Tuesday, February 19, 2019

KISAH NABI MUHAMMAD SAW - Nota Perjanjian Tentang Boikot Umum terhadap Bani Hasyim dan Bani Muththalib

Setelah kaum kafir Quraisy gagal dalam berbagai usaha untuk mencegah dakwah Nabi Muhammad, mereka mengambil jalan lain, yaitu pemboikotan terhadap yang melindungi Nabi Muhammad, yaitu Bani Hasyim dan Bani Muththalib.

Ibnu Ishaq berkata, “Saat orang-orang kafir Quraisy mengetahui bahwa sahabat-sahabat Rasulullah SAW tiba di suatu daerah (Abbisinia/Habasyah/Ethiopia) dan mendapat keamanan dan kenyamanan di dalamnya; An Najasyi melindungi siapa saja yang meminta perlindungan kepadanya; Umar bin Khattab masuk Islam; Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abdul Muththalib berada di pihak Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya; serta Islam menyebar luas di kabilah-kabilah Quraisy, maka mereka mengadakan rapat. Mereka membuat konspirasi dengan membuat perjanjian yang ditujukan kepada Bani Hasyim dan Bani Muththalib. Berikut ini adalah isi perjanjian tersebut:

1.      Mereka tidak menikahi wanita-wanita dari Bani Hasyim dan Bani Muththalib.
2.      Mereka tidak menikahkan putri-putri mereka dengan orang-orang dari Bani Hasyim dan Bani Muththalib.
3.      Mereka tidak menjual sesuatu kepada Bani Hasyim dan Bani Muththalib.
4.      Mereka tidak membeli sesuatu dari Bani Hasyim dan Bani Muththalib.

Ketika mereka menyepakati isi perjanjian tersebut, mereka menulisnya di shahifah (nota perjanjian), lalu mereka saling berjanji untuk komitmen dengan isi perjanjian tersebut. Kemudian mereka menempelkan nota perjanjian di tengah-tengah Ka’bah sebagai bukti sikap mereka. Penulisnya adalah Mansur bin Ikrimah bin Amir bin Hisyam bin Abdul Manaf bin Abduddar bin Qushai (Ibnu Hisyam berkata, “Ada yang mengatakan penulisnya adalah An-Nadhr bin Al-Harits.”). Rasulullah SAW mendoakan keburukan baginya, maka sebagian jari Mansur bin Ikrimah menjadi lumpuh”.

Kaum kafir Quraisy juga tidak mau bergaul dengan Bani Hasyim dan Bani Muththalib, kecuali jika Rasulullah diserahkan kepada mereka untuk dibunuh.

Pemboikotan tersebut tentu berdampak buruk bagi Bani Hasyim dan Bani Muththalib. Mereka hidup terisolir, baik yang beriman maupun yang kafir, kecuali Abu Lahab. Mereka terkurung di perkampungan Abu Thalib sejak awal Muharram tahun ke-7 kenabian.

Pemboikotan semakin lama semakin berat. Makanan yang ada di Mekkah selalu diborong terlebih dahulu oleh kaum musyrikin. Bani Hasyim dan Bani Muththalib mengalami kelaparan luar biasa, bahkan hanya dedaunan dan kulit binatang saja yang mereka makan.

Pada suatu hari Hakim bin Hizam membawa gandum untuk bibinya yaitu Khadijah. Perjalanannya terhalang oleh Abu Jahal dan Abu Jahal melarangnya. Maka datanglah Abu Al Bakhtari bin Hisyam untuk membantu Hakim bin Hizam dan membolehkannya untuk memberikan gandum kepada bibinya.

Abu Thalib merasa prihatin terhadap Rasulullah. Saat semua orang akan tidur, Abu Thalib menyuruh Rasulullah untuk tidur di tempatnya, agar Abu Thalib dapat melihat siapa saja yang mungkin hendak membunuh Rasulullah. Jika semua orang sudah terlelap dalam tidur, Abu Thalib menyuruh salah seorang anaknya atau saudaranya untuk tidur di tempat Rasulullah dan membawa perlengkapan tidur mereka.

Dalam menghadapi pemboikotan, Nabi Muhammad semakin teguh berjuang di jalan Allah SWT. Begitu pula dengan keluarga dan para sahabat yang semakin gigih mempertahankan agama Allah. Rasulullah tetap menyebarkan ajaran Islam hingga keluar perbatasan Mekkah. Kaum kafir Quraisy juga memikirkan cara untuk memerangi Rasulullah yang ajarannya bertentangan dengat adat kebiasaan jahiliyah. Mereka berpikir bagaimana cara menghentikan tersiarnya ajaran Islam kepada kabilah-kabilah Arab, kabilah-kabilah yang tak dapat hidup tanpa Mekkah dan Mekkah pun tak dapat hidup tanpa mereka dalam hal perdagangan, baik ekspor maupun impor dari dan ke kota suci tersebut.

Kafir Quraisy selalu mengancam Rasulullah dan keluarganya selama bertahun-tahun. Namun, Rasulullah tetap tabah. Dengan cara yang baik, beliau tetap mengajak orang-orang untuk menerima kebenaran. Itulah tugas Nabi Muhammad sebagai utusan Tuhan yang membawa berita gembira dan peringatan. Seharusnya masyarakat Quraisy yang selalu memerangi beliau memercayai Al-Amin, orang yang sejak anak-anak dikenal sebagai orang yang paling jujur, tak pernah berdusta. Namun saat itu Quraisy belum mau tunduk. Mereka masih mempertahankan agama lama mereka dan khawatir dengan ajaran Islam yang akan menggerus dan menghancurkan paganisme yang mereka anut sejak masa nenek moyang mereka.

Setelah tiga tahun pemboikotan, akhirnya pemboikotan dibatalkan pada bulan Muharram tahun 10 kenabian. Penyebab pembatalan adalah adanya pertentangan dari kaum Quraisy sendiri. Ada yang bersikeras untuk meneruskan pemboikotan, ada pula yang menentangnya karena yang menderita adalah sanak saudara mereka sendiri. Orang-orang yang menentang perjanjian itu semakin lama semakin banyak hingga menjadi suara mayoritas.

Di lain pihak, Rasulullah SAW memberitahu Abu Thalib bahwa Allah SWT telah memerintahkan rayap-rayap untuk memakan lembaran nota perjanjian tersebut. Lembaran yang tersisa hanya sedikit yang di dalamnya ada lafaz Allah.

Abu Thalib menyampaikan hal itu kepada orang-orang Quraisy seraya berkata, “Jika dia berdusta, akan kami biarkan kalian berbuat sesuka hati kalian kepadanya. Namun jika dia benar, hendaklah pemboikotan dan kezaliman terhadap kami ini kalian hentikan”.

Lalu Muth’im bin Adi berniat merobek lembaran perjanjian, namun dia melihat bahwa lembaran itu sudah hampir habis dimakan rayap, kecuali pada tulisan “Dengan nama-Mu ya Allah” dan yang padanya terdapat kata “Allah” masih ada.

Maka berakhirlah penderitaan akibat pemboikotan tersebut dan Rasulullah keluar dari perkampungan Abu Thalib. Kaum musyrikin telah melihat bukti-bukti kenabian yang sangat jelas, tetapi mereka tidak mengakuinya, seperti dalam firman Allah SWT dalam surat Al Qomar ayat 2:

وَإِن يَرَوۡاْ ءَايَةٗ يُعۡرِضُواْ وَيَقُولُواْ سِحۡرٞ مُّسۡتَمِرّٞ  ٢

2.  Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: "(Ini adalah) sihir yang terus menerus".

Setelah itu, Rasulullah beserta kaum muslimin mulai menjalani kehidupan seperti biasanya. Sedangkan pihak kafir Quraisy masih tetap berupaya untuk menghalangi dakwah Rasulullah.




Referensi:
·         Mubarakfuri, Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah. Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·         Haekal, Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.
·         Al-Mubarakfuriyy, Syeikh Safy Al-Rahman. Seerah Nabawiyyah, Al-Raheeq Al-Makhtum.
·         Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri. Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam. 2000. Jakarta Timur: Darul Falah.


No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts