Saturday, April 4, 2020

MAKET BETTERPAD-RAY - Mempelajari Arsitektur Tradisional Indonesia

Arsitektur bisa menunjukkan identitas suatu golongan atau bangsa. Yang masih menjadi masalah bagi para pegiat arsitektur Indonesia adalah tentang bagaimana cara menciptakan karya arsitektur yang menampilkan ciri khas Indonesia dan di mana sumber-sumber inspirasinya bisa ditemukan. Pendapat umum yang beredar mengatakan bahwa jawabannya ada dalam arsitektur Indonesia sendiri. Yang dianggap menghalangi niat tersebut adalah pranata ilmiahnya yang dirasa belum memadai, terlebih pengertian arsitektur masih belum bisa disepakati oleh pelbagai pihak.


Tampak depan Maket Betterpad-Ray / Benteng Mural
[Selalu ada usaha untuk membuat karya arsitektur yang mampu menunjukkan identitas bangsa Indonesia. Sebab, karya arsitektur Indonesia memang beragam dan memiliki keindahan yang tidak dapat ditemukan di tempat lain. Sudah ada berbagai bangunan yang dibangun pada zaman modern untuk menampilkan karya arsitektur Indonesia, misalnya TMII (Taman Mini Indonesia Indah) yang menampilkan ragam anjungan rumah adat dari berbagai daerah di Indonesia. Hal ini penting dilakukan agar generasi modern mengetahui dan cinta terhadap arsitektur tradisional sendiri.
Maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya) atau Benteng Mural adalah contoh desain kompleks bangunan yang dibuat untuk menampilkan arsitektur tradisional Indonesia. Desain maket ini tampak terinspirasi dari bangunan-bangunan terkenal di Indonesia, misalnya benteng keraton-keraton dan masjid-masjid besar. Mural adalah karya seni yang umumnya berada di tembok-tembok bangunan atau pagar tembok. Karena benteng bersejarah tak mungkin digunakan untuk media mural, maka dibuatlah desain tembok besar “Benteng Mural” yang ditujukan untuk mural yang salah satu temanya adalah arsitektur Nusantara. Mural adalah karya yang mudah menarik perhatian, sehingga tujuan desain Benteng Mural adalah agar orang-orang mau mengetahui dan mempelajari karya arsitektur setiap daerah.]
Indonesia adalah negara yang memiliki ragam budaya arsitektur karena adanya ragam suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayahnya. Setiap daerah, suatu suku khususnya, memiliki gaya arsitektur tersendiri. Tentu pada awalnya, gaya arsitektur suatu daerah tidak dapat ditemukan di daerah lain atau masih jarang, karena daerah lain juga punya gaya arsitektur sendiri. Hal ini terjadi karena kondisi lingkungan dan pandangan dalam tiap suku daerah berbeda-beda. Maka, gaya arsitektur yang khas dari suatu daerah dapat menjadi identitas dari daerah tersebut.
Seiring berjalannya waktu, karena manusia membutuhkan manusia lain, begitu juga dengan antar daerah yang masing-masing punya kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam masalah sumber daya, terjadilah interaksi antar daerah. Biasanya, interaksi ini terjadi dalam perdagangan. Tidak hanya antar daerah, posisi Nusantara Indonesia yang strategis membuat berbagai bangsa melakukan pertemuan perdagangan di Nusantara. Orang-orang bangsa lain ini berada di Nusantara dalam waktu cukup lama, bahkan ada yang menetap dan menikah dengan penduduk pribumi. Bangsa lain juga membawa budayanya ke dalam kehidupan masyarakat di Nusantara.
Dari membaurnya penduduk asing dengan penduduk asli itulah, terdapat pelbagai gaya arsitektur dari bangsa lain yang berdiri di Indonesia. Tidak hanya itu, terjadi akulturasi antara arsitektur budaya bangsa lain dan budaya Nusantara sehingga lahir gaya arsitektur campuran yang unik, bahkan ada yang lebih dari dua unsur budaya. Hal ini mudah dilihat dan ditemukan dengan jelas sebagai bagian dari ragam arsitektur Nusantara. Arsitektur memang tidak dipandang sebagai sesuatu yang harus dilihat secara ilmiah bagi banyak orang. Yang jelas, orang-orang tahu tentang asal gaya arsitektur tersebut secara umum.
[ Terlihat jelas adanya pengaruh gaya Arsitektur bangsa lain pada desan Maket Betterpad-Ray atau Benteng Mural, misalnya Arab, Tiongkok, dan Eropa. Memang tidak bisa disangkal bahwa gaya arsitektur bangsa lain berpengaruh terhadap arsitektur Indonesia. Maka, unsur-unsur bangsa lain memang ditampilkan dalam desain Betterpad-Ray. Hal ini dilakukan agar komposisi desain bangunan terlihat “kosmopolitan”.]
Ide tentang keputusan bersama memang sangat baik, karena semua pihak akan merasa puas dan sungguh-sungguh untuk menerapkannya. Namun, Arsitektur adalah sebuah ilmu, bukan sekadar kemampuan. Tidak berbeda dengan ilmu lainnya, arsitektur dapat dan harus dibahas serta dipelajari tanpa harus menunggu adanya definisi yang sudah disetujui semua pihak. Sikap bangsa Indonesia terhadap arsitektur  yang harus ada adalah bahwa arsitektur tradisional Indonesia hanya dapat dipahami jika telah dipelajari secara langsung, dan dalam hal ini dilakukan secara tipologis. Maka, arsitektur tradisional Indonesia akan dipandang hanya sebagai objek arsitektural, yang terbentuk dari unsur-unsur geometris dasar yang di dalamnya mengandung sifat-sifat dasar tertentu serta berkembang secara historis menjadi bentuk-bentuk yang dapat dilihat hingga zaman sekarang.
Memang dalam catatan sejarah, bangsa Indonesia pernah terdiri dari berbagai kerajana-kerajaan di tiap daerah yang tidak bersatu satu sama lain. Yang diketahui sebagai masa penyatuan Nusantara adalah pada masa keemasan Kerajaan Majapahit. Beberapa gaya arsitektur di Indonesia dipengaruhi oleh sejarah nenek moyang mereka sesuai kearifan lokal mereka. Misalnya, bentuk atap Rumah Tongkonan di Toraja (Sulawesi Selatan) yang berbentuk seperti perahu didasarkan oleh cerita nenek moyang mereka yang sampai di Sulawesi dengan perahu. Memang, gaya arsitektur Indonesia dipengaruhi oleh peristiwa sejarahnya. Misalnya, gaya candi Hindu-Buddha yang umum ditemui di Asia Daratan pernah ada di wilayah Nusantara, seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Kemudian, masuknya Islam dan budaya Arab membuat munculnya banyak masjid di Nusantara, dengan atap yang umumnya berbentuk limas segi empat dengan kubah di puncaknya. Lengkungan-lengkungan dan hiasan kaligrafi Arab juga dapat dijumpai di desain masjid Indonesia. Kemudian, gaya arsitektur Barat pada zaman kolonial Hindia Belanda juga muncul di Nusantara dengan adanya bangunan-bangunan gaya barat. Semua gaya arsitektur bangsa lain tadi juga berpengaruh terhadap beberapa keraton dan tempat ibadah yang ada di Indonesia. Inilah akulturasi yang wujudnya masih bisa dilihat sampai sekarang yang menjadi bagian dari arsitektur Nusantara.


Tampak TMII dari atas, menampilkan bentuk kepulauan Indonesia
Sumber: Google Maps

Masjid Agung Banten, perpaduan budaya Indonesia, Arab, Tiongkok, dan Eropa
Sumber: Google Maps Street View/Mpooh 82
[Sejarah adalah hal yang sudah sepantasnya untuk selalu dipelajari karena proses kebudayaan dan peradaban manusia bisa ditelusuri dengan sejarah. Indonesia pada awalnya bukanlah negara kesatuan, melainkan sebuah kepulauan yang terdiri dari pelbagai kesatuan masyarakat/kerajaan tersendiri di tiap-tiap daerah. Keragaman arsitektur di Indonesia sudah tentu menjadi aset yang harus dijaga. Sudah seharusnya untuk menghormati setiap budaya dan kearifan lokal tiap daerah dengan selalu mempelajarinya dan melestarikan. Di zaman modern, semua bisa diakses dengan mudah, terutama dibuat karya-karya tulis secara daring. Insya Allah, desain Betterpad-Ray adalah desain kompleks bangunan yang dapat digunakan sebagai fasilitas untuk mempelajari kekayaan arsitektur Indonesia, baik secara langsung maupun membuat halaman web khusus.]
Dalam kalimat-kalimat yang mudah dipahami, bangsa Indonesia harus tahu bahwa setiap rumah khas daerah yang ada di setiap tempat merupakan karya para pendahulu yang terus berkembang dengan adanya pengetahuan. Pengetahuan tentang arsitektur tradisional ini adalah hasil pemikiran dan pengalaman yang terus dipelajari agar memperoleh karya yang bagus dan bermanfaat. Pada dasarnya, ilmu digunakan karena bertujuan untuk memperoleh hasil yang bagus dan menghindari adanya kegagalan atau bahaya. Harus dipahami bahwa ilmu tak hanya soal sesuatu yang sengaja diatur agar terkesan keren, tetapi adalah hal yang dapat memberi manfaat bagi manusia dan lingkungan. Jika dalam arsitektur tidak ada ilmu, tentu bangunan akan terlihat buruk, tidak ada yang mau menempati, atau bahkan mudah rusak dan berbahaya.
Maka, kesemuanya dapat dikembalikan dengan memandang bahwa arsitektur, secara pengertian umum dan sederhana, adalah kebutuhan pokok manusia yang membutuhkan tempat perlindungan yang aman dan nyaman. Jika ada bentuk-bentuk tertentu yang menghasilkan sifat tertentu, secara moral dapat dipahami karena manusia memiliki akal dan perasaan. Perasaan ini yang membuat hubungan sesama manusia atau dengan lingkungannya menjadi harmonis, tidak kaku seperti komputer. Dan arsitektur adalah karya manusia yang tentunya dibuat dengan perasaan. Mungkin kalimat-kalimat tadi kurang berhubungan dengan isi artikel yang terkait dengan ilmu arsitektur seperti yang dibicarakan para cendekiawan. Yang jelas, arsitektur adalah hal yang secara luas dipahami oleh semua orang serta bagian dari peradaban dan kebudayaan manusia. Dan kemudian dalam pandangan seorang awam, harus ada sebagian orang yang khusus mempelajari arsitektur, terutama yang berlanjut dalam konteks artikel ini.


Tampak Maket Betterpad-Ray / Benteng Mural dari atas
Sebagai langkah pertama, beberapa kutipan berikut ini akan diajukan sebagai bahan perbandingan. Yuswadi Salya memberikan pandangan sebagai berikut:
. . . arsitektur tidak dapat dirumuskan dengan kata-kata tanpa menyertakan sesuatu yang dinamakan misteri . . . Arsitektur berusaha (merupakan usaha) untuk menggejalakan atau mewujudkan apa yang dinamakan misteri (mysterium fasciman) itu melalui unsur-unsurnya (agregat-agregatnya) . . . arsitektur dapat dikatakan juga sebagai model surgawi (divine model); ada kalanya arsitektur itu sendirilah mitos . . . Kalau arsitektur merupakan jembatan yang menghubungkan manusia dengan dunia pengalaman dan ideasi (ideation tidak selalu veneration), maka seharusnyalah arsitektur bersifat komunikatif . . . Campur tangan arsitek akan terbatas pada penafsiran (bukan hanya penerjemahan) ritual penghuni sesuai dengan kaidah-kaidah pola (sistem) ekspresi, sedemikian agar bentuk dan makna terpadu adanya. Ini berkaitan dengan paradigma arsitektur yang dianutnya.
Pendapat lain disampaikan oleh Robi Sularto dan Darmawan Prawirohardjo:
. . . jelas ada kecenderungan masyarakat untuk mendapatkan kembali miliknya sendiri yang belum pasti diketahuinya.
dan disambung lagi dengan pernyataan sebagai berikut:
“Memandang arsitektur tradisional dari bentuk luarnya, sudah barang tentu akan menampilkan gambaran dalam citra kekinian kita yang rumit-runyam, yang musykil-muspra, yang lamban-lambat dan yang kolot-ngotot, meskipun justru sering hal yang demikian ini digandrungi dengan salah mengerti, dan dicemooh tanpa mengerti.
Dikatakan oleh Robi Sularto bahwa:
Berbagai arsitektur tradisional yang telah melembaga dengan mantap dan utuh, pada umumnya mengandung pengetahuan dan pengertian yang sangat mendalam dan luas mengenai tata ruang dan waktu bagi kehidupan manusia di dunia dan di akhirat. Pada dasarnya ia memasalahkan bagaimana manusia menempatkan dirinya dalam lingkungan ke-diri-annya, dalam lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan negara, lingkungan kehidupan dunia, dan akhirat.
Sedangkan arsitektur didefinisikan sebagai:
. . . perwujudan/pernyataan bentuk dan tata ruang/waktu dari suatu lingkungan kehidupan yang membudaya (sedangkan) arsitektur masa depan kita tidaklah dapat kita bikin (buat); arsitektur itu dilahirkan dan bukan sekadar dibikin (dibuat).
Akhirnya dipertanyakannya:
Seberapa jauhkah dunia pendidikan arsitektur kita telah mampu melihat masalah arsitektur Indonesia kecuali tergopoh-gopoh melatih keterampilan profesional? Dan seberapa jauhkan kita, para arsitek telah memberikan sumbangan ke arah pembentukan arsitektur Indonesia ini?
Ada juga yang berpendapat bahwa sulit untuk meneliti arsitektur tradisional akibat pranata ilmiahnya kurang memadai atau bahkan belum ada sama sekali. Sebenarnya pendapat tersebut muncul akibat pemahaman terhadap arsitektur yang dipandang sebagai pengetahuan keterampilan, baik bersifat teknis maupun seni. Arsitektur dianggap sebagai keterampilan menggabungkan masalah teknis dan non-teknis. Kata “arsitektur” bersumber dari kata “architecton” (kepala tukang). Artinya, pengertian arsitektur lebih ditekankan kepada keterampilan manusia, bukan tentang hakikat keberadaannya. Pada dasarnya, sudah ada beberapa karya yang melihat arsitektur sebagai sebuah ilmu. Berbagai persoalan di bidang arsitektur telah dimuat dalam catatan-catatan ilmiah sehingga tinggal memilih saja apa yang sesuai dengan maksud dan tujuannya untuk diterapkan di Indonesia.
[Ilmu tentang arsitektur memang perlu dipelajari karena bermanfaat dalam kebutuhan dasar manusia mengenai tempat tinggal. Terlebih, ada persaingan yang cukup sengit dalam membuat bangunan yang bagus dan indah di zaman sekarang. Maka, suatu bangsa harus mampu menciptakan sumber daya manusia yang ahli dan terampil di bidang arsitektur. Namun, yang namanya hati juga harus digunakan, bukan sekadar otak. Arsitektur tradisional sebagai apresiasi terhadap kearifan lokal dan budaya sendiri adalah hal yang harus ditunjukkan kepada dunia. Desain Maket Betterpad-Ray adalah suatu desain yang diharapkan mampu memberi warna baru dalam dunia arsitektur. Dengan adanya desain Benteng Mural ini, maka tentu ada maksud untuk memacu adanya karya arsitektur lainnya yang menunjukkan identitas bangsa di tengah banyaknya gaya arsitektur di zaman sekarang. Hal ini dapat menjadi wadah bagi para pegiat arsitektur untuk menciptakan karya tradisional yang berguna.
Masjid Syahadat adalah desain tempat ibadah Muslim (agama mayoritas di Indonesia) yang memang umum dijumpai di bangunan-bangunan publik di Indonesia. Tempat ibadah adalah hal yang penting ada dalam kompleks bangunan. Pendapa Peradaban adalah desain sebuah aula besar berupa paviliun yang dapat digunakan untuk diskusi atau pembelajaran tentang arsitektur. Sedangkan Bangunan Utama Betterpad-Ray adalah desain untuk kegiatan-kegiatan yang membutuhkan ruang tertutup dan aman. Tiga bangunan utama ini adalah desain pokok dalam maket ini yang perlu menjadi pusat perhatian.]


Desain Masjid Syahadat


Desain Pendapa Peradaban


Desain Bangunan Utama Betterpad-Ray
Bagaimana pun juga, meskipun banyak para tukang, termasuk yang mendesain, memang jelas tidak menempuh pendidikan arsitektur, mereka berhasil membuat rumah yang kuat berdiri dan bagus, baik rumah tradisional maupun modern di zaman ini. Tentu karena kebiasaan dan pengalaman yang menjadi modal agar bisa punya keterampilan membangun rumah. Tapi, untuk mengembangkan atau lebih tepatnya mengenalkan dan melestarikan gaya arsitektur Nusantara, memang harus ada yang terus melakukan penelitian. Manusia bisa mencatat apa yang dilihatnya ke dalam karya-karya tulis yang disusun secara rapi dan terstruktur, sehingga bisa dibuat menjadi karya yang berguna sebagai pengetahuan ilmiah karena sudah melalui pelbagai penyusunan secara cermat dan teliti. Karya-karya yang telah ada juga bisa dijadikan acuan bagi pegiat arsitektur sekarang. Dan dengan dikembangkan dengan cara yang benar dengan karya baru, diharapkan bisa terus bermanfaat bagi generasi seterusnya dalam mempelajari, melestarikan, dan mengembangkan arsitektur tradisional sesuai zaman.
[Demikian artikel yang tercampur antara ilmu pengetahuan dan pembahasan mengenai desain Maket Betterpad-Ray ini. Tidak ada karya tulis yang sempurna, karena hanya Tuhan Yang Maha Esa Yang Maha Sempurna. Mohon maaf bila ada kesalahan dan mohon kritik serta saran. Terima kasih.]


Referensi:
§  Prof. Ir. Eko Budihardjo, M.Sc. Jati Diri Arsitektur Indonesia. 1997. Bandung: Penerbit Alumni.  *Termasuk oleh: Ir.Budi A. Sukada,Grand.Hond,Dipl.(AA), seperti yang tercantum dalam buku referensi.
(https://archive.org/stream/BukuArsitektur/1140_Jati%20Diri%20Arsitektur%20Indonesia#page/n1/mode/2up)

No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts