Sunday, February 23, 2020

Cerpen Lain Cangkir Nasionalisme



Angin malam berembus dari lereng Gunung Gamalama menuju pesisir pantai Pulau Ternate. Langit malam begitu bersih tanpa awan sehingga bintang-bintang tampak berkelip-kelip. Saat itu sedang fase bulan baru sehingga pemandangan kota Ternate menjadi gelap jika saja tak ada penerangan dari lampu-lampu jalan dan lampu-lampu dari bangunan-bangunan. Suasana itulah yang dirasakan Encer Kartoredjo dan Hawa Kusumadaya saat berjalan di trotoar jalan setelah makan malam dan melakukan sembahyang di suatu restoran. Keduanya sedang menuju rumah seorang profesor kenalan mereka yang bernama Profesor Bahruddin karena diundang untuk melihat dan mencoba suatu permainan yang dibuat Profesor. Saat keduanya sedang berbincang mengenai pemandangan kota Ternate, tiba-tiba muncul garis bercahaya di langit malam yang terpantul di mata mereka. Itu adalah meteor jatuh.
“Wah, lihat itu, Encer! Ada bintang jatuh! Aku ingin membuat permohonan!” seru Hawa sambil tersenyum kagum. Hawa adalah teman Detektif Encer sejak SMA yang kini merupakan seorang mahasiswa jurusan sejarah semester kelima di suatu universitas di Solo.
“Sungguh indah pemandangan ciptaan Allah! Kalau tentang permohonan, kamu tak perlu menunggu bintang jatuh. Cukup berdoa dan berusaha. Serahkan segala sesuatu kepada Allah. Maka, kau akan menikmati hasilnya.” ujar detektif mahasiswa jurusan arsitektur semester kelima di universitas yang sama itu.
Garis putih di langit itu terus bergerak hingga menghilang di suatu titik di cakrawala. Encer berucap, “Itu meteor jatuh. Mungkin serpihan dari benda-benda antariksa memasuki atmosfer dan terbakar habis sebelum sempat mencapai permukaan Bumi.”
“Untung saja ada atmosfer sebagai pelindung Bumi, ya?” ucap Hawa.
Beberapa puluh meter kemudian, keduanya sampai di depan sebuah rumah besar berlantai dua dan dikelilingi pagar tembok yang tinggi. Di samping gerbang yang tertutup ada sebuah kamera berjarak dua meter dari tanah dan ada beberapa tombol di bawahnya. Lalu, Encer menekan tombol untuk menghubungi orang di dalamnya.
Assalamu’alaikum! Kami berdua adalah Encer dan Hawa. Kami diundang oleh Profesor untuk bertemu pada malam ini.”
Seorang laki-laki menjawab melalui speaker, “Wa’alaikumsalam. Saya adalah penjaga rumah ini. Kalian memang sudah ditunggu Profesor malam ini. Silakan masuk!”
Tiba-tiba, kedua pintu gerbang terbuka sendiri dengan cara bergeser ke samping. Keduanya diajak masuk oleh seorang laki-laki berkumis di dalamnya. Dia memperkenalkan diri sebagai penanggung jawab urusan rumah Profesor. Lalu, mereka berdua memasuki halaman rumah Profesor yang cukup luas. Laki-laki berkumis itu mengantar keduanya sampai ke dalam ruang tamu rumah itu. Profesor Bahruddin sudah duduk sambil menunggu di sebuah kursi berukir indah. Lalu, keduanya berjabat tangan dengan Profesor dan dipersilakan duduk. Profesor Bahruddin adalah dokter spesialis saraf berdarah Papua yang menjadi guru besar di suatu universitas di Ambon. Mereka bertiga berbincang-bincang hangat mengenai hal-hal yang ringan sebelum hal yang utama dikatakan oleh Profesor.
“Nak Encer dan Nak Hawa! Saya mengundang kalian ke sini untuk menguji alat permainan komputer yang baru-baru ini saya buat bersama asisten saya. Permainan komputer ini adalah permainan canggih yang dapat terhubung ke saraf manusia sehingga pemain seperti dapat merasakan efek dan suasana secara sungguhan. Selain kalian, telah ada dua orang yang datang lebih dahulu. Mari, saya antar kalian ke laboratorium!” ujar Profesor.
Maka, kedua muda-mudi itu mengikuti langkah Profesor melewati beberapa ruangan hingga sampai di suatu laboratorium yang cukup luas yang masih berada di lantai satu. Di situ ada seorang laki-laki muda yang mungkin sedikit lebih tua dari Encer dan Hawa. Laki-laki itu berwajah seperti orang Eropa dengan rambut hitam. Selain itu, terlihat beberapa layar komputer dengan susunan tombol-tombol yang rapi di depannya. Yang lebih aneh, terlihat ada empat buah kapsul seukuran pintu ruangan sehingga orang dapat berbaring di dalamnya.
Laki-laki berwajah Eropa itu mengenalkan diri setelah berjabat tangan dengan Encer dan Hawa, “Selamat datang, Encer dan Hawa! Nama saya Stanley Niel. Saya berasal dari negara Blu (nama negara samaran) di Eropa. Saya adalah asisten Profesor Bahruddin yang kini menempuh pendidikan magister ilmu komputer di Universitas Nasional Blu. Saya di Indonesia untuk melengkapi tugas kuliah saya di bidang komputer. Saya menguasai tujuh bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Saya juga suka pergi ke Bali, Lombok, dan Labuan Bajo.”
Lalu, ada dua orang yang masuk ke laboratorium dengan mengatakan bahwa mereka baru saja dari kamar mandi. Itulah kedua orang yang dimaksud Profesor. Kedua laki-laki itu tampak seumuran dengan Encer dan Hawa. Encer dan Hawa berkenalan dengan mereka.
“Nama saya Satria Balansoa Ambat. Saya taruna Akmil tahun ketiga yang diundang ke sini.” kata pemuda berambut pendek dan bertubuh tinggi besar itu dengan tegas.
Lalu, pemuda lain berambut sedikit ikal berkata dengan nada santai namun jelas, “Saya Hiro Daniel. Saya mahasiswa jurusan hukum tata negara semester kelima.”
Profesor menjelaskan bahwa Hiro adalah putra Duta Besar Tropika (nama negara samaran yang dekat Indonesia) untuk Indonesia. Sedangkan Satria adalah putra Duta Besar Indonesia untuk Tropika. Hiro adalah mahasiswa di universitas terbaik di Tropika. Dia mendalami ilmu hukum karena ingin menegakkan dan memperkuat hukum di negaranya. Menurutnya, Tropika mengalami masalah hukum yang parah seperti kasus korupsi dan pelanggaran HAM sehingga negaranya masih belum maju. Sedangkan Satria adalah seorang taruna Akmil yang selalu masuk peringkat lima besar. Dia ingin mengabdi kepada negara dengan cara menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI.
Sambil duduk di depan layar komputer yang paling besar, Profesor berkata, “Mesin besar yang kalian lihat ini bernama Statnia, juga merupakan nama permainan ini. Inti permainan ini adalah bahwa kalian akan memimpin suatu negara dan berusaha untuk mencapai tujuan negara tersebut. Kalian akan punya peran masing-masing dalam uji coba ini. Kalian akan masuk ke dalam kapsul yang telah disediakan dan saraf kalian akan terhubung ke komputer sehingga permainan akan terasa nyata. Tenang saja, saya sudah menguji permainan ini kepada para pegawai saya dan dijamin aman. Waktunya cukup malam ini saja”.
Profesor menjelaskan bahwa dia ingin menciptakan simulasi penyelenggaraan negara agar generasi muda bisa memimpin bangsa dengan baik, tidak seperti para pejabat sekarang yang sudah mengalami banyak kasus. Tanpa ragu, keempat muda-mudi itu masuk ke dalam tiap-tiap kapsul. Encer pun berbaring di dalamnya dengan mengucapkan kalimat bismillah. Keempat kapsul sudah ditutup dan permainan segera dimulai.
Beberapa detik kemudian, Encer dan kawan-kawan merasa berada di dalam suatu ruangan kubus dengan dinding berwarna kuning dan panjang rusuk 10 meter. Mereka melihat keadaan sekeliling yang kosong tanpa benda lain. Tiba-tiba, mereka dikejutkan dengan suara mirip bunyi sirene mobil polisi, dilanjutkan dengan suara seseorang yang menyapa mereka.
“Halo, para pejuang permainan negara Statniamania! Maksudku adalah Encer, Hawa, Satria, dan Hiro! Kalian pasti tahu suaraku ini tadi! Ya, aku Stanley Niel! Sebenarnya aku telah menyisipkan misi rahasiaku ke dalam program ini tanpa sepengetahuan Profesor. Aku datang ke Indonesia untuk mengumpulkan informasi rahasia negara ini dan akan kukirimkan ke negaraku melalui jaringan internet dengan kode-kode yang rumit. Nah, aku masih berbaik hati karena negara ini indah. Jika kalian bisa memecahkan masalah dalam permainan ini dalam waktu semalam, maka informasi rahasia itu tidak akan bocor ke negaraku dengan sendirinya. Jika tidak bisa sampai pagi nanti, kalian pasti tahu akibatnya. Petunjuknya ada dalam permainan. Profesor yang bisa melihat pikiran kalian melalui layar monitor juga telah menjadi sanderaku, sehingga tidak akan bisa membantumu melalui mikrofon atau berbuat hal lain. Selamat berjuang!” itulah suara Stanley dengan nada kejam.
“Aku tidak akan membiarkan hal ini terjadi meskipun ini bukan negaraku dan dia akan menerima hukumannya!” ujar Hiro.
“Terlebih aku. Sebagai taruna Akmil, aku telah disumpah untuk setia kepada NKRI. Ayo, semangat!” seru Satria dengan lantang.
Encer berkata, “Allah akan selalu bersama kita dan negara Indonesia asal kita mau berjuang.”
Lalu, muncullah empat portal di atas diri mereka masing-masing dan mereka semua tersedot ke dalam portal tersebut menuju tiap-tiap dimensi lain.
Setelah melewati lorong spiral panjang yang berliku, Encer pun sampai di sebuah kamar tidur beserta ruang kerja dengan posisi duduk di sebuah kursi. Encer mengamati keadaan ruangan tersebut. Tempatnya begitu rapi, bersih, dan luas. Ruangan itu memiliki jendela yang memperlihatkan sinar matahari pagi, ranjang tidur, lemari, meja, kursi, rak buku, jam, kalender, komputer, dan lain-lain. Mata Encer tertuju pada sebuah buku berwarna hitam di atas meja kerja. Encer menghampiri meja dan mengambil buku itu. Sampul buku itu bertuliskan Catatan Detektif dengan nama lengkap Encer di bawahnya. Encer membuka buku itu dan dia membaca berbagai kasus-kasus yang pernah ditangani dalam dunia komputer itu. Dia mengetahui bahwa dia sedang menjadi Warga Negara Kopisia dan dia sedang berada di ibukota negara itu, Juniharja. Artinya, dia sedang berperan sebagai detektif dalam permainan itu.
Encer menutup buku dan melihat keadaan sekitarnya lagi. Dia melihat sebuah rak buku yang penuh berisi koran-koran. Namun, di depan bagian bawah rak itu terdapat dua buah koran yang berserakan. Encer mengambil salah satu koran dan membaca halaman depan koran tersebut dengan tanggal terbit 2 Oktober 1999. Padahal, kalender di ruangan itu menunjukkan bulan September tahun 2049. Artinya, koran itu terbit sekitar 50 tahun yang lalu. Dia membaca berita tentang meteor jatuh yang menghantam kawasan kota Gerbang di negara Tehia, sebuah negara di luar Kopisia. Tragedi itu terjadi pada tanggal 1 Oktober 1999. Koran itu menjelaskan bahwa meteorit kecil telah merusak sebagian gedung Our Care Hospital di Gerbang. Encer membaca artikel itu sampai selesai. Kemudian, dia membaca sekilas artikel-artikel lainnya, namun tidak begitu menarik.
Lalu, Encer mengambil koran yang satunya lagi dengan tanggal terbit 12 September 2019. Encer berpikir bahwa mungkin koran itu terbit hari ini. Dia membaca artikel di halaman paling depan dengan judul “Presiden Bingung karena Negara Terlilit Banyak Utang”. Artikel itu menjelaskan bahwa Presiden Kopisia, Bapak Hari, sedang mencari solusi dalam menghadapi krisis di negaranya. Encer membaca artikel koran itu sampai selesai. Dia membuka halaman-halaman selanjutnya dan ketika membaca halaman berita mancanegara, Encer fokus untuk membaca berita berjudul “Gerakan Separatis dan Sengketa Wilayah di Negara Juseika”. Diketahui bahwa Presiden Juseika, Tuan Dylan, sedang pusing karena negaranya mengalami masalah kedaulatan. Encer membaca artikel itu sampai selesai dan dia melanjutkan membaca sekilas pada halaman-halaman selanjutnya. Namun, Encer masih belum menemukan penunjuk apa-apa. Alasan Encer fokus membaca ketiga artikel tersebut adalah karena artikel lain hanya memberitakan kasus para selebriti yang dianggapnya tidak sesuai tema permainan.
Ketika Encer hendak merapikan kedua koran tadi, ponsel di saku jaketnya berdering keras. Rupanya dia bisa memiliki ponsel dalam permainan Statnia itu. Encer merogoh saku jaket dan mengangkat ponselnya. Dia melihat layar bertuliskan nama Hawa yang sedang meneleponnya. Encer menerima panggilan itu dan mendengarkannya.
“Halo, ini Encer, kan?” tanya suara perempuan tersebut.
“Ya, aku Encer. Di panggilan ini juga tertulis namamu, Hawa. Oke, langsung saja. Aku berperan sebagai detektif di negara Kopisia dan tinggal di ibukotanya, Juniharja. Aku menemukan beberapa artikel koran yang mungkin bisa menjadi petunjuk. Kalau kamu?” tanya Encer.
“Aku berperan sebagai ahli sejarah dan penulis biografi di sebuah negara bernama Juseika. Aku tinggal di ibukotanya, Lawton. Aku akan memberitahumu tentang hal yang bisa menjadi petunjuk sekaligus akan kukirimkan gambar petunjuk itu melalui aplikasi chat. Ketika aku membaca buku catatan bertuliskan namaku, aku menemukan daftar beberapa tokoh dunia komputer ini yang penah kuwawancarai. Namun, hanya ada nama dua tokoh yang dilingkari. Keduanya adalah Tuan Dylan, Presiden Juseika, dan Bapak Hari, Presiden Kopisia. Uniknya, mereka lahir di tempat dan pada tanggal yang sama, yaitu Our Care Hospital di Gerbang pada tanggal 1 Oktober 1999.”
Setelah menghela napas, Hawa melanjutkan, “Tuan Dylan dikenal sebagai ahli hukum terkemuka dan jujur di Juseika sehingga dia dipinang oleh Partai Glory untuk menjadi calon presiden pada tahun 2042. Dia memenangkan pemilihan dan dilantik menjadi presiden pada tahun itu juga. Berkat kebijakannya di bidang hukum, kasus korupsi di Juseika menurun drastis. Pertanian diperkuat dan industri digalakkan sehingga negaranya makmur. Tuan Dylan pun terpilih lagi pada tahun 2017. Namun, dia mengalami masalah besar. Di Juseika muncul gerakan separatis di provinsi Greenfarm karena perbedaan budaya dan merasa bisa berdiri sendiri karena provinsi itu mendapat peringkat ketiga dalam hal pendapatan dari 40 provinsi. Juseika juga mengalami masalah sengketa pulau dengan negara tetangga, Yoguta. Dia terlihat bingung menghadapi masalah itu.”
Setelah jeda sebentar, Hawa meneruskan, “Bapak Hari adalah perwira militer terkenal yang mengundurkan diri lebih awal karena dipinang oleh Partai Makmur untuk menjadi calon presiden pada tahun 2042 dan terpilih saat itu. Dia dikenal sebagai seseorang yang mampu memenangkan kasus sengketa Pulau Ayam Putih dengan negara tetangga, Taria. Dia juga menghentikan gerakan separatis provinsi Tanah Minyak di Kopisia melalui jalan militer dan perundingan. Di masa kepemimpinannya sejak tahun 2042, kedaulatan dan stabilitas negara terjaga. Namun, utang pembangunan negara itu terus menumpuk sejak beberapa dekade sehingga dia merasa kesulitan. Encer, kalau petunjuk yang kamu kumpulkan?”
“Hentikan dulu panggilan ini! Aku akan mengirim gambar koran petunjuk itu kepadamu. Aku sudah punya dugaan.”
Lalu, Encer menutup panggilan. Dia segera memotret artikel-artikel tadi dan mengirimnya ke nomor Hawa. Disuruhnya Hawa untuk menghubunginya lagi jika sudah selesai membaca. Belasan menit kemudian, Hawa menelepon lagi dan Encer menerimanya.
“Bagaimana pendapatmu, Encer?” tanya Hawa.
“Aku menduga bahwa mereka adalah presiden yang tertukar. Menurutku, itulah tema permainan ini. Mereka mungkin tertukar saat meteor merusak sebagian rumah sakit karena penyebab tertentu. Kita bisa membuktikannya dengan mencari rekaman kejadian itu kepada pihak rumah sakit atau oknum yang bersangkutan, tepatnya mencari rekaman di ruang bayi pada tanggal itu. Di daftar nomor ponselku hanya ada tiga orang, yaitu kamu, Satria sebagai Duta Besar Kopisia untuk Juseika, dan Hiro sebagai Duta Besar Juseika untuk Kopisia. Daftar nomormu pasti juga sama. Aku akan menjelaskan hal ini serta mengirim bukti kepada keduanya. Kamu juga lakukan hal yang sama! Mereka pasti paham.”
Lalu, panggilan itu ditutup. Encer segera menghubungi Satria dan Hiro melalui panggilan dan aplikasi chat. Encer menjelaskan permasalahan itu secara panjang lebar. Maka, Satria dan Hiro hendak membicarakan masalah ini kepada Konsulat Jenderal di Gerbang. Encer yang sudah sibuk selama 180 menit mencoba untuk beristirahat sebentar di ruangan itu. Dia mencoba keluar melalui pintu ruangan namun tidak bisa karena ada pembatas tak terlihat. Maka, dia membaca buku berjudul 100 Tokoh Indonesia yang ditemukannya di rak. Rupanya buku di dunia nyata bisa berada di dunia komputer. Setelah 70 menit membaca, tiba-tiba muncul portal di hadapan Encer yang membawanya ke dimensi lain.
Encer pun tiba di suatu ruangan dan melihat ada empat orang lain di sana. Mereka adalah Hawa, Satria, Hiro, dan satu orang yang belum dikenal.
Hiro menyambut, “Akhirnya kamu datang juga. Kita sampai di sini berkat kerja kerasmu.”
Satria juga bekata, “Kita sudah menunggu kamu, lho! Kita sedang berada di salah satu ruang rahasia di Our Care Hospital. Kita sampai di sini karena aku dan Hiro telah menghubungi Konsulat Jenderal di Gerbang untuk mencari informasi dan bukti berdasarkan hasil analisismu. Mereka telah mengecek rekaman kejadian itu di rumah sakit ini dan memang terbukti bahwa Pak Hari dan Tuan Dylan telah tertukar sejak baru lahir. Bapak yang baru kamu lihat di sini adalah petugas kamera tersebut. Karena menjadi dokumen sangat rahasia, rekaman itu tidak bisa disalin secara sembarangan. Karena itu, rekaman itu harus diputar di sini. Kedua Presiden di dunia komputer ini juga telah diberi penjelasan mengenai masalah ini dan mereka akan datang sebentar lagi.”
Lalu, Bapak petugas kamera berjabat tangan dengan Encer, “Perkenalkan, saya Joy, petugas kamera saat tragedi itu.”
Encer pun sempat melihat tanggal dan waktu pada layar komputer di ruang itu. Waktu menunjukkan pukul setengah dua dini hari pada tanggal 1 Oktober 2049. Dia ingat bahwa dia datang ke rumah Profesor pada tanggal 30 September 2019 pukul delapan malam. Mungkin waktu di dalam permainan Statnia saat itu sama dengan waktu di dunia nyata, hanya lebih banyak 30 tahun.
Satu-satunya pintu ruangan terbuka dan masuklah dua orang pria berpakaian jas rapi yang ditemani beberapa pengawal. Keduanya adalah Pak Hari dan Tuan Dylan. Setelah orang-orang di situ berbincang-bincang sebentar, Pak Joy segera memutar video rekaman itu.
Di dalam rekaman terlihat ada beberapa ranjang bayi. Pak Joy menerangkan bahwa lokasinya berada di ruang bayi di lantai dua. Pak Joy menjelaskan bahwa dua ranjang yang terlihat paling dekat dengan kamera adalah ranjang Pak Hari dan Tuan Dylan. Kedua bayi itu terlihat menghadap ke arah kamera dengan Pak Hari di sebelah kanan dan Tuan Dylan di sebelah kiri. Beberapa detik kemudian, benda-benda di ruangan terlihat sedikit bergetar. Lalu, terlihat bahwa di ruang bayi terdapat beberapa reruntuhan kecil di lantai. Lantainya juga terlihat runtuh dan retak meskipun hanya sedikit. Semua bayi terlihat selamat. Beberapa detik kemudian, terlihat beberapa orang menuju ruangan itu untuk mengambil bayi saja atau bayi beserta ranjangnya. Seorang laki-laki berjaket hitam berada di antara ranjang Pak Hari dan Tuan Dylan dengan posisi membelakangi kamera. Lelaki itu mengambil kedua bayi itu dengan tiap-tiap kedua tangannya. Mungkin dia bermaksud menyelamatkan kedua bayi itu dengan cepat. Saat lelaki itu berbalik arah sehingga menghadap kamera, datanglah beberapa petugas yang nampaknya menyuruh lelaki itu untuk mengembalikan kedua bayi ke ranjang masing-masing. Kedua petugas mengambil tiap-tiap bayi itu dan mengembalikannya ke dalam ranjang sesuai posisi kanan-kiri kedua tangan lelaki saat itu. Artinya, posisi kedua bayi telah tertukar karena para petugas tidak tahu bahwa lelaki itu telah berbalik arah. Laki-laki itu langsung pergi begitu saja tanpa memerhatikan posisi kedua bayi yang sebenarnya. Mungkin petugas bermaksud membawa bayi beserta ranjangnya agar mudah dikenali berdasarkan identitas di ranjangnya, tapi tidak tahu jika posisinya tertukar. Pemutaran rekaman pun selesai.
Kedua Presiden meneteskan air mata dan saling berpelukan sambil menangis haru. Sungguh pemandangan yang begitu menguras emosi. Hawa pun sampai menangis tersedu-sedu meskipun ini hanya permainan. Setelah itu, kedua Presiden berjanji dan bersepakat untuk saling membantu dan saling bekerja sama.
Encer berkata, “Sebaiknya ruang bayi berada di lantai dasar agar mudah dievakuasi. Bayi mutlak tak bisa menyelamatkan diri sendiri. Itu hanya pendapatku saja.”
“Iya, Anak Arsitektur.” canda Hawa.
Tiba-tiba, muncullah portal pada tiap-tiap diri keempat muda-mudi tersebut yang langsung mengirim mereka ke ruangan kubus tadi. Mereka pun mulai terlihat merasa lega ketika sudah sampai di tempat pertama tadi walaupun masih dengan ekspresi bertanya-tanya. Tak lama, pengumuman yang terdengar mirip suara wanita di suatu mesin pencarian terkemuka menjawab rasa penasaran mereka.
Selamat! Kalian berhasil memecahkan masalah dalam permainan Statnia ini. Perekonomian Kopisia bangkit dan melesat setelah dibantu oleh Tuan Dylan. Juseika juga berhasil menyelesaikan konflik sengketa wilayah dengan Yoguta dan gerakan separatis Greenfarm dengan kemenangan berada di Juseika berkat bantuan Bapak Hari. Semoga kalian senang dengan hasil permainan ini. Permainan selesai dan sampai jumpa!
Lalu, muncul cahaya yang menyilaukan empat pasang mata mereka. Beberapa saat kemudian, keempat kapsul terbuka sendiri dan keempat muda-mudi itu keluar dari tiap-tiap kapsul. Hiro dan Satria langsung melabrak Stanley yang sedang duduk di depan salah satu layar monitor kecil.
Hiro membentak, “Siapa kamu, hah? Membuat cerita permainan menyebalkan ini!”
Satria ikut bicara, “Informasi negeri ini tak jadi terkirim, kan?”
“Sudah, tenanglah kalian berdua!” kata Profesor Bahruddin yang duduk santai di depan layar monitor utama sambil memegang beberapa lembar kertas. “Apa yang dilakukan Stanley tadi hanya bercanda, termasuk tentang menyandera diriku. Ucapan tadi hanya untuk menambah rasa semangat kalian dalam game Statnia ini. Sebenarnya, Stanley memang punya maksud lain dalam permainan ini.”
Stanley berkata, “Benar. Awalnya, Profesor terkejut dengan tindakanku yang memang belum diketahuinya. Aku segera menyerahkan lembaran kertas tentang bukti masalah kalian berdua kepada Profesor agar Profesor tenang. Encer dan Hawa memang diundang khusus oleh Profesor. Namun, kalian berdua diundang karena aku yang meminta. Satria bisa libur pendidikan Akmil karena hal ini dianggap sebagai tugas negara, bukan? Karena permainan Statnia sudah diketahui oleh beberapa petinggi negara dari berbagai kalangan. Kalian berdua tidak sadar bahwa masalah kedua Presiden tadi adalah masalah kalian? Kalian berdua sama-sama lahir di God Bless Hospital di kota Naga di negara Sejuk (nama lokasi samaran)  pada tanggal 1 Oktober 1999 ketika meteor jatuh menghantam kota itu.”
Satria mengingat, “Sebenarnya, aku juga merasa ada hal yang aneh karena beberapa latar kejadiannya mirip dengan yang kualami saat baru lahir. Dan kenapa kau bisa tahu?”
Hiro berkata, “Benar, aku memang lahir pada tanggal itu dan di tempat itu.”
Stanley berkata, “Sebenarnya kalian adalah putra yang tertukar. Sebenarnya, video tadi adalah rekaman asli yang menampilkan peristiwa tertukarnya kalian. Bapak Hari ketika masih bayi yang digambarkan dalam rekaman itu adalah Satria. Sedangkan Tuan Dylan adalah Hiro. Lembaran yang dipegang Profesor adalah bukti tertukarnya kalian berupa artikel-artikel koran dan bukti-bukti lain tentang identitas kalian.”
Encer berkata, “Stanley, kau tahu banyak. Jangan-jangan, kau age-
“Identitas yang kukatakan tadi adalah palsu. Secara khusus, aku berada di pihak ayah kandung asli Tuan Satria Akmil ini. Aku juga seorang keturunan campuran.” potong Stanley.
Hawa berkata, “Satria dan Hiro, tetap semangat dan bekerja sama seperti cerita permainan tadi, ya!”
Satria dan Hiro saling menepuk bahu sambil berlinang air mata. Sejak bayi, keduanya tidak hanya telah bertukar identitas, keluarga, dan lingkungan, tetapi juga bertukar rasa nasionalisme. Suasana tersebut benar-benar mengharukan. Kejadiannya tepat pada hari ulang tahun mereka pada usia dua puluh tahun, 1 Oktober 2019. Tentu ada perasaan antara bingung dan bahagia tentang kehidupan yang akan mereka jalani setelahnya. Yang terpenting, mereka berjanji akan bekerja sama seperti cerita di Statnia tadi. Itulah babak baru peristiwa tentang tertukarnya cangkir kehidupan bernama nasionalisme, menjalani apa yang seharusnya dijalani oleh orang lain dan kemudian akan saling merasakan.
Encer dan Hawa pun berpamitan untuk menginap sementara di rumah bibinya Hawa di Ternate dan mereka harus segera melanjutkan petualangan di Kepulauan Natuna untuk urusan lain. Peristiwa di rumah Profesor Bahruddin tak akan mereka lupakan dan akan menjadi pelajaran yang sangat berharga.



Thursday, February 6, 2020

KISAH NABI MUHAMMAD SAW - Perjanjian Hudaibiyah (Kemenangan yang Nyata)

Posisi kaum Muslimin sudah semakin kokoh di kawasan Arab saat menjelang akhir tahun 6 Hijriah. Perjuangan dan kerja keras yang mereka lakukan sebelumnya mulai memberi hasil yang semakin meningkat bagi perkembangan agama Islam. Hal-hal melelahkan yang mereka lalui tentu membuat mereka ingin menenangkan diri, beristirahat sebentar, fokus untuk beribadah kepada Allah. Mereka mulai berpikir untuk memperoleh hak yang sangat mereka impikan, yaitu beribadah di Masjidil Haram. Sudah enam tahun mereka tidak ke sana karena dihalangi kaum musyrikin.

Selama enam tahun itu, banyak sekali ayat-ayat turun berturut-turut mengenai Masjidil Haram yang oleh Allah SWT dijadikan sebagai tempat berkumpul manusia dan tempat yang aman. Ayat-ayat itu antara lain adalah Surat Al Baqarah ayat 217 yang diturunkan pada tahun pertama Hijriah:

يَسۡ‍َٔلُونَكَ عَنِ ٱلشَّهۡرِ ٱلۡحَرَامِ قِتَالٖ فِيهِۖ قُلۡ قِتَالٞ فِيهِ كَبِيرٞۚ وَصَدٌّ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ وَكُفۡرُۢ بِهِۦ وَٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ وَإِخۡرَاجُ أَهۡلِهِۦ مِنۡهُ أَكۡبَرُ عِندَ ٱللَّهِۚ وَٱلۡفِتۡنَةُ أَكۡبَرُ مِنَ ٱلۡقَتۡلِۗ وَلَا يَزَالُونَ يُقَٰتِلُونَكُمۡ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمۡ عَن دِينِكُمۡ إِنِ ٱسۡتَطَٰعُواْۚ وَمَن يَرۡتَدِدۡ مِنكُمۡ عَن دِينِهِۦ فَيَمُتۡ وَهُوَ كَافِرٞ فَأُوْلَٰٓئِكَ حَبِطَتۡ أَعۡمَٰلُهُمۡ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ  ٢١٧

217.  Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.

Dan Surat Al Anfal ayat 34-36 yang diturunkan setelah perang Badar:

وَمَا لَهُمۡ أَلَّا يُعَذِّبَهُمُ ٱللَّهُ وَهُمۡ يَصُدُّونَ عَنِ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ وَمَا كَانُوٓاْ أَوۡلِيَآءَهُۥٓۚ إِنۡ أَوۡلِيَآؤُهُۥٓ إِلَّا ٱلۡمُتَّقُونَ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ  ٣٤ وَمَا كَانَ صَلَاتُهُمۡ عِندَ ٱلۡبَيۡتِ إِلَّا مُكَآءٗ وَتَصۡدِيَةٗۚ فَذُوقُواْ ٱلۡعَذَابَ بِمَا كُنتُمۡ تَكۡفُرُونَ  ٣٥ إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ لِيَصُدُّواْ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ فَسَيُنفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيۡهِمۡ حَسۡرَةٗ ثُمَّ يُغۡلَبُونَۗ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ إِلَىٰ جَهَنَّمَ يُحۡشَرُونَ  ٣٦

34.  Kenapa Allah tidak mengazab mereka padahal mereka menghalangi orang untuk (mendatangi) Masjidilharam, dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya? Orang-orang yang berhak menguasai(nya) hanyalah orang-orang yang bertakwa. tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
35.  Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.
36.  Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan,

Namun, pihak musyrikin Quraisy menganggap Nabi Muhammad dan kaum Muslimin telah mengingkari dewa-dewa mereka dalam wujud berhala dalam rumah suci tersebut. Karena itu, kaum Quraisy melarang kaum Muslimin untuk mengunjungi Ka’bah dan memerangi mereka jika tidak mau kembali ke ajaran pagan sesat itu. Kaum Muslimin merasa menderita karena tak dapat melakukan tugas agama yang telah menjadi kewajiban mereka. Kaum Muhajirin sendiri juga tidak enak juga bila terus berada di tempat lain (Madinah) tanpa sekali-kali pulang ke rumah asal mereka, yaitu tanah air dan keluarga. Tentu, mereka yakin bahwa pertolongan Allah SWT pasti datang.

Suatu ketika, Nabi Muhammad bermimpi memasuki kota Mekkah untuk menunaikan Umrah dan thawaf di sana. Beliau menyampaikan mimpi itu kepada para sahabat. Maka, mereka diperintahkan agar bersiap-siap melakukan perjalanan untuk umrah. Rasulullah beserta sekitar 1400 orang sahabat mulai berangkat pada hari Senin bulan Dzul Qa’idah tahun 6 Hijriah. Tidak ada senjata perang yang dibawa kecuali pedang dalam sarung yang dibawa Nabi Muhammad. Ummu Salamah adalah isteri yang beliau ajak ke Mekkah. Tiba di Dzulhulaifah (miqat atau tempat awal bagi penduduk Madinah atau dari arah Madinah yang akan umrah atau haji), Rasulullah memulai ihram.

Sementara itu, kaum kafir Quraisy yang mengetahui kedatangan Rasulullah berusaha untuk menghalangi. Rasulullah yang juga mengetahui rencana Quraisy juga memilih untuk mengubah rute perjalanan hingga singgah di Hudaibiyah. Di situ, Rasulullah memilih Badil bin Warqa’ Al Khuza’i sebagai penengah antara kaum Muslimin dan kaum kafir. Beliau menegaskan kepadanya bahwa kedatangan kaum Muslimin hanya untuk menunaikan ibadah umrah saja, bukan untuk bertempur. Namun jika kaum kafir Quraisy tetap menghalangi, Rasulullah dan kaum Muslimin akan menyambutnya dengan pertempuran juga.

Mendengar hal itu, kaum Quraisy mengirim utusannya untuk mengetahui hal yang sebenarnya. Rasulullah kembali menegaskan hal tadi kepada utusan tersebut. Utusan itu kembali ke pihak Quraisy dan mengatakan bahwa kaum Muslimin memang hanya hendak menunaikan Umrah.

Rasulullah juga ingin mengetahui sikap kaum kafir Quraisy. Maka, Utsman bin Affan diutus untuk memberitahu kaum Quraisy bahwa kedatangan kaum Muslimin memang untuk umrah. Sampai di Mekkah, Utsman menyampaikan pesan itu kepada para tokoh Quraisy. Lalu, kaum Quraisy menawarkan Utsman untuk memulai thawaf, namun Utsman  menolaknya karena dia tidak akan thawaf sebelum Rasulullah melakukannya.

Kaum kafir Quraisy berdiskusi untuk memberi tanggapan mereka terhadap pesan Rasulullah. Maka, mereka menahan Utsman bin Affan hingga jawaban mereka sudah diputuskan dan akan disampaikan kepada Rasulullah melalui Utsman. Namun karena lamanya penahanan itu, tersiar kabar di kalangan kaum Muslimin yang menunggu di Hudaibiyah bahwa Utsman telah dibunuh.

Mendengar kabar itu, Rasulullah meminta para sahabat untuk melakukan Ba’iat  bahwa mereka akan membalas perbuatan Quraisy jika Utsman memang dibunuh (padahal tidak). Ba’iat dilakukan di bawah sebuah pohon dan perbuatan ini dikenal sebagai Ba’iatur Ridwan.

Allah SWT berfirman mengenai peristiwa itu dalam Q.S. Al Fath ayat 18:

۞لَّقَدۡ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذۡ يُبَايِعُونَكَ تَحۡتَ ٱلشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمۡ فَأَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ عَلَيۡهِمۡ وَأَثَٰبَهُمۡ فَتۡحٗا قَرِيبٗا  ١٨

18.  Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).

Kaum kafir Quraisy yang mendengar Ba’iat itu segera mengutus Suhail bin Amr untuk mengadakan perjanjian dengan Rasulullah. Sampai utusan itu di Hudaibiyah, kedua pihak menyepakati perjanjian yang berisi empat hal:

1.      Tahun ini (6 H), Muhammad harus kembali (tidak melakukan umrah). Tahun depan, beliau dan kaum Muslimin boleh memasuki Mekkah dan tinggal di sana selama tiga hari saja. Mereka hanya boleh membawa persenjataan yang biasa dibawa musafir sedangkan pedang-pedang harus dimasukkan ke dalam sarung. Pada saat itu, kaum Quraisy tidak boleh menghalanginya.
2.      Gencatan senjata dari kedua pihak selama 10 tahun dan mewujudkan keamanan di tengah masyarakat.
3.      Pihak yang menjalin persekutuan dengan Muhammad atau kaum Quraisy akan menjadi bagian dari masing-masing pihak. Penyerangan kepada suku-suku tersebut akan dianggap sebagai penyerangan terhadap sekutunya.
4.      Siapa yang kabur dari kaum Quraisy (Mekkah) dan mendatangi Muhammad (Madinah), maka harus dikembalikan. Sedangkan yang kabur dari Muhammad (Madinah) menuju kaum Quraisy (Mekkah), tidak dikembalikan.

Ali bin Abi Thalib diperintahkan Rasulullah untuk mencatat isi perjanjian. Beliau mendiktenya dengan menuliskan Bismillahirrahmanirrahim.

Suhail menolaknya, “Adapun Arrahman, kami tidak mengenalnya. Tulis saja Bismika Allahumma.”

Rasulullah memerintahkan Ali untuk menulis bacaan itu saja. Lalu Rasulullah mendiktekan lagi, “Ini adalah isi perjanjian antara Muhammad Rasulullah.”

Suhail memotongnya, “Jika kami percaya engkau sebagai Rasulullah, tentu kami tidak akan menghalangimu dari Baitullah dan tidak akan memerangimu. Tulislah: Muhammad bin Abdullah.”

“Aku tetaplah Rasulullah meski engkau dustakan aku.”, tegas Rasulullah.

Akhirnya Rasulullah memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk menulis Muhammad bin Abdullah. Namun, Ali bin Abi Thalib menolaknya. Rasulullah pun menghapusnya dengan tangan beliau sendiri.

Perjanjian pun disepakati kedua belah pihak. Setelah itu, suku Khuza’ah menyatakan untuk menjadi sekutu Rasulullah, sedangkan Bani Bakr menyatakan untuk menjadi sekutu Quraisy.

Rasulullah pun diuji dengan peristiwa yang dialami oleh Abu Jandal, seorang sahabat yang masih ditawan kaum musyrikin Quraisy. Dia mendatangi Rasulullah dalam keadaan terbelenggu dan meminta agar dirinya dibebaskan. Namun, sikap untuk menaati perjanjian Hudaibiyah membuat Rasulullah mengembalikan Abu Jandal kepada pihak Quraisy meskipun dengan berat hati dan memintanya untuk bersabar.

Setelah itu, Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk menyembelih hewan dam (dalam ibadah haji dan umrah, seseorang yang sudah ihram dan membatalkan ibadahnya, maka sebagai tahallul / tanda penyudahnya adalah harus menyembelih seekor kambing. Tiga kali beliau mengatakan hal itu, namun tidak dilaksanakan oleh para sahabat. Hal ini bukan karena pembangkangan, namun karena mereka merasa berat hati dan begitu besarnya niat untuk umrah. Rasulullah pun menemui istri beliau, Ummu Salamah, dan sang istri menyarankan agar beliau menyembelih unta beliau sendiri dan menyuruh seseorang untuk mencukur rambutnya. Rasulullah langsung menyembelih unta dan meminta seseorang untuk menggundul kepala beliau.

Maka, para sahabat juga turut melakukan hal yang sama. Mereka menyembelih unta untuk tujuh orang dan menggundul kepala atau memendekkan rambut. Rasulullah mendoakan sebanyak tiga kali bagi yang menggundul kepala dan satu kali bagi yang memendekkan rambut.

Saat ada seorang wanita muslimah kabur dari Mekkah untuk memperoleh perlindungan Rasulullah, wali wanita itu mendesak Rasulullah agar mengembalikan wanita itu berdasarkan isi perjanjian. Namun Rasulullah menolaknya karena isi perjanjian hanya berlaku untuk laki-laki.

Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam Surat Al Mumtahanah ayat 10:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا جَآءَكُمُ ٱلۡمُؤۡمِنَٰتُ مُهَٰجِرَٰتٖ فَٱمۡتَحِنُوهُنَّۖ ٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِإِيمَٰنِهِنَّۖ فَإِنۡ عَلِمۡتُمُوهُنَّ مُؤۡمِنَٰتٖ فَلَا تَرۡجِعُوهُنَّ إِلَى ٱلۡكُفَّارِۖ لَا هُنَّ حِلّٞ لَّهُمۡ وَلَا هُمۡ يَحِلُّونَ لَهُنَّۖ وَءَاتُوهُم مَّآ أَنفَقُواْۚ وَلَا جُنَاحَ عَلَيۡكُمۡ أَن تَنكِحُوهُنَّ إِذَآ ءَاتَيۡتُمُوهُنَّ أُجُورَهُنَّۚ وَلَا تُمۡسِكُواْ بِعِصَمِ ٱلۡكَوَافِرِ وَسۡ‍َٔلُواْ مَآ أَنفَقۡتُمۡ وَلۡيَسۡ‍َٔلُواْ مَآ أَنفَقُواْۚ ذَٰلِكُمۡ حُكۡمُ ٱللَّهِ يَحۡكُمُ بَيۡنَكُمۡۖ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٞ  ١٠

10.  Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Perjanjian Hudaibiyah memiliki pengaruh besar bagi perkembangan agama Islam. Keberadaan kaum Muslimin di Madinah menjadi diakui dan ternyata menjadi kemenangan bagi kaum Muslimin, karena sebelumnya mereka selalu diperangi oleh kaum musyrikin Quraisy agar agama Islam tidak berkembang. Setelah perjanjian, keangkuhan dan kezaliman kaum musyrikin menjadi luntur. Pintu dakwah kaum Muslimin justru semakin terbuka lebar karena tidak adanya perang yang menghabiskan waktu. Hasilnya, kaum Muslimin yang sebelum perjanjian hanya berjumlah tak lebih dari 3000 orang sudah meningkat menjadi 10.000 orang yang dihitung sebagai pasukan Muslimin saat peristiwa Fathu Mekkah ketika dua tahun setelah perjanjian.

Pandangan Rasulullah sungguh tepat sekali. Perjanjian Hudaibiyah telah meletakkan dasar yang kokoh dalam penyebaran agama Islam. Hubungan antara kaum Muslimin dan Musyrikin Quraisy menjadi tenang dan masing-masing pihak pun merasa aman pula. Rasulullah mulai fokus untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat manusia dan Kaum Quraisy fokus berdagang.

Poin yang menyebutkan bahwa penduduk Mekkah yang kabur ke Madinah harus dikembalikan ke Mekkah, dan penduduk Madinah yang kembali Mekkah tidak dikembalikan, sekilas terasa merugikan kaum Muslimun. Namun jika dicermati, ternyata berguna bagi kaum Muslimin. Orang beriman tidak mungkin kabur ke Mekkah dari Madinah, dan jika dia kabur pastilah dia orang kafir yang tidak perlu dipertahankan oleh kaum Muslimin. Sedangkan jika kaum Muslimin hendak kabur dari Mekkah, maka Bumi Allah SWT adalah luas. Madinah bukanlah satu-satunya tujuan untuk tempat perlindungan dan masih banyak tempat lain yang aman. Buktinya, ada seorang sahabat bernama Abu Bashir yang kabur dari Mekkah ke Madinah. Tentu saja, Rasulullah tidak bisa menerimanya berdasarkan isi perjanjian. Maka Abu Bashir diserahkan kembali kepada dua utusan Quraisy yang menjemput. Di luar dugaan saat dalam perjalanan, Abu Bashir memberontak dan berhasil kabur setelah membunuh dua utusan Quraisy tadi. Dia menetap di suatu lokasi di tepi pantai. Abu Jandal yang berhasil kabur juga turut bergabung bersama Abu Bashir.

Satu demi satu kaum Muslimin yang ada di Mekkah kabur ke tempat tadi dan akhirnya membentuk komunitas sendiri. Mereka sering menghalangi atau mengganggu kafilah dagang Quraisy, musuh mereka, yang berada di sekitar tempat tinggal mereka sebagai pembalasan atas kezaliman Quraisy terhadap mereka. Tentu saja kaum Quraisy merasa kesulitan menghadapinya.

Memang pada awalnya para sahabat merasa keberatan dengan isi perjanjian Hudaibiyah, karena terkesan menguntungkan kaum Musyrikin Quraisy. Namun, mereka akhirnya sadar bahwa keputusan Rasulullah selalu mendatangkan kemaslahatan, karena hal itu dan semuanya berasal dari Allah SWT. Allah SWT menurunkan ayat 1 Surat Al Fath:

إِنَّا فَتَحۡنَا لَكَ فَتۡحٗا مُّبِينٗا  ١

1.  Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata,

Para sahabat bergembira dengan datangnya kabar gembira tentang kemenangan yang nyata tersebut. Dan pada awal tahun 7 Hijriah, sejumlah tokoh Quraisy masuk Islam, di antaranya adalah Amr bin Ash, Khalid bin Walid, dan Utsman bin Talhah.


Referensi:
·         Mubarakfuri, Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah. Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·         Haekal, Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.


Sunday, February 2, 2020

KISAH NABI MUHAMMAD SAW - Perang Bani Musthaliq serta Kisah Berita Dusta (Haditsul Ifki)

Perang Bani Musthaliq terjadi pada bulan Sya’ban tahun 6 Hijriah. Meskipun perang ini bukanlah perang besar dari segi militer, namun terdapat pelajaran bagi kaum Muslimin agar mengetahui sikap-sikap kaum munafik yang di dalam hatinya tidak suka dengan kaum Muslimin. Mereka selalu berupaya untuk menggerogoti kekuatan kaum Muslimin dari dalam seperti dalam peristiwa dusta yang terjadi setelah perang ini. Persoalan yang dihadapi adalah tentang iman dan kekuatan hati.

Awalnya, Nabi Muhammad menerima kabar bahwa pemimpin Bani Musthaliq, Al Harits bin Abu Dhiror bersama pengikutnya berencana untuk menyerang beliau. Nabi Muhammad juga telah yakin akan kebenaran kabar itu setelah mengutus mata-mata. Maka beliau bersama pasukan Muslimin berangkat menuju tempat Bani Musthaliq. Pasukan Muslimin sempat menangkap dan membunuh mata-mata yang dikirim Harits bin Dhiror yang hendak mengumpulkan informasi pasukan Muslimin. Pihak Bani Musthaliq menjadi sangat ketakutan  dan kekuatan mereka runtuh ketika mendengar kabar terbunuhnya mata-mata mereka.

 Ketika pasukan Muslimin sampai di perkampungan Bani Musthaliq, mereka berhasil mengalahkan musuh dan menawan kaum wanita beserta anak-anak. Dari pihak Muslimin hanya ada satu orang yang terbunuh yang konon bernama Hisyam bin Shubaba yang dibunuh oleh salah seorang dari kaum Anshar, itu pun karena dikira musuh oleh temannya sendiri. Bani Musthaliq akhirnya menyerah di bawah gempuran kaum Muslimin. Putri pemimpin Bani Musthaliq, Juwairiah binti Al Harits, adalah salah satu dari sekian tawanan. Lalu, perempuan itu dimerdekakan dan dinikahi Rasulullah sehingga budak-budak tawanan yang masuk Islam dapat dimerdekakan dari kaum Muslimin dan mereka disebut Besan Rasulullah.

Setelah perang usai, kaum munafik sempat memprovokasi kaum Muslimin dengan mendengungkan semangat kesukuan. Sempat terjadi bentrokan kecil antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin dan mereka masing-masing minta bantuan kelompoknya. Untungnya, Rasulullah segera melarang sikap itu yang disebut sebagai seruan-seruan jahiliah. Pentolan kaum munafik adalah Abdullah bin Ubay bin Salul yang sengaja memancing konflik ini agar kaum Anshar merasa emosi dan melakukan pembalasan terhadap kaum Muhajirin jika sampai di Madinah. Peristiwa ini dijelaskan oleh Allah SWT dalam surat Al Munafiqun ayat 7-8.

هُمُ ٱلَّذِينَ يَقُولُونَ لَا تُنفِقُواْ عَلَىٰ مَنۡ عِندَ رَسُولِ ٱللَّهِ حَتَّىٰ يَنفَضُّواْۗ وَلِلَّهِ خَزَآئِنُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ لَا يَفۡقَهُونَ  ٧ يَقُولُونَ لَئِن رَّجَعۡنَآ إِلَى ٱلۡمَدِينَةِ لَيُخۡرِجَنَّ ٱلۡأَعَزُّ مِنۡهَا ٱلۡأَذَلَّۚ وَلِلَّهِ ٱلۡعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَٰكِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ لَا يَعۡلَمُونَ  ٨

7.  Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar): "Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada disisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah)". Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami.
8.  Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya". Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.

Umar bin Khattab yang mengetahui kabar itu meminta Abbad bin Yasir untuk membunuh Abdullah bin Ubay, namun dilarang Rasulullah agar tidak timbul fitnah bahwa Rasulullah dianggap membunuh kawannya sendiri. Putra Abdullah bin Ubay, Abdullah bin Abdullah bin Ubay bin Salul adalah seorang muslim yang sholeh. Dia tidak suka dengan sikap ayahnya. Saat pasukan Muslimin tiba di pintu masuk Madinah, dia berdiri di depan pintu. Saat ayahnya hendak masuk, dia mencegahnya sebelum mendapat izin dari Rasulullah. Ayahnya baru bisa masuk Madinah setelah mendapat izin dari Rasulullah. Dia juga sempat berkata kepada Rasulullah bahwa dia siap membunuh ayahnya jika diperintahkan oleh Rasulullah.

Setelah ini, terjadilah peristiwa Haditsul Ifki yang membuat hubungan antara Rasulullah dengan Aisyah sempat memburuk. Setiap akan bepergian atau berperang, Rasulullah melakukan undian untuk memilih salah satu isteri beliau yang ikut menemani. Aisyah adalah istri yang terpilih untuk ikut bepergian dalam Perang Bani Musthaliq. Ketika kaum Muslimin hendak pulang dari peperangan, mereka beristirahat di suatu tempat. Aisyah pun keluar dari haudaj (tandu tertutup yang diletakkan di atas unta yang umumnya digunakan oleh wanita saat perjalanan) untuk buang hajat. Saat akan kembali, Aisyah menyadari bahwa kalung yang dipinjam dari saudaranya tidak ada. Maka, dia kembali ke tempat buang hajat tadi untuk mencarinya.

Saat itu, rombongan melanjutkan perjalanan pulang ke Madinah. Orang-orang yang membawa tandu Aisyah tidak sadar bahwa di dalamnya tidak Aisyah karena banyaknya orang yang membawa sehingga terasa ringan. Terlebih Aisyah memiliki badan yang ramping dan masih muda.

Aisyah sudah menemukan kalung tersebut. Saat sampai di tempat istirahat tadi, ternyata sudah tidak ada orang. Akhirnya beliau menunggu sambil mengharap mereka kembali jika mereka sadar bahwa beliau tertinggal. Aisyah terus menunggu dan tertidur. Beruntungnya, masih ada seorang Muslim yang tertinggal dari rombongan. Dia adalah Shofwan bin Mu’aththol. Dia terkejut melihat Aisyah yang hanya seorang diri, “Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un, Isteri Rasulullah SAW!?”

Aisyah terbangun. Shofwan segera menundukkan hewan tunggangan agar dinaiki oleh Aisyah. Lalu Shofwan menuntun hewan yang ditunggangi Aisyah hingga tiba di Madinah saat siang hari. Pemandangan ini menjadi bahan pembicaraan di kalangan penduduk Madinah. Para tokoh munafik menyebarkan berita bohong bahwa Aisyah telah berbuat menyimpang dengan Shofwan. Akhirnya kabar dusta itu tersebar ke seluruh kota Madinah, bahkan banyak sejumlah muslimin yang percaya fitnah itu. Sebenarnya tidak perlu hal semacam itu menjadi buah bibir, bahkan menjadi fitnah. Kedua orang tersebut tiba di Madinah di hadapan banyak orang dengan terlihat jelas, bahkan siang hari. Keduanya tidak tertinggal jauh di belakang pasukan Muslimin sehingga tak perlu menjadi prasangka. Secara psikologis, orang-orang yang berbuat menyimpang akan berusaha menyembunyikan perbuatannya agar tidak diketahui orang lain, tentu berbeda dengan peristiwa ini. Wajah kedua orang itu yang tampak berseri-seri tanpa ada keanehan tentunya tidak berpengaruh buruk bagi warga Madinah. Namun, kebencian kaum munafik membuat kabar bohong rekaan mereka terus menyebar.

Mendengar kabar itu, Rasulullah menjadi diam. Beliau memanggil para sahabat untuk dimintai pendapat. Ali bin Abi Thalib secara kiasan menyarankan agar Aisyah dicerai saja, sementara Usamah dan beberapa orang lainnya menyarankan agar tetap mempertahankan Aisyah dan jangan terpengaruh fitnah musuh. Di lain sisi, Aisyah mengalami sakit selama sebulan sejak tiba di Madinah sehingga tidak tahu kabar fitnah yang beredar itu, hanya saja Rasulullah tidak menemuinya selama itu sehingga Aisyah tidak merasakan perhatian Rasulullah yang selalu dirasakan Aisyah termasuk ketika sakit. Aisyah akhirnya tahu kabar fitnah itu setelah diberitahu Ummu Misthah. Maka, Aisyah mendatangi Rasulullah dan mohon izin untuk pulang ke rumah kedua orang tuanya. Aisyah terus menangis selama dua malam dan matanya tak bisa terpejam.

Namun kesedihan dan fitnah akhirnya berakhir karena Rasulullah memperoleh wahyu dari Allah SWT bahwa Aisyah terbebas dari tuduhan-tuduhan tersebut.

Surat An-Nur ayat 11-19:

إِنَّ ٱلَّذِينَ جَآءُو بِٱلۡإِفۡكِ عُصۡبَةٞ مِّنكُمۡۚ لَا تَحۡسَبُوهُ شَرّٗا لَّكُمۖ بَلۡ هُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۚ لِكُلِّ ٱمۡرِيٕٖ مِّنۡهُم مَّا ٱكۡتَسَبَ مِنَ ٱلۡإِثۡمِۚ وَٱلَّذِي تَوَلَّىٰ كِبۡرَهُۥ مِنۡهُمۡ لَهُۥ عَذَابٌ عَظِيمٞ  ١١ لَّوۡلَآ إِذۡ سَمِعۡتُمُوهُ ظَنَّ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتُ بِأَنفُسِهِمۡ خَيۡرٗا وَقَالُواْ هَٰذَآ إِفۡكٞ مُّبِينٞ  ١٢ لَّوۡلَا جَآءُو عَلَيۡهِ بِأَرۡبَعَةِ شُهَدَآءَۚ فَإِذۡ لَمۡ يَأۡتُواْ بِٱلشُّهَدَآءِ فَأُوْلَٰٓئِكَ عِندَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلۡكَٰذِبُونَ  ١٣ وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِ لَمَسَّكُمۡ فِي مَآ أَفَضۡتُمۡ فِيهِ عَذَابٌ عَظِيمٌ  ١٤ إِذۡ تَلَقَّوۡنَهُۥ بِأَلۡسِنَتِكُمۡ وَتَقُولُونَ بِأَفۡوَاهِكُم مَّا لَيۡسَ لَكُم بِهِۦ عِلۡمٞ وَتَحۡسَبُونَهُۥ هَيِّنٗا وَهُوَ عِندَ ٱللَّهِ عَظِيمٞ  ١٥ وَلَوۡلَآ إِذۡ سَمِعۡتُمُوهُ قُلۡتُم مَّا يَكُونُ لَنَآ أَن نَّتَكَلَّمَ بِهَٰذَا سُبۡحَٰنَكَ هَٰذَا بُهۡتَٰنٌ عَظِيمٞ  ١٦ يَعِظُكُمُ ٱللَّهُ أَن تَعُودُواْ لِمِثۡلِهِۦٓ أَبَدًا إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ  ١٧ وَيُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمُ ٱلۡأٓيَٰتِۚ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ  ١٨ إِنَّ ٱلَّذِينَ يُحِبُّونَ أَن تَشِيعَ ٱلۡفَٰحِشَةُ فِي ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ  ١٩

11.  Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.
12.  Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohon itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata".
13.  Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Olah karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta.
14.  Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu.
15.  (Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.
16.  Dan mengapa kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu: "Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar".
17.  Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman.
18.  dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
19.  Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.

Rasulullah merasa gembira mengetahui kebenaran tersebut dan segera mengabarkan hal itu kepada Aisyah. Rasa suram selama sebulan akhirnya berlalu. Keluarga Rasulullah berhasil melewati fitnah dan kehinaan yang dilontarka oleh kaum munafik terutama oleh Abdullah bin Ubay yang semakin tidak dipercayai oleh masyarakatnya sendiri. Rasulullah melaksanakan hukum cambuk sebanyak 80 kali kepada beberapa orang sahabat yang turut menyebarkan kabar bohong itu karena menuduh perbuatan zina tanpa adanya konfirmasi dan bukti yang jelas, di antara dari mereka adalah Misthah bin Utsasah, Hassan bin Tsabit, dan Hamnah binti Jahsy.
Aisyah pun kembali ke kehidupan rumah tangga semula bersama Rasulullah. Berakhirlah peristiwa itu tanpa meninggalkan bekas di kota Madinah. Rasulullah dapat kembali mengabdikan diri dalam mengajarkan agama Islam.




Referensi:
·         Mubarakfuri, Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah. Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·         Haekal, Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts