Tuesday, March 31, 2020

MAKET BETTERPAD-RAY - Pelbagai Tafsiran Mengenai Tipologi (Arsitektur Bangunan)

Tampak depan Desain Maket Betterpad-Ray / Benteng Mural
Bisa dikira bahwa munculnya pelbagai tafsiran mengenai pendekatan tipologis, baik yang tepat maupun tidak, disebabkan oleh fungsi klasifikasi yang ditekankan ke arah “karakter”. Masalah ini memang telah muncul sejak adanya istilah “tipe” yang pertama kali dituliskan pada tahun 1788 oleh Quatremere de Quincy dalam buku Ensiklopedi yang pertama di dunia. Memang mempelajari hal yang bersifat abstrak, tidak pasti, menimbulkan pelbagai pendapat. Dan masalah bahasa memang tidak serta merta bisa selesai dibahas dalam hitungan detik, walaupun hanya untuk satu kata.
Pengertian “karakter” ditulis pertama kali oleh Jacques-Francoise Blondel pada tahun 1771 sebagai berikut:
. . . segenap hasil karya yang digolongkan harus mencerminkan tujuan spesifiknya masing-masing, semuanya harus memiliki sebuah karakter yang menentukan bentuk keseluruhannya, dan menghadirkan bangunan tersebut apa adanya.
Seringkali ada yang salah menafsirkan tipologi sebagai sebuah cara melakukan klasifikasi atas dasar kriteria “model”, atau bisa dikatakan bahwa “tipe” itu sama dengan “model”. Sejak dibahas untuk pertama kali, masalah ini memang telah timbul dan Quatremere de Quincy juga menyadarinya. Sebagai permisalan tentang atap bangunan, dia mengatakan:
Sebuah ‘pediment’ tidak lagi dilihat sebagai representasi sebuah atap, kebetulan karena bentuknya yang segi tiga, maka sebuah atap adalah sebuah segi tiga misterius, sesuatu yang melambangkan keabadian.
Dengan atap bangunan sebagai permisalan, serangan yang dilakukan de Quincy diarahkan kepada mereka yang melihat dulu apakah objek tersebut telah memenuhi syarat-syarat yang harus ada supaya dapat dikatakan sebagai sebuah “bentuk dasar”. Dalam penjelasannya, sebuah “pediment” dianggap sebagai model yang menyebabkan atap bangunan diidentikkan dengan bentuk segi tiga. Kalau dibahas dalam cara sederhana, anak kecil pasti tahu bahwa mereka akan menggambar bentuk segi tiga untuk membuat gambar atap. Hal ini bukan karena mereka diajarkan oleh orang lain untuk menggambar dengan bentuk tersebut, melainkan karena otak manusia, sejak dini pun, sudah bisa mengetahui apa yang dianggap “bentuk dasar” yang ada dalam setiap objek, terutama objek-objek yang bisa diukur secara geometris.
[Desain maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya) atau Benteng Mural memang bisa dilihat dengan pendekatan tipologis. Namun, apakah memang secara sadar atau tidak, desain Betterpad-Ray boleh dinilai dengan pendekatan apapun sesuai pandangan yang mengamati. Karena ada kata-kata “Benteng”, memang yang bisa dipikir adalah bahwa maket ini adalah desain tempat untuk pertahanan. Benar, tempat untuk mempertahankan budaya dan ilmu pengetahuan, khususnya Indonesia/Nusantara. Di zaman sekarang ketika sudah ada angkatan udara, benteng sudah tidak efektif lagi dan desain benteng maket ini dibuat untuk tujuan seni, tepatnya media mural.
Maket ini, secara umum, adalah desain kompleks bangunan yang memiliki tipe gedung serbaguna multi-bangunan. Karakter adalah hal yang selalu dicari dalam setiap desain. Setiap desain memiliki keunikan sendiri-sendiri, namun masih bisa dikelompokkan ke dalam golongan yang lebih luas. Tentu, desain Benteng Mural atau Betterpad-Ray memiliki karakter yang unik dan berbeda. Secara umum, Benteng Mural memiliki karakter antara budaya Indonesia dengan modern. Desain Benteng Mural termasuk dalam kelompok bangunan publik dengan fasilitas terintegrasi. Modelnya pun sebenarnya model umum. Adanya desain masjid, paviliun, dan bangunan utama dengan bentuk yang bisa ditemui di bangunan lain adalah karena berusaha untuk menjaga dan memanfaatkan bentuk yang sudah ada serta terbukti digunakan dan diaplikasikan dengan baik selama ini.]
Pada dasarnya, pengertian yang terkandung dalam masing-masing aspek yang saling berkaitan menyebabkan pelbagai tafsiran yang menimbulkan pelbagai aspek baru dalam bidang tipologi. Dalam bahasa Inggris, ada tiga kata, yaitu tipe, model, dan langgam yang didefinisikan sebagai berikut:
-        Tipe           : seseorang,  sesuatu, peristiwa, dan sebagainya, yang dianggap sebagai sebuah
                    contoh dari satu  kelas atau  kelompok tertentu. . . yang dianggap mempunyai
                    kesamaan karakter.
-        Model       : representasi dalam tiga dimensi dari struktur atau langgam sebuah struktur . .
                   .  untuk  dibuat  kembali  dengan  bahan  lain . . . atau  yang  diusulkan  untuk
                    ditiru.
-        Langgam   : cara   berbicara,   menulis,  atau  melakukan   sesuatu;  sebuah  karakter  yang
                    bersifat   kolektif;   sebuah  rumus   deskriptif;  jenis,   ragam,  terutama  yang
                    berhubungan dengan caranya ditampilkan.



Tampak atas Desain Maket Betterpad-Ray / Benteng Mural
[Kata “tipe”, “model”, dan “langgam”, dalam pemikiran banyak orang, memanglah hal yang saling berkaitan. Biasanya, ada ketiga kata tersebut dalam suatu pembahasan memang merujuk pada suatu karya. Dalam desain Benteng Terpadu Raya ini, tentu bisa diketahui tentang apa yang bisa dijelaskan menggunakan tiap-tiap tiga kata tersebut. Baik ahli arsitektur maupun non-arsitek, akan mencari dan memahami desain maket dengan tiga kata itu, baik sadar maupun tidak. Bedanya, para ahli pasti sudah bisa menafsirkan dan menggunakan kata dengan tepat. Sedangkan yang non-arsitek bisa saja salah dalam menggunakan kata yang dimaksud. Namun, secara umum, kesalahan non-arsitek (salah kaprah) dalam konteks ini tidaklah fatal, bahkan hampir tidak apa-apa, sebab maksud dalam hati ketika penilaian sudah bisa dipahami dan memuaskan, baik dirinya sendiri maupun orang lain.
Bisa dikatakan bahwa desain Benteng Mural adalah tipe bangunan multifungsi dengan model khas Nusantara yang berpadu dengan wujud modern. Langgam adalah cara atau teknik tertentu dalam pembuatan suatu karya. Jika dilihat dari bahan maket, maket ini memakai bahan kertas dengan teknik memotong dan menempel. Hal ini dilakukan dan patut dilakukan karena murah dan mudah dibentuk. Jika melihat langgam dalam pembuatan bangunan yang nyata, yang pasti dilakukan agar hasilnya telah sesuai keinginan dan berwujud. Langgam ini bisa dipengaruhi oleh kebutuhan, ilmu pengetahuan, dan budaya setempat. Tentu sebagai kompleks bangunan yang berusaha mengangkat budaya Indonesia, langgam yang digunakan adalah “langgam dari Indonesia”.]
Baik “tipe” maupun “langgam” menyinggung hal yang sama, yaitu: kesamaan karakter yang bersifat mengelompok/kolektif, sedangkan “model” adalah sesuatu yang dibuat meniru atas “langgam”. Namun, pada pemakaian tertentu, “model” memiliki definisi yang sama dengan “tipe” karena sama-sama berkaitan dengan masalah representasi.
Ketiga kata tadi dipakai tipologi dalam ruang lingkup berbeda, yaitu dihubungkan langsung dengan “bentuk-bentuk” dan “sifat-sifat dasar” sebuah objek arsitektural. Ketiganya harus dilihat secara konsepnya saja, bukan dengan sebuah wujud fisik tertentu. Maka, “model” yang dimaksud dalam analisis tipologi adalah sebuah bentuk dasar geometris yang dipilih sebagai sumber ideal bagi pembentukan sebuah objek arsitektural. Sedangkan langgam adalah karakteristik yang muncul dalam wujud objek arsitektural, sebagai akibat digunakannya sebuah bentuk dasar tertentu untuk dijadikan sebuah model ideal.
Tipologi bisa memakai metode yang umum digunakan dalam bidang sejarah. Setiap objek arsitektural dipelajari perkembangannya berdasarkan aspek kebudayaan manusia, khususnya cara dan teknologi dalam membuat bangunan. Artinya, tipologi bukan hanya kegiatan yang bersifat teori, namun juga berkembang menjadi kegiatan praktik, alat perencana, dan perancangan.
[Indonesia memiliki sejarah arsitektur yang sangat panjang, karena budayanya sendiri yang luhur serta adanya perpaduan dengan gaya arsitektur dari negeri-negeri yang pernah berhubungan dengan Indonesia secara intensif, yaitu Tiongkok, India, Arab, dan Eropa. Karena itu, tidak heran bisa ditemukan pelbagai karya arsitektur yang unik di Indonesia dalam jumlah banyak. Desain Maket Betterpad-Ray dibuat berdasarkan suasana seperti itu agar dunia tahu bahwa Indonesia punya keragaman dan warna budaya yang kompleks.]



Maket Masjid Syahadat

Maket Pendapa Peradaban


Maket Bangunan Utama Betterpad-Ray
Ada pendapat bahwa awal arsitektur adalah adanya “primitive hut” atau gubuk sederhana yang primitif. Hal ini dikemukakan oleh Marc Antoine Laugier dalam karyanya yang berjudul “Essai sur l’architecture” (1753). Gubuk primitif adalah susunan dari empat buah batang kayu yang berdiri secara vertikal membentuk sudut segi empat, lalu keempat sudut bagian atas terhubung oleh empat batang kayu horizontal. Batang-batang kayu horizontal ini menjadi dasar lantai hunian manusia primitif. Inilah bagian pertama dari gubuk primitif. Kemudian pada bagian kedua di atasnya, empat batang kayu yang lain disusun menjadi dua buah segi tiga yang dipasang pada dua sisi terjauh dari bidang lantai dan setia puncak keduanya dihubungkan  oleh sebuah batang kayu secara horizontal. Bagian kedua ini akan membentuk atap bangunan setelah diberi ranting dan tertutup oleh dedaunan.
Intinya, sebuah objek arsitektural hanya punya dua bagian utama, yaitu kolom-kolom atau tiang-tiang yang berdiri bebas dan bentuk atap. Selain dua elemen tersebut, hanya berfungsi sekunder. Menurut jalan pemikiran seperti itu, dinding-dinding penutup sisi bangunan tidak dianggap sebagai pemikul atap atau beban karena melanggar prinsip dasar tadi. Dinding dan elemen lainnya hanya dianggap tambahan saja karena pada dasarnya bisa dilepas. Seiring berjalannya waktu, perancangan bangunan semakin berkembang hingga berwujud seperti yang bisa kita lihat sekarang.
[Jika melihat desain Maket Betterpad-Ray, tampak bangunan yang paling khas—terletak di pusat bagian depan adalah Pendapa Peradaban. Paviliun ini adalah sebuah bangunan dengan sisi terbuka yang berasal dari Nusantara, tepatnya Jawa. Bangunan pendapa memiliki struktur yang lebih sederhana dibandingkan bangunan pada umumnya. Secara garis besar adalah kumpulan tiang berdiri yang menopang atap sebagai pelindung dari arah atas. Sedangkan arah samping tidak ditutup karena melambangkan keterbukaan dan memudahkan orang-orang masuk ke dalamnya. Pendapa adalah ruang publik, bukan ruang privasi atau kepentingan tersembunyi suatu instansi.
Bisa dikatakan bahwa model pendapa memang cukup mendekati bentuk gubuk primitif. Hanya saja bentuknya lebih teratur, menggunakan bahan-bahan yang baik, jumlah strukturnya lebih banyak dan luas, serta dapat digunakan untuk acara resmi. Umumnya, pendapa juga terletak di bagian depan bangunan utama yang tertutup. Tentu, pendapa dan sebagainya adalah hasil pemikiran para pendahulu bangsa Indonesia dalam menciptakan karya arsitektur yang fungsional dan menampakkan keterbukaan pikiran, namun tetap dekat dengan alam dan kesederhanaan.
Pada Bangunan Masjid Syahadat, juga dapat ditemukan bentuk pendapa, yaitu serambi masjid. Serambi masjid berada di bagian belakang ruang ibadah utama dan memiliki sifat keterbukaan. Di sinilah berbagai kegiatan kemasyarakatan yang religius bisa dilakukan.
Demikian artikel yang tercampur antara ilmu pengetahuan dan pembahasan mengenai desain Maket Betterpad-Ray ini. Tidak ada karya tulis yang sempurna, karena hanya Tuhan Yang Maha Esa Yang Maha Sempurna. Mohon maaf bila ada kesalahan dan mohon kritik serta saran. Terima kasih.]


Referensi:
§  Prof. Ir. Eko Budihardjo, M.Sc. Jati Diri Arsitektur Indonesia. 1997. Bandung: Penerbit Alumni.  *Termasuk oleh: Ir.Budi A. Sukada,Grand.Hond,Dipl.(AA), seperti yang tercantum dalam buku referensi.
(https://archive.org/stream/BukuArsitektur/1140_Jati%20Diri%20Arsitektur%20Indonesia#page/n1/mode/2up)

No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts