Saturday, November 24, 2018

KISAH NABI MUSA AS. - Gelar, Peninggalan, dan Wafatnya Nabi Musa

Nabi Musa memiliki beberapa gelar yang diberikan oleh Allah SWT, salah satunya adalah “manusia pilihan Allah”, karena beliau dipilih di antara manusia lain untuk membawa risalah Allah SWT.

Surat Al-A'raf ayat 144:

قَالَ يَٰمُوسَىٰٓ إِنِّي ٱصۡطَفَيۡتُكَ عَلَى ٱلنَّاسِ بِرِسَٰلَٰتِي وَبِكَلَٰمِي فَخُذۡ مَآ ءَاتَيۡتُكَ وَكُن مِّنَ ٱلشَّٰكِرِينَ  ١٤٤

144.  Allah berfirman: "Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur".

Nabi Musa memiliki gelar “kalimullah”, karena beliau adalah manusia yang berbicara secara langsung dengan Allah SWT. Beliau juga dijuluki “manusia yang berkedudukan terhormat di sisi Allah”.

Surat Al-Ahzab ayat 69:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ ءَاذَوۡاْ مُوسَىٰ فَبَرَّأَهُ ٱللَّهُ مِمَّا قَالُواْۚ وَكَانَ عِندَ ٱللَّهِ وَجِيهٗا  ٦٩

69.  Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa; maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah.

Nabi Musa juga mendapat wahyu berupa kitab Taurat yang diturunkan oleh Allah SWT kepadanya. Kitab tersebut berisi berbagai pedoman hidup dan beribadah.

Surat Al-An’am ayat 91:

وَمَا قَدَرُواْ ٱللَّهَ حَقَّ قَدۡرِهِۦٓ إِذۡ قَالُواْ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ عَلَىٰ بَشَرٖ مِّن شَيۡءٖۗ قُلۡ مَنۡ أَنزَلَ ٱلۡكِتَٰبَ ٱلَّذِي جَآءَ بِهِۦ مُوسَىٰ نُورٗا وَهُدٗى لِّلنَّاسِۖ تَجۡعَلُونَهُۥ قَرَاطِيسَ تُبۡدُونَهَا وَتُخۡفُونَ كَثِيرٗاۖ وَعُلِّمۡتُم مَّا لَمۡ تَعۡلَمُوٓاْ أَنتُمۡ وَلَآ ءَابَآؤُكُمۡۖ قُلِ ٱللَّهُۖ ثُمَّ ذَرۡهُمۡ فِي خَوۡضِهِمۡ يَلۡعَبُونَ  ٩١

91.  Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata: "Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia". Katakanlah: "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya)?" Katakanlah: "Allah-lah (yang menurunkannya)", kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.

Surat Hud ayat 110:

وَلَقَدۡ ءَاتَيۡنَا مُوسَى ٱلۡكِتَٰبَ فَٱخۡتُلِفَ فِيهِۚ وَلَوۡلَا كَلِمَةٞ سَبَقَتۡ مِن رَّبِّكَ لَقُضِيَ بَيۡنَهُمۡۚ وَإِنَّهُمۡ لَفِي شَكّٖ مِّنۡهُ مُرِيبٖ  ١١٠

110.  Dan sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab (Taurat) kepada Musa, lalu diperselisihkan tentang Kitab itu. Dan seandainya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Tuhanmu, niscaya telah ditetapkan hukuman di antara mereka. Dan sesungguhnya mereka (orang-orang kafir Mekah) dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap Al Quran.

Allah SWT juga memberi pertanda keselamatan bagi Bani Israil berupa benda peninggalan keluarga Nabi Musa dan Nabi Harun, yaitu “Tabut” yang dibawa oleh malaikat, saat Bani Israil sedang memilih raja bagi mereka dan Thalut yang telah terpilih menjadi raja bagi mereka.

Surat Al-Baqarah ayat 248:

وَقَالَ لَهُمۡ نَبِيُّهُمۡ إِنَّ ءَايَةَ مُلۡكِهِۦٓ أَن يَأۡتِيَكُمُ ٱلتَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٞ مِّن رَّبِّكُمۡ وَبَقِيَّةٞ مِّمَّا تَرَكَ ءَالُ مُوسَىٰ وَءَالُ هَٰرُونَ تَحۡمِلُهُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَةٗ لَّكُمۡ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ  ٢٤٨

248.  Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.

Allah menjadikan riwayat Nabi Musa sebagai pelajaran untuk umat manusia, serta Allah SWT menganjurkan agar menceritakan riwayat Nabi Musa.

Surat Maryam ayat 51:

وَٱذۡكُرۡ فِي ٱلۡكِتَٰبِ مُوسَىٰٓۚ إِنَّهُۥ كَانَ مُخۡلَصٗا وَكَانَ رَسُولٗا نَّبِيّٗا  ٥١

51.  Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka), kisah Musa di dalam Al Kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang dipilih dan seorang rasul dan nabi.

Terdapat beberapa hadits yang menceritakan tentang wafatnya Nabi Musa. Ini adalah salah satu hadits shahih tentang kisah tersebut:

Telah menceritakan kepada kami Hasan: telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah: telah menceritakan kepada kami Abu Yunus: dari Abu Hurairah –bapakku berkata: “Abu Hurairah tidak memarfu’kannya” – Rasulullah Shalallahu ‘alayhi wasalam bersabda: “Malaikat maut datang kepada Musa seraya berkata: ‘Penuhilah panggilan Rabbmu (mati)!’ namun Musa menampar muka malaikat maut dan mencongkel matanya, sehingga malaikat tersebut kembali menghadap kepada Allah ‘Azza wa Jalla seraya berkata: ‘Sesungguhnya Engkau telah mengutusku kepada seorang hamba dari hamba-Mu yang tidak menginginkan kematian, dan dia juga telah mencongkel mataku’”. Beliau bersabda: “Lalu Allah mengembalikan matanya dan berfirman: ‘Kembalilah kepada hamba-Ku, dan katakanlah kepadanya: ‘Apakah kehidupan yang engkau inginkan? Jika itu yang kamu inginkan, maka letakkanlah tanganmu ke atas bulu kulit lembu, maka dari bulu yang tertutup oleh tanganmu, setiap helai bulu akan ditambah satu tahun dari umurmu.’ Musa berkata: ‘Lalu apa setelah itu?’ malaikat maut menjawab: ‘Setelah itu kematian.’ Musa berkata: ‘Wahai Rabb, kalau begitu sekarang saja’.’”. (Hadits shahih di dalam Kitab Musnad Ahmad, nomor ke-8262).

Dalam hadits di atas, yang dimaksud “tidak memarfu’kannya” adalah tidak menyambungkan riwayat ini kepada Nabi Muhammad SAW.

Menurut Ibnu Hibban, intinya ketika malaikat maut mengatakan hal tersebut, Nabi Musa tidak mengetahui bahwa dia adalah malaikat maut, karena dia datang dalam rupa yang tidak dikenal oleh Nabi Musa. Oleh sebab itu, Nabi Musa menempeleng malaikat maut itu hingga keluar matanya. Saat itu malaikat maut masuk ke rumah Nabi Musa tanpa seizinnya.

Nabi Musa mengharapkan berbagai hal, diantaranya adalah keluarnya Bani Israil dari padang Tiih dan masuk ke al-ardh Al-muqaddasah. Namun, Allah SWT telah menakdirkan bahwa Nabi Musa meninggal di padang Tiih setelah wafatnya Nabi Harun. Ketika Nabi Musa memilih kematian, beliau mengungkapkan, “Wahai Rabbku, dekatkanlah diriku dengan al-ardh al-muqaddasah dengan ditimbuni dengan bebatuan”.

Berikut ini adalah hadits-hadits yang menceritakan tentang lokasi makam Nabi Musa.

Rasulullah SAW bersabda:”Sekiranya aku berada di tempat itu, niscaya aku akan memperlihatkan kepada kalian kuburnya di samping jalan di dekat bukit merah”. (Hadits Riwayat Bukhari, hadits shahih).

Imam Ahmad berkata: Affan telah menceritakan kepada kami, Hamad telah menceritakan kepada kami, Tsabit dan Sulaiman at Taimiy telah menceritakan kepada kami, dari Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Ketika aku diisra’kan, maka aku melewati Musa yang telah shalat di atas kuburnya di dekat bukit merah”. (Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Hamad bin Salamah).

No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts