Thursday, April 16, 2020

MAKET BETTERPAD-RAY - Tipologi Arsitektur Tradisional Indonesia dan Studi Kasus

Para arsitek Indonesia mempunyai pelbagai pandangan masing-masing mengenai arsitektur Indonesia yang diwariskan oleh para leluhur. Pada dasarnya, Yuswadi Salya tidak setuju jika arsitektur hanya diamati sebagai objek fisik belaka, dan tugas arsitek bukan menciptakan objek fisik tersebut melainkan menafsirkan perilaku yang ritual. Aspek ritual memunculkan unsur ‘misteri’ karena ada sesuatu yang masih belum diketahui oleh manusia tentang apa yang dilakukannya dalam ‘aktivitas ritual’. Manusia menyadari bahwa sebanyak apa pun, berusaha keras seperti apa pun untuk belajar dan mengetahui apa yang hendak dicapainya, masih banyak sekali hal-hal yang tidak akan diraih oleh manusia. Di balik sesuatu pasti ada masih sesuatu lagi yang semakin sulit diraih akal. Dalam hidup, setelah menemukan sesuatu di balik sesuatu, ternyata masih ada lagi sesuatu yang membuat manusia semakin ingin menggalinya. Dan usaha seperti itu ada batasnya, berbeda dengan dimensi yang luas tak terbatas. Begitu juga dengan penafsiran terhadap arsitektur yang notabene ‘karya’ manusia sendiri, meskipun memang perkembangannya terjadi sejak zaman nenek moyang, di mana sudah tak bisa lagi untuk mengetahui dengan jelas tentang apa yang sebenarnya dialami oleh nenek moyang karena kematian dan waktu telah memisahkan antar generasi. Penafsiran secara arsitektural atas aspek ritual sudah semestinya akan menimbulkan ‘misteri’ di dalamnya.


Maket Desain Betterpad-Ray / Benteng Mural dari Depan
[Ketika mengamati maket desain bangunan yang belum dibuat, pasti ada hal yang membuat penasaran. Karena baru berupa rancangan kecil saja, bentuk maket tentu lebih sederhana daripada bentuk bangunan aslinya. Pelbagai pertanyaan akan timbul mengenai bagaimana bangunan-bangunan akan dibuat dan apa fungsi serta maksud dari setiap desain. Dengan desain maket yang sudah dibuat rapi dengan memerhatikan komposisi dan keharmonisan, tentang apakah wujud aslinya akan sesuai dan sebagus bentuk desainnya adalah hal yang ditunggu-tunggu. Jika memang tak ada masalah dalam pembangunan, desain maket bisa terwujud lengkap dengan detail-detail yang belum tergambarkan dalam maket.
Penasaran adalah perasaan terhadap sesuatu yang masih menjadi misteri. Dalam desain maket pun ada misteri yang belum atau tidak diketahui oleh orang lain dengan masing-masing pandangan yang timbul akibat tidak adanya maksud pasti yang diketahui. Meskipun desain maket atau bangunan aslinya biasanya diminta atau dibuat oleh yang mempunyai proyek, seorang arsitek atau maketor (yang mendesain maket) punya maksud sendiri dalam karyanya. Terlebih jika memang yang punya proyek adalah yang langsung mendesain sendiri, tentu hanya Tuhan dan dia yang tahu. Orang lain bisa menerima penjelasan dari yang membuat desain, namun penafsiran dari pandangan sendiri tetap akan timbul. Dalam desain maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya) atau Benteng Mural juga menimbulkan misteri bagi siapa saja yang melihatnya dan memang sudah ada pelbagai pandangan yang timbul dari orang-orang yang mengamatinya. Keberadaan desain pendapa berukuran sangat besar memang sesuatu yang unik dan luar biasa. Pendapa, sebagai bangunan resmi yang terbuka tanpa dinding, telah menimbulkan pelbagai penafsiran tersendiri mengenai strukturnya yang unik. Meskipun sudah ada penjelasan berdasarkan warisan para leluhur, keunikan pendapa tetap menjadi misteri.]
Misalkan ada sebuah gambar pendapa dengan pemandangan alam di sekelilingnya. Di depan pendapa ada orang dewasa yang berdiri dengan jarak cukup jauh yang menuding ke arah pendapa. Di samping orang tersebut ada anak kecil yang melihat ke arah yang ditunjuk orang dewasa. Tentu ada misteri yang timbul mengenai apakah orang tersebut menunjuk pendapa itu sendiri atau sesuatu yang ada di belakang pendapa. Contoh ini terinspirasi dari gambar buatan Abbe Laugier tentang gubuk primitif dalam karya tulisnya. Dapat diartikan bahwa anak kecil adalah para penikmat seni dan orang dewasa adalah ‘arsitektur’, untuk mengacu pada sesuatu yang ditunjukkannya (pendapa atau sesuatu di belakangnya yang misterius). Pandangan yang berbeda-beda dari contoh tadi pun dapat menimbulkan ragam penafsiran yang mengarah pada misteri. Dalam contoh tersebut tidak dijelaskan apakah orang dewasa mengatakan sesuatu yang ditunjuk atau tidak. Hanya sebuah tindakan yang terlihat dari luar saja.
[Selain bangunan tanpa sekat, ketika melihat ada gambar orang yang menunjuk ke bangunan tertutup juga menimbulkan misteri, apakah yang ditunjuk adalah sesuatu di depan bangunan, di permukaan bangunan, atau yang ada di dalam bangunan. Ketika yang ditunjuk bangunan tanpa sekat, maka titik yang ditunjuk juga bisa berada di belakang bangunan tanpa sekat, karena apa yang ada di belakangnya (sisi di balik objek yang diamati / di hadapan pengamat) terlihat jelas tanpa ada halangan. Ketika menunjuk bangunan tertutup, memang sulit atau tidak bisa mengarah ke sesuatu di belakangnya, karena tidak mungkin tahu apa yang ada di baliknya. Kecuali jika sudah pernah melihat objek yang tadi pernah dilihat di belakang bangunan dan diduga masih ada di sana atau mencari sesuatu yang diduga ada di sana. Tentu hal itu hanya dugaan, tidak seperti ketika melihat sesuatu di belakang pendapa atau pun gubuk terbuka yang jelas terlihat.
Tujuan desain pendapa besar (Pendapa Peradaban) di desain Benteng Mural dibuat adalah agar orang bisa melihat pemandangan di luar pendapa dengan lebih leluasa. Yang dimaksud bagian depan Pendapa Peradaban adalah yang menghadap halaman utama Betterpad-Ray, sedangkan bagian belakang adalah yang berlawanan dengan bagian depan atau dekat dengan bangunan utama. Terkadang pada gedung-gedung pemerintahan, bagian belakang pendapa memiliki dinding yang dapat berfungsi sebagai layar atau papan penjelasan serta membatasi antara ruang publik dengan ruang kerja pemerintahan. Pada desain Pendapa Peradaban juga bisa dibuat seperti itu atau bisa juga tidak.]
Pada dasarnya, gubuk primitif adalah suatu bentuk yang tidak jelas. Penggambaran dan contoh wujud fisiknya belum atau tidak bisa diterangkan dengan jelas oleh orang mana pun. Berdasarkan gambaran Abbe Laugier, secara sederhana gubuk primitif terdiri dari empat tiang (kayu) membentuk formasi sudut siku-siku segi empat dan di atasnya ada dua bentuk segi tiga yang berhadapan yang masing-masing bertumpu pada dua tiang dan kedua puncak segi tiganya terhubung oleh kayu horizontal sehingga dapat membentuk atap yang menggunakan dedaunan atau rumput. Struktur tersebut belum diketahui kepastiannya dan keberadaannya, namun dianggap ‘pernah’ ada dan terwujud dalam peradaban manusia, seperti pernyataan Robi Sularto dan Darmawan Prawirodihardjo yang telah disebutkan dalam artikel Mempelajari Arsitektur Tradisional Indonesia.


Tampak Atas Maket Desain Betterpad-Ray / Benteng Mural
Secara tipologis, arsitektur tradisional Indonesia sesuai dengan penggambaran gubuk primitif. Kolom dan atap adalah dua unsur utama yang terdapat di kedua hal tadi. Unsur-unsur lainnya hanya bersifat sekunder. Bila mencoba menggambar arsitektur tradisional tersebut di suatu kertas dengan menyederhanakan bentuknya, baik denah, potongan, maupun tampak luarnya, maka komponen yang terlihat adalah titik (mewakili kolom) dan garis (mewakili sisi bidang datar). Jika dikelompokkan berdasarkan tipe, akan ada dua kelompok sifat dasar: linier dan memusat. Jika dibuat ke arah fungsi dan wujud yang baru, titik dan garis tersebut bisa diperbesar dimensinya, seperti titik yang menjadi kolom bangunan dan bidang datar yang membentuk atap, dinding, dan garis luar elemen bangunan. Tindakan tersebut tampak mudah dibayangkan dan dapat memberi penggambaran karya nyata dengan jelas walau sederhana. Namun, agar citra aslinya lebih terasa, ada hal yang harus dilakukan, yaitu unsur titik harus lebih dominan daripada unsur garisnya.
Dalam mengamati karya arsitektur, bukan hanya hasil jadinya saja yang dilihat, prosesnya pun juga penting diperhatikan. Kadang-kadang bukan isi/maknanya yang menjadi fokus utama, namun kulit luarnya saja. Hal ini yang menyebabkan Robi Sularto memberi pernyataan yang cukup menusuk tentang kebiasaan ‘memandang arsitektur tradisional dari bentuk luarnya’, sehingga ‘digandrungi dengan salah mengerti, dan dicemooh tanpa mengerti’.
Arsitektur zaman pertengahan dipandang oleh Leon dan Rob Krier sebagai model ideal karena menggambarkan kehidupan masyarakat yang mampu menunjukkan keberadaan dirinya, keluarga, kelompok masyarakat, dan hubungan lembaga agama dengan pemerintah, bukan karena bentuk atau langgam pada bangunan-bangunan di zaman tersebut. Pada zaman tersebut, setiap tukang bangunan juga berperan sebagai arsitek, kontraktor, dan seniman. Mereka bukan ahli yang terpelajar, melainkan seorang pengabdi masyarakat. Saat mereka sedang bekerja dalam mendirikan bangunan, seluruh keluarganya juga ikut tinggal di kawasan bangunan yang dibuat dan hidup bersama kelompok masyarakat di tempat itu. Selama para suaminya bekerja, seluruh kebutuhan hidup mereka dipenuhi oleh kelompok yang bersangkutan. Artinya, proses berdirinya sebuah bangunan juga diikuti adanya aturan tentang pola kehidupan seluruh pihak di dalamnya. Karena itu, fokus perhatian para tipologis generasi terbaru adalah masalah perancangan kota urban, karena kondisinya yang tidak tertata dan semakin buruk, baik kondisi fisik lingkungan dan sosial masyarakat. Maka, memang hal wajar jika pencarian bentuk arsitektur Indonesia dimulai di kota-kota, sedangkan sumber acuannya dicari di pedesaan.
Di Indonesia juga telah ada tata kota yang mengatur hubungan masyarakat dan pemerintah. Hal ini telah berlaku sejak zaman dahulu. Menurut pandangan pribadi, zaman tradisional (memang masih luas ukuran waktunya) adalah yang mampu mencerminkan kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia dan warisannya tetap masih lestari hingga kini, walau hanya sebagian. Agama dan pemerintahan adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan di Indonesia. Tempat ibadah publik terletak di dekat gedung pusat pemerintahan, dengan keduanya menghadap ke alun-alun luas sebagai tempat berkumpul. Pada dasarnya, ekonomi adalah hal utama yang diperhatikan pemerintah, karena inilah roda kehidupan utama manusia. Maka, pasar umumnya juga terletak di dekat pusat kota atau persimpangan jalan. Pemerintahan juga perlu mengatur keamanan dan ketertiban masyarakat sesuai hukum yang berlaku. Maka, gedung untuk mengurus masalah hukum juga berdiri di pusat pemerintahan. Inilah unsur-unsur tata gedung kota yang setidaknya semuanya itu harus ada.


Peta Lingkungan Keraton Kasunanan Surakarta
Sumber: Google Maps
Di Depok terdapat kampus Universitas Indonesia yang perencanaan pembangunannya baik secara keseluruhan maupun tiap-tiap beberapa bangunannya memakai pendekatan tipologi. Hal tersebut untuk mewujudkan maksud pimpinan univeritas, yaitu mencerminkan taksonomi ilmu pengetahuan dan mengekspresikan nilai-nilai arsitektur yang diwariskan oleh generasi pembangun terdahulu di Indonesia. Nama kampusnya saja langsung secara jelas memakai nama negara, sehingga desainnya pun harus mewakili Indonesia. Sebagai universitas yang berada di kawasan metropolitan Jakarta, Ibu Kota Indonesia, tentu orang-orang di dalamnya, terutama para mahasiswanya yang berjumlah banyak, banyak yang berasal dari pelbagai daerah di Indonesia, baik yang asli daerah maupun karena orang tua mereka yang pindah dan menetap di Jakarta. Berdasarkan pandangan pribadi, untuk mempresentasikan itu semua, nilai-nilai arsitektur bangsa Indonesia ditampilkan dalam kampus Universitas Indonesia untuk menunjukkan kebanggaan akan ilmu-ilmu luhur para pendahulu yang dapat mempererat persatuan bangsa.


Tampak Kompleks Universitas Indonesia dari Atas
Sumber: Google Maps 
[Ada tiga desain utama dalam Maket Betterpad-Ray, yaitu Masjid Syahadat, Pendapa Peradaban, dan Bangunan Utama Betterpad-Ray. Pada dasarnya, kompleks bangunan dengan ketiga objek tersebut sudah cukup lengkap, yang lain adalah desain fasilitas-fasilitas pelengkap yang dapat menunjang kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat. Secara umum, desain kompleks bangunan Benteng Mural dibuat untuk mengakomodasi pelbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Dengan adanya ragam bentuk bangunan yang ditata dengan memerhatikan komposisi dan harmoni, yang diharapkan adalah antar kegiatan yang dilakukan dapat saling berkesinambungan, baik langsung maupun tak langsung, dengan tujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan memberi nilai-nilai moral.]
Desain Masjid Syahadat


Desain Pendapa Peradaban


Desain Bangunan Utama Betterpad-Ray
[Demikian artikel yang tercampur antara ilmu pengetahuan dan pembahasan mengenai desain Maket Betterpad-Ray ini. Tidak ada karya tulis yang sempurna, karena hanya Tuhan Yang Maha Esa Yang Maha Sempurna. Mohon maaf bila ada kesalahan dan mohon kritik serta saran. Terima kasih.]


Referensi:
§  Prof. Ir. Eko Budihardjo, M.Sc. Jati Diri Arsitektur Indonesia. 1997. Bandung: Penerbit Alumni.  *Termasuk oleh: Ir.Budi A. Sukada,Grand.Hond,Dipl.(AA), seperti yang tercantum dalam buku referensi.
(https://archive.org/stream/BukuArsitektur/1140_Jati%20Diri%20Arsitektur%20Indonesia#page/n1/mode/2up)

No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts