di dada mereka.”

Setelah, Jibril beserta pasukan malaikat berangkat terlebih dahulu. Memang, Allah SWT telah menyelamatkan kaum Muslimin dari keadaan sulit sebelumnya. Namun, pihak Yahudi Bani Quraidzah tetap menjadi ancaman serius karena pengkhianatan mereka seperti pada perang Ahzab dapat terulang lagi. Pengkhianatan mereka terhadap Rasulullah yang saat perang parit sangat membutuhkan bantuan memang benar-benar keterlaluan. Bani Quraidzah telah merusak perjanjian yang telah disepakati agar saling membantu saat salah satu pihak diserang. Saat perang Ahzab, Bani Quraidzah tidak mau memberi bantuan kepada kaum Muslimin.

Rasulullah memerintahkan seseorang untuk mengumumkan kepada kaum Muslimin untuk berangkat ke tempat Bani Quraidzah dan berpesan agar mereka tidak melakukan shalat Ashar kecuali di pemukiman Bani Quraidzah. Abdullah bin Ummi Maktum ditugaskan untuk menjaga kota Madinah dan Ali bin Abi Thalib ditugaskan untuk membawa bendera perang.

Rasulullah beserta pasukan beliau segera berangkat bersama-sama. Dengan rasa percaya diri dan tekad menegakkan kebenaran, pasukan Muslimin yakin memperoleh kemenangan. Meskipun Bani Quraidzah memiliki benteng-benteng perlindungan yang kokoh, pasti tidak akan lama melindungi mereka.

Para sahabat yang masih berada di Madinah juga segera menyusul Rasulullah agar dapat shalat Ashar di tempat Bani Quraidzah. Sebelum sampai di tempat, waktu shalat Ashar telah tiba. Sebagian sahabat memilih untuk terus melanjutkan perjalanan agar dapat shalat di tempat yang dimaksud dalam pesan Rasulullah. Sementara sebagian lagi berpendapat  bahwa yang dimaksud Rasulullah adalah untuk segera berangkat tanpa menunggu hal lain. Meskipun ada perbedaan pendapat, mereka tidak terpecah dan persatuan tetap kokoh.

Rombongan demi rombongan pasukan Muslimin berangkat menuju Bani Quraidzah dengan jumlah seluruhnya 3000 orang. Sampai di sana, mereka melakukan pengepungan terhadap pemukiman itu. Sempat terjadi beberapa bentrokan dengan saling melontarkan anak panah dan batu. Bani Quraidzah sama sekali tidak keluar dari perlindungan mereka. Sebenarnya, Bani Quraidzah mampu bertahan baik dalam waktu lama karena kuatnya benteng mereka dan persediaan bahan makanan dan minuman yang cukup. Sedangkan pasukan Muslimin di luar harus merasakan dinginnya udara tanpa perlindungan memadai dan juga lapar yang sangat. Namun, peperangan ini adalah tentang ‘betah-betahan’ dan karena Bani Quraidzah ternyata takut terhadap kekuatan kaum Muslimin, mereka menyerah dan pasrah terhadap keputusan Rasulullah. Pengepungan terhadap Bani Quraidzah ini telah berlangsung selama 25 hari.

Kaum Anshar menghadap Rasulullah untuk meminta keringanan hukuman terhadap Bani Quraidzah karena hubungan baik yang telah dijalin oleh mereka. Sebelumnya, Bani Quraidzah sempat ditawarkan untuk masuk Islam, namun mereka menolak. Rasulullah mengambil sikap bijaksana dengan memerintahkan Sa’ad bin Mu’adz, sahabat dari kaum Anshar, untuk menetapkan hukuman bagi Bani Quraidzah. Sa’ad bin Mu’adz memutuskan untuk memberikan hukuman mati kepada setiap laki-laki dewasa dari Bani Quraidzah, menawan kaum wanitan dan anak-anaknya, dan harta-harta mereka dibagi-bagikan. Rasulullah menanggapi keputusan tersebut, “Engkau telah menetapkan hukum Allah dari atas tujuh lapis langit.”

Eksekusi hukuman mati dilaksanakan dengan memenggal kepada orang dewasa Bani Quraidzah yang berjumlah antara 600-700 orang, termasuk tokoh Yahudi Bani Nadhir, Huyayy bin Akhtab, bapak dari Shafiah, perempuan yang kelak menjadi istri Rasulullah yang saat itu juga berlindung di benteng Bani Quraidzah. Eksekusi hukuman mati dilakukan di parit-parit yang telah digali dan di sana juga mereka dikuburkan. Hukuman yang tampak sangat keras ini sebenarnya memang layak bagi Bani Quraidzah karena pengkhianatan mereka. Terlebih setelah benteng mereka diperiksa oleh pasukan Muslimin, ditemukan perlengkapan perang yang sangat banyak dan lengkap. Tentu dapat diduga bahwa Bani Quraidzah hendak merencanakan sesuatu yang besar dan buruk terhadap kaum Muslimin. Mereka memang layak dicap sebagai kelompok penjahat perang yang harus menerima hukuman mati.

Menurut riwayat, ada empat orang pihak Yahudi yang masuk Islam sehingga terhindar dari hukuman mati. Pada dasarnya, Huyayy bin Akhtab adalah penyebab kematian orang-orang Bani Quraidzah, karena dia yang menghasut Bani Quraidzah agar mengkhianati pasukan Muslimin saat Perang Ahzab. Pada akhirnya, Huyayy dari suku Yahudi Bani Nadhir juga ikut menerima hukuman. Serbuan Ahzab dan hukuman mati bagi Bani Quraidzah telah membuktikan kekuatan kaum Muslimin. Dan jalan untuk menjalankan perintah Allah SWT masih terus berlanjut.


Referensi:

·         Mubarakfuri, Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah. Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·         Haekal, Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad



No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts