Thursday, March 26, 2020

MAKET BETTERPAD-RAY - Pendekatan Tipologi untuk Memahami Arsitektur Tradisional

Tampak depan desain Maket Betterpad-Ray/Benteng Mural
Setiap bangunan memiliki tipe sendiri. Arti kata “tipe” berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata “typos” yang berati “the root of . . .”. Ilmu untuk mempelajari pelbagai hal yang berhubungan dengan tipe disebut tipologi. Dalam memahami tipe bangunan, harus dijelaskan dahulu pengertian yang terdapat dalam kata “arsitektur” agar bisa membahas tipologi secara tuntas, karena kata tersebut memiliki berbagai pengertian yang terus berkembang seiring berkembangnya zaman.
Secara tipologis, maksud kata “arsitektur” adalah kegiatan yang menghasilkan objek tertentu yang disebut “objek arsitektural”. Dengan begitu, tipologi berusaha menelusuri awal mula terbentuknya objek-objek arsitektural. Ada tiga tahapan yang harus ditempuh untuk mengetahuinya, yaitu:
1.      Menentukan “bentuk-bentuk dasar” (formal structures) yang ada dalam setiap objek arsitektural.
2.      Menentukan “sifat-sifat dasar” (properties) yang ada dalam setiap objek arsitektural berdasarkan bentuk dasar yang ada.
3.      Mempelajari proses perkembangan bentuk dasar tersebut hingga perwujudannya sekarang.
Maksud dari “bentuk dasar” adalah unsur-unsur geometris utama, misalnya lingkaran, elips, segi tiga, dan segi empat; termasuk pelbagai variasi tiap-tiap unsur tersebut. Unsur geometris utama ini dapat disebut sebagai “geometri abstrak” atau juga dikenal dengan “deeper geometry”. Disebut “abstrak” karena unsur-unsur ini lebih sering ditemukan dalam keadaan yang tidak terwujud secara nyata saat pengamatan, tetapi hanya terindikasi saja. Sebuah atap berbentuk pelana dapat diasumsikan terdiri dari beberapa unsur segi tiga yang berderet.
Maksud dari “sifat dasar” adalah hal-hal seperti memusat, simetris, memencar, statis, dan sebagainya. Beberapa sifat dasar ini telah menjadi milik beberapa bentuk dasar tertentu. Contoh, sebuah lingkaran memiliki sifat dasar “memusat”, karena lingkaran sendiri adalah kumpulan titik-titik yang mengelilingi pusat hingga kembali/tersambung di titik awal. Sedangkan persegi memiliki sifat dasar “statis”. Namun, wujud gabungan dari beberapa bentuk persegi atau lingkaran belum tentu memiliki sifat dasar itu lagi. Terlebih bila pelbagai bentuk dasar yang berlainan digabungkan menjadi wujud bentuk dasar yang baru.
Tampak atas desain Maket Betterpad-Ray/Benteng Mural
[Maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya) atau Benteng Mural adalah contoh desain kompleks bangunan yang menggabungkan unsur tradisional dan modern. Menariknya, diusahakan agar unsur tradisional cenderung menonjol dalam wujudnya. Desain maket Betterpad-Ray adalah penggambaran tipe bangunan dalam skala kecil yang multi rupa. Formasi bangunan-bangunan ini mengikuti kaidah apa yang sudah ada di dalam budaya arsitektur Nusantara (Indonesia) ditambah dengan sifat efektif dan efisien rupa arsitektur modern yang praktis.
 Bentuk-bentuk dasar pada desain maket Betterpad-Ray dapat dilihat dengan jelas karena tampak sederhana tanpa detail-detail rumit. Bentuk dasar bujur sangkar adalah hal yang paling umum dijumpai dalam setiap bangunan, termasuk maket Benteng Mural ini. Bentuk bujur sangkar dapat dilihat secara jelas dalam tiga desain bangunan utama dalam maket Benteng Terpadu, yaitu Pendapa Peradaban, Gedung Utama Betterpad-Ray, dan Masjid Syahadat. Alasan penggunaan bentuk bujur sangkar memang sesuai dengan pandangan umum, bahwa bentuk dasar tersebut mudah dibuat, tegas, sederhana, dan dapat diukur dengan mudah. Bentuk persegi yang keempat sudutnya adalah 90 derajat, jelas membentuk ruangan yang lebih luas dan efektif daripada besar sudut yang lebih besar atau lebih kecil. Jika terlalu besar sudutnya, maka membutuhkan banyak lahan. Bila sudutnya kecil, maka luas ruangannya menjadi sempit.
Sedangkan bentuk dasar segi tiga adalah hal yang umum dijumpai dalam bentuk atap di sebagian besar wilayah Indonesia, meskipun dengan variasi masing-masing. Bentuk ini terkesan natural – seperti gunung yang kokoh atau benda apa pun yang kuat. Kemiringan pada bentuk segi tiga membuat atap bangunan daerah tropis yang banyak curah hujannya ini mudah mengalirkan air hujan jatuh ke tanah. Memang ada bentuk atap yang memakai bentuk dasar lingkaran, lebih tepatnya setengah bola. Contohnya pada rumah Honai di Papua. Ada juga yang berbentuk seperti perahu, seperti rumah Gadang di Sumatera Barat atau rumah Tongkonan di Sulawesi Selatan. Yang jelas, bentuk atap seperti itu memberi kesan ruang atap yang luas.
Sifat dasar bangunan berwujud segi empat, menurut saya, memang ke arah statis dan simetris. Statis karena rumah atau bangunan dibuat agar bangunannya terkesan tahan lama dan permanen. Meskipun rumah kayu tradisional mudah dibongkar, bahkan ada yang seluruh bangunannya bisa diangkat oleh banyak orang untuk dipindahkan ke tempat lain, namun wujud statis dari bujur sangkar memberi makna bahwa rumah adalah objek yang diharapkan langgeng wujudnya. Umumnya rumah tradisional Indonesia berbentuk simetris karena simetris adalah sesuatu yang seimbang, mudah dibagi rata, dan terlihat nyaman jika dipandang. Begitu pula dengan desain Maket Betterpad-Ray yang dirancang berdasarkan bentuk-bentuk dasar yang umum agar tampak memiliki sifat yang kuat dan enak dipandang.
Sebagai desain kompleks bangunan, maket Benteng Mural memang penggabungan dari bentuk-bentuk dasar yang lebih kompleks jika dilihat secara keseluruhan. Hal ini dilakukan agar ada ciri khas yang baru dan lain. Tentu harus ada penataan komposisi dan proporsi dengan penghitungan yang teliti agar wujud desain terlihat serasi. Tidak semua bentuk dasar harus digabungkan menjadi bangunan semua. Wujud taman yang memakai bentuk dasar juga menambah warna penampilan dari desain maket Betterpad-Ray.]
Ada dua pendapat yang berlainan mengenai asal-usul arsitektur sebagai sebuah objek arsitektural. Pendapat pertama menyatakan bahwa arsitektur terbentuk ketika manusia berhasil ‘mewujudkan kehadiran Tuhan’ di dunia. Menurut pernyataan tersebut, bangunan/konstruksi yang berfungsi sebagai tempat pemujaan atau kuil adalah objek arsitektural pertama di dunia yang dibuat manusia. Pendapat kedua menyatakan bahwa arsitektur terbentuk saat manusia menyadari kehadirannya di dunia dan mulai terarah pada lingkungannya. Menurut pernyataan tersebut, bangunan berupa hunian atau tempat tinggal adalah objek arsitektural pertama di dunia yang dibuat manusia, misalnya gubuk primitif.
Hingga sekarang, pengaruh kedua pendapat tadi masih dapat dirasakan. Pendapat pertama mengarahkan pemikiran bahwa yang patut disebut sebagai karya arsitektur adalah karya-karya yang bersifat monumental dan berfungsi sebagai tempat untuk kepentingan umum. Nikolaus Pevsner, dalam bukunya An Outline of European Architecture (1974) memberikan pandangannya:
“Gudang sepeda adalah sebuah bangunan. Katedral Lincoln adalah sebuah karya arsitektur. Apapun yang membentuk ruang dalam skala yang cukup bagi manusia untuk bergerak di dalamnya adalah sebuah bangunan. Istilah arsitektur hanya berlaku bagi bangunan-bangunan yang dirancang dengan tujuan estetis.”
Pada abad ke-18 dan ke-19, kata “estetis” hanya diperuntukkan pada bangunan-bangunan monumental dan umum saja. Pevsner menampilkan hal tersebut dalam uraiannya.
Di sisi lain, pendapat kedua mengarahkan kepada sesuatu yang dapat dimengerti bahwa setiap bangunan, apa pun fungsinya dan bagaimanapun wujudnya, harus disebut sebagai karya arsitektur, kendati bukan seorang arsitek yang merancangnya.
Kedua pendapat tersebut juga memberi pernyataan yang berbeda tentang arsitektur sebagai sebuah objek. Pendapat pertama menyatakan bahwa objek arsitektural itu bersifat unik dan orisinal. Setiap objek arsitektural adalah hasil curahan ekspresi yang muncul dari pemikiran pembuatnya secara sesaat, sehingga seharusnya tak mungkin ada dua objek arsitektural yang sama persis, bahkan jika dibuat oleh orang yang sama. Pendapat ini masih berpengaruh hingga sekarang. Berikut ini pendapat Profesor Parmono Atmadi:
“Pada dasarnya, arsitektur selalu ingin menyampaikan pesan. Hanya karena pesan itu tidak tertulis, maka pesan tadi dapat saja diartikan berbeda dari yang dimaksudkan. Selain itu, pesan yang diharapkan dapat dan hampir selalu diartikan lain oleh seseorang yang mencoba membaca pesan tersebut. Apalagi bila pengamatan dilakukan dengan selisih waktu yang cukup lama.”
Menurut beliau, hal itu terjadi karena:
“. . . tumbuhnya pandangan dan nilai baru yang tidak hanya berbeda, tetapi juga dapat bertolak belakang dengan yang lama.”
Pendapat Profesor Parmono berasal dari salah satu kegiatan di bidang linguistik, yaitu “Semiologi”. Semiologi melihat bahasa sebagai sarana komunikasi. Dalam hal ini, manusia adalah makhluk bersimbol yang berkomunikasi antar sesama dengan tanda-tanda yang ditujukan pada arti tertentu. Bahasa yang dipakai sehari-hari dipelajari dalam Semiologi dengan cara menguraikannya menjadi sebuah sistem tanda-tanda. Diharapkan bahwa proses pembentukan pengertian tentang apa pun dapat ditelusuri dengan pendekatan tersebut. Diyakini bahwa simbol dan tanda bersifat universal, sehingga proses dalam pembentukan sebuah bahasa juga ada dalam hal lain, misalnya pada arsitektur. Elemen-elemen tektonis pembentukan sebuah objek arsitektural disamakan dengan kata-kata. Objek arsitektural sendiri disamakan dengan sebuah kalimat. Dalam berbicara, tiap orang memiliki cara masing-masing. Pembuat objek arsitektural juga punya cara masing-masing dalam menghasilkan karya. Dengan kata lain, setiap objek arsitektural adalah khas dari pembuatnya sehingga bersifat unik dan orisinal.
Pendapat kedua memberi pernyataan berlawanan. Objek-objek arsitektural memiliki nilai yang sama dengan objek lain yang lahir dari kegiatan yang bersifat berulang-ulang. Objek arsitektural memang sengaja dibuat agar bisa diulangi lagi. Artinya, objek arsitektural bukan hanya menghasilkan sebuah pengulangan melainkan juga dihasilkan dari sebuah pengulangan. Dalam pandangan ini, pembuat objek arsitektural hanya punya satu pedoman, yaitu “bentuk-bentuk dasar” serta “sifat-sifat dasar”. Hanya kemampuan membedakan dan mengelompokkan pelbagai bentuk dasar serta mencirikan sifat dasar yang dimiliki pembuat objek arsitektural. Transformasi, modifikasi, dan imitasi bentuk-bentuk dasar bisa saja dilakukan, namun hanya setelah menetapkan satu bentuk dasar atau melakukan penggabungan pelbagai bentuk dasar. Maka, dengan mudah orang lain dapat meniru proses tersebut setelah bentuk dasar atau gabungan bentuk-bentuk dasar pilihan orang pertama tadi telah diketahui.
Dalam pernyataan tersebut, karakter tidak dikaitkan dengan pembuatnya, tetapi dengan objeknya sendiri dengan pengaturan di dalam objek itu sendiri. Pembuat tidak punya peran sedikit pun dalam objek yang dibuat, dan tiap objek arsitektural telah memiliki identitasnya yang telah ada sebelum disentuh oleh pembuat.
Sebuah karakter dapat dikaitkan dengan fungsi bangunan. Contohnya, atap rumah memberi karakter perlindungan karena melindungi penghuninya dari panas matahari langsung atau hujan deras yang mengguyur tempat tinggalnya. Yang disebut perlindungan adalah sesuatu yang dapat menghalangi sesuatu dari bencana atau keburukan. Maka sebuah atap harus memiliki sifat yang tidak mudah tembus oleh apa pun, kuat dalam menerima berbagai terpaan benda-benda fisik, dan tidak perlu memiliki detail yang aneh-aneh.
Tipologi dapat dilihat sebagai sebuah kegiatan mengelompokkan sesuatu berdasarkan langgam/gaya. Akibatnya muncul apa yang disebut selera yang dapat menggerakkan dibuatnya sebuah langgam tertentu, bahkan muncul langgam jenis baru. Secara garis besar, ada tiga langgam utama menurut waktu berkembangnya, yaitu langgam primitif/natural, kuno/tradisional, dan modern. Adanya kreasi yang tidak ada batasnya membuat semua langgam bisa dicampurkan dengan proporsi sendiri-sendiri sehingga menimbulkan gaya baru, misalnya rumah modern yang memiliki detail tradisional dengan adanya gazebo dan taman bernuansa natural. Tentu ini adalah selera setiap orang yang nyaman menurut perasaan orang itu sendiri. Langgam objek arsitektural menentukan kepribadian pembuat atau penghuninya, bahkan kepribadian kelompok atau bangsa jika objek arsitektural adalah bangunan umum yang monumental.
Desain Masjid Syahadat

Desain Pendapa Peradaban

Desain Bangunan Utama Betterpad-Ray
[Berdasarkan kedua pandangan tadi, desain Maket Betterpad-Ray cenderung merupakan sekumpulan bangunan umum yang memiliki fungsi masing-masing. Artinya, Maket Benteng Mural adalah kompleks bangunan yang memiliki ciri khas unik dan orisinal yang jelas tak ada wujud lain yang serupa yang dapat diciptakan manusia. Memang, rumah hunian cenderung tidak disebut karya atau objek arsitektur hanya karena wujudnya yang relatif sederhana dan fungsi yang personal sehingga memang tak ada niat membuat wujud rumah yang unik, sebatas rapi dan indah secara umum saja. Sedangkan bangunan umum adalah bangunan yang diperuntukkan bagi banyak orang. Maka, wujudnya harus mampu mengakomodasi pemikiran banyak orang, yaitu indah, unik, dan bisa diingat setiap orang dengan mudah.
Mengingat rumah tinggal adalah kebutuhan pokok manusia selain makanan dan pakaian, maka pendapat bahwa rumah tinggal adalah objek arsitektural yang dibuat agar dapat ditiru selanjutnya adalah hal yang mendasar dan benar. Karena tidak ada tuntutan dalam kebutuhan fisik manusia untuk membuat sesuatu yang semakin jauh berbeda dengan cepat. Yang ada hanyalah rasa aman dan nyaman sehingga bagaimana pun wujud bangunan sudah mencukupi kebutuhan. Terlebih, bentuk rumah hunian merupakan wujud dari hasil pemikiran manusia tentang satu atau beberapa bentuk dasar yang tersusun menjadi objek arsitektural. Arsitektur adakah hasil budaya dan peradaban manusia dalam hidupnya. Sehingga pada dasarnya bentuk konstruksi yang dihasilkan dari kreasi manusia, bukan secara alami ada, sudah disebut sebagai karya arsitektur yang utuh.
Desain Benteng Mural Betterpad-Ray memang bukan rumah yang sederhana. Namun, bentuk bangunannya adalah pengulangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada, seperti Pendapa Peradaban dengan sisi terbuka, Bangunan Utama dengan wujud mengelilingi ruang kosong, dan Masjid Syahadat dengan bentuk atap limas segi empat khas Nusantara. Jadi, boleh dikatakan bahwa desain Benteng Mural berbicara dari sudut pandang kedua pendapat tersebut.
Karakter dalam desain Betterpad-Ray dibuat agar sesuai dengan karakter bangunan publik yang luas dan kokoh. Jika ditanya tentang langgam, tentu bisa dinyatakan bahwa maket Benteng Mural menggunakan langgam tradisional Nusantara yang berpadu dengan kebutuhan kegiatan modern pada Bangunan Utama yang terlihat multi fungsi. Sebenarnya hanyalah hal yang bisa ditemukan pada kompleks-kompleks bangunan lainnya. Ini bukan hanya masalah selera, melainkan tentang jati diri bangsa yang perlu dijaga dan ditunjukkan kepada dunia dengan tetap memerhatikan nilai-nilai universal dalam arsitektur.]
Bidang tipologi berawal dari pandangan bahwa gubuk primitif adalah awal objek arsitektural yang bersifat repetitif.
Raphael Monco memberikan pernyataannya sebagai berikut:
“Secara sederhana, tipologi dapat didefinisikan sebagai sebuah konsep yang mendeskripsikan sebuah kelompok objek atas dasar kesamaan karakter bentuk-bentuk dasarnya. Pada dasarnya, tipologi berlandaskan pada kemungkinan mengelompokkan beberapa objek karena mempunyai kesamaan sifat-sifat dasar. Bahkan bisa juga dikatakan bahwa tipologi berarti tindakan berpikir dalam kerangka pengelompokkan.”
Maka, pengertian “arsitektur” adalah:
“. . . sebuah cara membuat elemen-elemen tipologi – yaitu ide mengenai sebuah struktur bentuk – mencapai keadaan yang bisa mencirikan karya yang utuh.”
[Demikian artikel yang tercampur antara ilmu pengetahuan dan pembahasan mengenai desain Maket Betterpad-Ray ini. Tidak ada karya tulis yang sempurna, karena hanya Tuhan Yang Maha Esa Yang Maha Sempurna. Mohon maaf bila ada kesalahan dan mohon kritik serta saran. Terima kasih.]


Referensi:
§  Prof. Ir. Eko Budihardjo, M.Sc. Jati Diri Arsitektur Indonesia. 1997. Bandung: Penerbit Alumni.  *Termasuk oleh: Ir.Budi A. Sukada,Grand.Hond,Dipl.(AA), seperti yang tercantum dalam buku referensi.(https://archive.org/stream/BukuArsitektur/1140_Jati%20Diri%20Arsitektur%20Indonesia#page/n1/mode/2up)

No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts