Sunday, February 2, 2020

KISAH NABI MUHAMMAD SAW - Perang Bani Musthaliq serta Kisah Berita Dusta (Haditsul Ifki)

Perang Bani Musthaliq terjadi pada bulan Sya’ban tahun 6 Hijriah. Meskipun perang ini bukanlah perang besar dari segi militer, namun terdapat pelajaran bagi kaum Muslimin agar mengetahui sikap-sikap kaum munafik yang di dalam hatinya tidak suka dengan kaum Muslimin. Mereka selalu berupaya untuk menggerogoti kekuatan kaum Muslimin dari dalam seperti dalam peristiwa dusta yang terjadi setelah perang ini. Persoalan yang dihadapi adalah tentang iman dan kekuatan hati.

Awalnya, Nabi Muhammad menerima kabar bahwa pemimpin Bani Musthaliq, Al Harits bin Abu Dhiror bersama pengikutnya berencana untuk menyerang beliau. Nabi Muhammad juga telah yakin akan kebenaran kabar itu setelah mengutus mata-mata. Maka beliau bersama pasukan Muslimin berangkat menuju tempat Bani Musthaliq. Pasukan Muslimin sempat menangkap dan membunuh mata-mata yang dikirim Harits bin Dhiror yang hendak mengumpulkan informasi pasukan Muslimin. Pihak Bani Musthaliq menjadi sangat ketakutan  dan kekuatan mereka runtuh ketika mendengar kabar terbunuhnya mata-mata mereka.

 Ketika pasukan Muslimin sampai di perkampungan Bani Musthaliq, mereka berhasil mengalahkan musuh dan menawan kaum wanita beserta anak-anak. Dari pihak Muslimin hanya ada satu orang yang terbunuh yang konon bernama Hisyam bin Shubaba yang dibunuh oleh salah seorang dari kaum Anshar, itu pun karena dikira musuh oleh temannya sendiri. Bani Musthaliq akhirnya menyerah di bawah gempuran kaum Muslimin. Putri pemimpin Bani Musthaliq, Juwairiah binti Al Harits, adalah salah satu dari sekian tawanan. Lalu, perempuan itu dimerdekakan dan dinikahi Rasulullah sehingga budak-budak tawanan yang masuk Islam dapat dimerdekakan dari kaum Muslimin dan mereka disebut Besan Rasulullah.

Setelah perang usai, kaum munafik sempat memprovokasi kaum Muslimin dengan mendengungkan semangat kesukuan. Sempat terjadi bentrokan kecil antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin dan mereka masing-masing minta bantuan kelompoknya. Untungnya, Rasulullah segera melarang sikap itu yang disebut sebagai seruan-seruan jahiliah. Pentolan kaum munafik adalah Abdullah bin Ubay bin Salul yang sengaja memancing konflik ini agar kaum Anshar merasa emosi dan melakukan pembalasan terhadap kaum Muhajirin jika sampai di Madinah. Peristiwa ini dijelaskan oleh Allah SWT dalam surat Al Munafiqun ayat 7-8.

هُمُ ٱلَّذِينَ يَقُولُونَ لَا تُنفِقُواْ عَلَىٰ مَنۡ عِندَ رَسُولِ ٱللَّهِ حَتَّىٰ يَنفَضُّواْۗ وَلِلَّهِ خَزَآئِنُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ لَا يَفۡقَهُونَ  ٧ يَقُولُونَ لَئِن رَّجَعۡنَآ إِلَى ٱلۡمَدِينَةِ لَيُخۡرِجَنَّ ٱلۡأَعَزُّ مِنۡهَا ٱلۡأَذَلَّۚ وَلِلَّهِ ٱلۡعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَٰكِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ لَا يَعۡلَمُونَ  ٨

7.  Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar): "Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada disisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah)". Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami.
8.  Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya". Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.

Umar bin Khattab yang mengetahui kabar itu meminta Abbad bin Yasir untuk membunuh Abdullah bin Ubay, namun dilarang Rasulullah agar tidak timbul fitnah bahwa Rasulullah dianggap membunuh kawannya sendiri. Putra Abdullah bin Ubay, Abdullah bin Abdullah bin Ubay bin Salul adalah seorang muslim yang sholeh. Dia tidak suka dengan sikap ayahnya. Saat pasukan Muslimin tiba di pintu masuk Madinah, dia berdiri di depan pintu. Saat ayahnya hendak masuk, dia mencegahnya sebelum mendapat izin dari Rasulullah. Ayahnya baru bisa masuk Madinah setelah mendapat izin dari Rasulullah. Dia juga sempat berkata kepada Rasulullah bahwa dia siap membunuh ayahnya jika diperintahkan oleh Rasulullah.

Setelah ini, terjadilah peristiwa Haditsul Ifki yang membuat hubungan antara Rasulullah dengan Aisyah sempat memburuk. Setiap akan bepergian atau berperang, Rasulullah melakukan undian untuk memilih salah satu isteri beliau yang ikut menemani. Aisyah adalah istri yang terpilih untuk ikut bepergian dalam Perang Bani Musthaliq. Ketika kaum Muslimin hendak pulang dari peperangan, mereka beristirahat di suatu tempat. Aisyah pun keluar dari haudaj (tandu tertutup yang diletakkan di atas unta yang umumnya digunakan oleh wanita saat perjalanan) untuk buang hajat. Saat akan kembali, Aisyah menyadari bahwa kalung yang dipinjam dari saudaranya tidak ada. Maka, dia kembali ke tempat buang hajat tadi untuk mencarinya.

Saat itu, rombongan melanjutkan perjalanan pulang ke Madinah. Orang-orang yang membawa tandu Aisyah tidak sadar bahwa di dalamnya tidak Aisyah karena banyaknya orang yang membawa sehingga terasa ringan. Terlebih Aisyah memiliki badan yang ramping dan masih muda.

Aisyah sudah menemukan kalung tersebut. Saat sampai di tempat istirahat tadi, ternyata sudah tidak ada orang. Akhirnya beliau menunggu sambil mengharap mereka kembali jika mereka sadar bahwa beliau tertinggal. Aisyah terus menunggu dan tertidur. Beruntungnya, masih ada seorang Muslim yang tertinggal dari rombongan. Dia adalah Shofwan bin Mu’aththol. Dia terkejut melihat Aisyah yang hanya seorang diri, “Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un, Isteri Rasulullah SAW!?”

Aisyah terbangun. Shofwan segera menundukkan hewan tunggangan agar dinaiki oleh Aisyah. Lalu Shofwan menuntun hewan yang ditunggangi Aisyah hingga tiba di Madinah saat siang hari. Pemandangan ini menjadi bahan pembicaraan di kalangan penduduk Madinah. Para tokoh munafik menyebarkan berita bohong bahwa Aisyah telah berbuat menyimpang dengan Shofwan. Akhirnya kabar dusta itu tersebar ke seluruh kota Madinah, bahkan banyak sejumlah muslimin yang percaya fitnah itu. Sebenarnya tidak perlu hal semacam itu menjadi buah bibir, bahkan menjadi fitnah. Kedua orang tersebut tiba di Madinah di hadapan banyak orang dengan terlihat jelas, bahkan siang hari. Keduanya tidak tertinggal jauh di belakang pasukan Muslimin sehingga tak perlu menjadi prasangka. Secara psikologis, orang-orang yang berbuat menyimpang akan berusaha menyembunyikan perbuatannya agar tidak diketahui orang lain, tentu berbeda dengan peristiwa ini. Wajah kedua orang itu yang tampak berseri-seri tanpa ada keanehan tentunya tidak berpengaruh buruk bagi warga Madinah. Namun, kebencian kaum munafik membuat kabar bohong rekaan mereka terus menyebar.

Mendengar kabar itu, Rasulullah menjadi diam. Beliau memanggil para sahabat untuk dimintai pendapat. Ali bin Abi Thalib secara kiasan menyarankan agar Aisyah dicerai saja, sementara Usamah dan beberapa orang lainnya menyarankan agar tetap mempertahankan Aisyah dan jangan terpengaruh fitnah musuh. Di lain sisi, Aisyah mengalami sakit selama sebulan sejak tiba di Madinah sehingga tidak tahu kabar fitnah yang beredar itu, hanya saja Rasulullah tidak menemuinya selama itu sehingga Aisyah tidak merasakan perhatian Rasulullah yang selalu dirasakan Aisyah termasuk ketika sakit. Aisyah akhirnya tahu kabar fitnah itu setelah diberitahu Ummu Misthah. Maka, Aisyah mendatangi Rasulullah dan mohon izin untuk pulang ke rumah kedua orang tuanya. Aisyah terus menangis selama dua malam dan matanya tak bisa terpejam.

Namun kesedihan dan fitnah akhirnya berakhir karena Rasulullah memperoleh wahyu dari Allah SWT bahwa Aisyah terbebas dari tuduhan-tuduhan tersebut.

Surat An-Nur ayat 11-19:

إِنَّ ٱلَّذِينَ جَآءُو بِٱلۡإِفۡكِ عُصۡبَةٞ مِّنكُمۡۚ لَا تَحۡسَبُوهُ شَرّٗا لَّكُمۖ بَلۡ هُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۚ لِكُلِّ ٱمۡرِيٕٖ مِّنۡهُم مَّا ٱكۡتَسَبَ مِنَ ٱلۡإِثۡمِۚ وَٱلَّذِي تَوَلَّىٰ كِبۡرَهُۥ مِنۡهُمۡ لَهُۥ عَذَابٌ عَظِيمٞ  ١١ لَّوۡلَآ إِذۡ سَمِعۡتُمُوهُ ظَنَّ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتُ بِأَنفُسِهِمۡ خَيۡرٗا وَقَالُواْ هَٰذَآ إِفۡكٞ مُّبِينٞ  ١٢ لَّوۡلَا جَآءُو عَلَيۡهِ بِأَرۡبَعَةِ شُهَدَآءَۚ فَإِذۡ لَمۡ يَأۡتُواْ بِٱلشُّهَدَآءِ فَأُوْلَٰٓئِكَ عِندَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلۡكَٰذِبُونَ  ١٣ وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِ لَمَسَّكُمۡ فِي مَآ أَفَضۡتُمۡ فِيهِ عَذَابٌ عَظِيمٌ  ١٤ إِذۡ تَلَقَّوۡنَهُۥ بِأَلۡسِنَتِكُمۡ وَتَقُولُونَ بِأَفۡوَاهِكُم مَّا لَيۡسَ لَكُم بِهِۦ عِلۡمٞ وَتَحۡسَبُونَهُۥ هَيِّنٗا وَهُوَ عِندَ ٱللَّهِ عَظِيمٞ  ١٥ وَلَوۡلَآ إِذۡ سَمِعۡتُمُوهُ قُلۡتُم مَّا يَكُونُ لَنَآ أَن نَّتَكَلَّمَ بِهَٰذَا سُبۡحَٰنَكَ هَٰذَا بُهۡتَٰنٌ عَظِيمٞ  ١٦ يَعِظُكُمُ ٱللَّهُ أَن تَعُودُواْ لِمِثۡلِهِۦٓ أَبَدًا إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ  ١٧ وَيُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمُ ٱلۡأٓيَٰتِۚ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ  ١٨ إِنَّ ٱلَّذِينَ يُحِبُّونَ أَن تَشِيعَ ٱلۡفَٰحِشَةُ فِي ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ  ١٩

11.  Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.
12.  Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohon itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata".
13.  Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Olah karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta.
14.  Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu.
15.  (Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.
16.  Dan mengapa kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu: "Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar".
17.  Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman.
18.  dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
19.  Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.

Rasulullah merasa gembira mengetahui kebenaran tersebut dan segera mengabarkan hal itu kepada Aisyah. Rasa suram selama sebulan akhirnya berlalu. Keluarga Rasulullah berhasil melewati fitnah dan kehinaan yang dilontarka oleh kaum munafik terutama oleh Abdullah bin Ubay yang semakin tidak dipercayai oleh masyarakatnya sendiri. Rasulullah melaksanakan hukum cambuk sebanyak 80 kali kepada beberapa orang sahabat yang turut menyebarkan kabar bohong itu karena menuduh perbuatan zina tanpa adanya konfirmasi dan bukti yang jelas, di antara dari mereka adalah Misthah bin Utsasah, Hassan bin Tsabit, dan Hamnah binti Jahsy.
Aisyah pun kembali ke kehidupan rumah tangga semula bersama Rasulullah. Berakhirlah peristiwa itu tanpa meninggalkan bekas di kota Madinah. Rasulullah dapat kembali mengabdikan diri dalam mengajarkan agama Islam.




Referensi:
·         Mubarakfuri, Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah. Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·         Haekal, Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.

No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts