Tampak
depan Desain Maket Betterpad-Ray / Benteng Mural
Bisa dikira bahwa munculnya pelbagai tafsiran mengenai pendekatan
tipologis, baik yang tepat maupun tidak, disebabkan oleh fungsi klasifikasi
yang ditekankan ke arah “karakter”. Masalah ini memang telah muncul sejak
adanya istilah “tipe” yang pertama kali dituliskan pada tahun 1788 oleh
Quatremere de Quincy dalam buku Ensiklopedi yang pertama di dunia. Memang mempelajari
hal yang bersifat abstrak, tidak pasti, menimbulkan pelbagai pendapat. Dan masalah
bahasa memang tidak serta merta bisa selesai dibahas dalam hitungan detik,
walaupun hanya untuk satu kata.
Pengertian “karakter” ditulis pertama kali oleh Jacques-Francoise
Blondel pada tahun 1771 sebagai berikut:
“. . . segenap hasil karya yang digolongkan harus mencerminkan
tujuan spesifiknya masing-masing, semuanya harus memiliki sebuah karakter yang
menentukan bentuk keseluruhannya, dan menghadirkan bangunan tersebut apa
adanya.”
Seringkali ada yang salah menafsirkan tipologi sebagai sebuah cara
melakukan klasifikasi atas dasar kriteria “model”, atau bisa dikatakan bahwa
“tipe” itu sama dengan “model”. Sejak dibahas untuk pertama kali, masalah ini
memang telah timbul dan Quatremere de Quincy juga menyadarinya. Sebagai
permisalan tentang atap bangunan, dia mengatakan:
“Sebuah ‘pediment’ tidak lagi dilihat sebagai representasi
sebuah atap, kebetulan karena bentuknya yang segi tiga, maka sebuah atap adalah
sebuah segi tiga misterius, sesuatu yang melambangkan keabadian.”
Dengan atap bangunan sebagai permisalan, serangan yang dilakukan de
Quincy diarahkan kepada mereka yang melihat dulu apakah objek tersebut telah
memenuhi syarat-syarat yang harus ada supaya dapat dikatakan sebagai sebuah
“bentuk dasar”. Dalam penjelasannya, sebuah “pediment” dianggap sebagai model
yang menyebabkan atap bangunan diidentikkan dengan bentuk segi tiga. Kalau
dibahas dalam cara sederhana, anak kecil pasti tahu bahwa mereka akan
menggambar bentuk segi tiga untuk membuat gambar atap. Hal ini bukan karena
mereka diajarkan oleh orang lain untuk menggambar dengan bentuk tersebut,
melainkan karena otak manusia, sejak dini pun, sudah bisa mengetahui apa yang
dianggap “bentuk dasar” yang ada dalam setiap objek, terutama objek-objek yang
bisa diukur secara geometris.
[Desain maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya) atau Benteng
Mural memang bisa dilihat dengan pendekatan tipologis. Namun, apakah memang
secara sadar atau tidak, desain Betterpad-Ray boleh dinilai dengan pendekatan
apapun sesuai pandangan yang mengamati. Karena ada kata-kata “Benteng”, memang
yang bisa dipikir adalah bahwa maket ini adalah desain tempat untuk pertahanan.
Benar, tempat untuk mempertahankan budaya dan ilmu pengetahuan, khususnya
Indonesia/Nusantara. Di zaman sekarang ketika sudah ada angkatan udara, benteng
sudah tidak efektif lagi dan desain benteng maket ini dibuat untuk tujuan seni,
tepatnya media mural.
Maket ini, secara umum, adalah desain kompleks bangunan yang
memiliki tipe gedung serbaguna multi-bangunan. Karakter adalah hal yang selalu
dicari dalam setiap desain. Setiap desain memiliki keunikan sendiri-sendiri,
namun masih bisa dikelompokkan ke dalam golongan yang lebih luas. Tentu, desain
Benteng Mural atau Betterpad-Ray memiliki karakter yang unik dan berbeda.
Secara umum, Benteng Mural memiliki karakter antara budaya Indonesia dengan
modern. Desain Benteng Mural termasuk dalam kelompok bangunan publik dengan
fasilitas terintegrasi. Modelnya pun sebenarnya model umum. Adanya desain
masjid, paviliun, dan bangunan utama dengan bentuk yang bisa ditemui di
bangunan lain adalah karena berusaha untuk menjaga dan memanfaatkan bentuk yang
sudah ada serta terbukti digunakan dan diaplikasikan dengan baik selama ini.]
Pada dasarnya, pengertian yang terkandung dalam masing-masing aspek
yang saling berkaitan menyebabkan pelbagai tafsiran yang menimbulkan pelbagai
aspek baru dalam bidang tipologi. Dalam bahasa Inggris, ada tiga kata, yaitu
tipe, model, dan langgam yang didefinisikan sebagai berikut:
-
Tipe
: seseorang, sesuatu, peristiwa, dan sebagainya, yang dianggap sebagai sebuah
contoh dari
satu kelas atau kelompok tertentu. . . yang dianggap mempunyai
kesamaan karakter.
-
Model
: representasi dalam tiga dimensi
dari struktur atau langgam sebuah struktur . .
. untuk
dibuat kembali dengan
bahan lain . . . atau yang
diusulkan untuk
ditiru.
-
Langgam
: cara berbicara,
menulis,
atau melakukan sesuatu;
sebuah karakter yang
bersifat kolektif; sebuah rumus deskriptif; jenis, ragam, terutama yang
berhubungan dengan caranya ditampilkan.
Tampak atas Desain Maket Betterpad-Ray / Benteng Mural
[Kata “tipe”, “model”, dan “langgam”, dalam pemikiran banyak
orang, memanglah hal yang saling berkaitan. Biasanya, ada ketiga kata tersebut
dalam suatu pembahasan memang merujuk pada suatu karya. Dalam desain Benteng
Terpadu Raya ini, tentu bisa diketahui tentang apa yang bisa dijelaskan
menggunakan tiap-tiap tiga kata tersebut. Baik ahli arsitektur maupun
non-arsitek, akan mencari dan memahami desain maket dengan tiga kata itu, baik
sadar maupun tidak. Bedanya, para ahli pasti sudah bisa menafsirkan dan
menggunakan kata dengan tepat. Sedangkan yang non-arsitek bisa saja salah dalam
menggunakan kata yang dimaksud. Namun, secara umum, kesalahan non-arsitek (salah
kaprah) dalam konteks ini tidaklah fatal, bahkan hampir tidak apa-apa, sebab
maksud dalam hati ketika penilaian sudah bisa dipahami dan memuaskan, baik
dirinya sendiri maupun orang lain.
Bisa dikatakan bahwa desain Benteng Mural adalah tipe bangunan
multifungsi dengan model khas Nusantara yang berpadu dengan wujud modern.
Langgam adalah cara atau teknik tertentu dalam pembuatan suatu karya. Jika
dilihat dari bahan maket, maket ini memakai bahan kertas dengan teknik memotong
dan menempel. Hal ini dilakukan dan patut dilakukan karena murah dan mudah
dibentuk. Jika melihat langgam dalam pembuatan bangunan yang nyata, yang pasti
dilakukan agar hasilnya telah sesuai keinginan dan berwujud. Langgam ini bisa
dipengaruhi oleh kebutuhan, ilmu pengetahuan, dan budaya setempat. Tentu
sebagai kompleks bangunan yang berusaha mengangkat budaya Indonesia, langgam
yang digunakan adalah “langgam dari Indonesia”.]
Baik “tipe” maupun “langgam”
menyinggung hal yang sama, yaitu: kesamaan karakter yang bersifat
mengelompok/kolektif, sedangkan “model” adalah sesuatu yang dibuat meniru atas
“langgam”. Namun, pada pemakaian tertentu, “model” memiliki definisi yang sama
dengan “tipe” karena sama-sama berkaitan dengan masalah representasi.
Ketiga kata tadi dipakai tipologi
dalam ruang lingkup berbeda, yaitu dihubungkan langsung dengan “bentuk-bentuk”
dan “sifat-sifat dasar” sebuah objek arsitektural. Ketiganya harus dilihat
secara konsepnya saja, bukan dengan sebuah wujud fisik tertentu. Maka, “model”
yang dimaksud dalam analisis tipologi adalah sebuah bentuk dasar geometris yang
dipilih sebagai sumber ideal bagi pembentukan sebuah objek arsitektural.
Sedangkan langgam adalah karakteristik yang muncul dalam wujud objek
arsitektural, sebagai akibat digunakannya sebuah bentuk dasar tertentu untuk
dijadikan sebuah model ideal.
Tipologi bisa memakai metode yang
umum digunakan dalam bidang sejarah. Setiap objek arsitektural dipelajari
perkembangannya berdasarkan aspek kebudayaan manusia, khususnya cara dan
teknologi dalam membuat bangunan. Artinya, tipologi bukan hanya kegiatan yang
bersifat teori, namun juga berkembang menjadi kegiatan praktik, alat perencana,
dan perancangan.
[Indonesia memiliki sejarah arsitektur yang sangat panjang,
karena budayanya sendiri yang luhur serta adanya perpaduan dengan gaya
arsitektur dari negeri-negeri yang pernah berhubungan dengan Indonesia secara
intensif, yaitu Tiongkok, India, Arab, dan Eropa. Karena itu, tidak heran bisa
ditemukan pelbagai karya arsitektur yang unik di Indonesia dalam jumlah banyak.
Desain Maket Betterpad-Ray dibuat berdasarkan suasana seperti itu agar dunia
tahu bahwa Indonesia punya keragaman dan warna budaya yang kompleks.]
Maket Masjid Syahadat
Maket Pendapa Peradaban
Maket Bangunan Utama Betterpad-Ray
Ada pendapat bahwa awal arsitektur
adalah adanya “primitive hut” atau gubuk sederhana yang primitif. Hal ini
dikemukakan oleh Marc Antoine Laugier dalam karyanya yang berjudul “Essai sur
l’architecture” (1753). Gubuk primitif adalah susunan dari empat buah batang
kayu yang berdiri secara vertikal membentuk sudut segi empat, lalu keempat
sudut bagian atas terhubung oleh empat batang kayu horizontal. Batang-batang
kayu horizontal ini menjadi dasar lantai hunian manusia primitif. Inilah bagian
pertama dari gubuk primitif. Kemudian pada bagian kedua di atasnya, empat
batang kayu yang lain disusun menjadi dua buah segi tiga yang dipasang pada dua
sisi terjauh dari bidang lantai dan setia puncak keduanya dihubungkan oleh sebuah batang kayu secara horizontal.
Bagian kedua ini akan membentuk atap bangunan setelah diberi ranting dan
tertutup oleh dedaunan.
Intinya, sebuah objek arsitektural
hanya punya dua bagian utama, yaitu kolom-kolom atau tiang-tiang yang berdiri
bebas dan bentuk atap. Selain dua elemen tersebut, hanya berfungsi sekunder.
Menurut jalan pemikiran seperti itu, dinding-dinding penutup sisi bangunan
tidak dianggap sebagai pemikul atap atau beban karena melanggar prinsip dasar
tadi. Dinding dan elemen lainnya hanya dianggap tambahan saja karena pada
dasarnya bisa dilepas. Seiring berjalannya waktu, perancangan bangunan semakin
berkembang hingga berwujud seperti yang bisa kita lihat sekarang.
[Jika melihat desain Maket Betterpad-Ray, tampak bangunan yang
paling khas—terletak di pusat bagian depan adalah Pendapa Peradaban. Paviliun
ini adalah sebuah bangunan dengan sisi terbuka yang berasal dari Nusantara,
tepatnya Jawa. Bangunan pendapa memiliki struktur yang lebih sederhana
dibandingkan bangunan pada umumnya. Secara garis besar adalah kumpulan tiang
berdiri yang menopang atap sebagai pelindung dari arah atas. Sedangkan arah
samping tidak ditutup karena melambangkan keterbukaan dan memudahkan
orang-orang masuk ke dalamnya. Pendapa adalah ruang publik, bukan ruang privasi
atau kepentingan tersembunyi suatu instansi.
Bisa dikatakan bahwa model pendapa memang cukup mendekati bentuk
gubuk primitif. Hanya saja bentuknya lebih teratur, menggunakan bahan-bahan
yang baik, jumlah strukturnya lebih banyak dan luas, serta dapat digunakan
untuk acara resmi. Umumnya, pendapa juga terletak di bagian depan bangunan
utama yang tertutup. Tentu, pendapa dan sebagainya adalah hasil pemikiran para
pendahulu bangsa Indonesia dalam menciptakan karya arsitektur yang fungsional
dan menampakkan keterbukaan pikiran, namun tetap dekat dengan alam dan
kesederhanaan.
Pada Bangunan Masjid Syahadat, juga dapat ditemukan bentuk pendapa,
yaitu serambi masjid. Serambi masjid berada di bagian belakang ruang ibadah
utama dan memiliki sifat keterbukaan. Di sinilah berbagai kegiatan
kemasyarakatan yang religius bisa dilakukan.
Demikian artikel yang tercampur antara ilmu pengetahuan dan
pembahasan mengenai desain Maket Betterpad-Ray ini. Tidak ada karya tulis yang
sempurna, karena hanya Tuhan Yang Maha Esa Yang Maha Sempurna. Mohon maaf bila
ada kesalahan dan mohon kritik serta saran. Terima kasih.]
Referensi:
§ Prof. Ir. Eko Budihardjo, M.Sc. Jati Diri Arsitektur Indonesia.
1997. Bandung: Penerbit Alumni.
*Termasuk oleh: Ir.Budi A. Sukada,Grand.Hond,Dipl.(AA), seperti yang
tercantum dalam buku referensi.
(https://archive.org/stream/BukuArsitektur/1140_Jati%20Diri%20Arsitektur%20Indonesia#page/n1/mode/2up)
No comments:
Post a Comment