Friday, January 11, 2019

KISAH NABI MUHAMMAD SAW - Diasuh oleh Abu Thalib Sang Paman Rasulullah dan Pertemuan dengan Pendeta Buhaira

Setelah meninggalnya Abdul Mutthalib, Muhammad diasuh oleh paman beliau yang bernama Abu Thalib yang sangat menyayanginya dengan tulus. Abu Thalib merawat Muhammad bersama anak-anaknya yang lain, bahkan lebih diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Abu Thalib mendahulukan kebutuhan Muhammad daripada anak-anaknya sendiri. Abu Thalib merasa senang dengan kepribadian Muhammad yang jujur, baik hati, cerdas, dan sopan santun. Abu Thalib terus melindungi, merawat, dan membela Muhammad hingga akhir hayatnya, saat Muhammad telah menjadi Rasul. Lama Abu Thalib berada di sisi Muhammad tak kurang dari 40 tahun.

Abu Thalib bukanlah saudara tertua di antara anak-anak Abdul Mutthalib. Saudara tertua adalah Harith, namun dia adalah orang kurang mampu. Sedangkan Abbas adalah orang mampu, namun kikir. Karena itu, Abu Thalib hanya mengurus bidang pengairan di Mekkah, tidak mengurus bidang makanan. Walau hidup kekurangan, Abu Thalib tetap dihormati di kalangan Quraisy. Karena itulah Abdul Mutthalib menyerahkan pengasuhan Muhammad kepada Abu Thalib.

Saat Muhammad berusia 12 tahun, Abu Thalib ditemani beliau untuk berdagang ke negeri Syam. Melintasi padang pasir yang kering antara Mekkah dan Syam bukanlah hal ringan. Sebenarnya Abu Thalib tidak memikirkan untuk mengajak Muhammad ke negeri Syam. Namun, Muhammad menyatakan dengan ikhlas bahwa beliau bersedia menemani sang paman. Karena niat baik sang keponakan, Abu Thalib tidak merasa ragu-ragu di dalam hatinya. Maka Muhammad ikut rombongan kafilah dan melakukan perjalanan bersama-sama.

Sesuai kebiasaan kaum Quraisy, saat musim panas mereka pergi berdagang ke negeri Syam. Sedangkan saat musim dingin mereka pergi ke negeri Yaman. Mereka memperoleh perlindungan dari penguasa setempat. Ini adalah nikmat dari Allah SWT yang diberikan kepada mereka.

Surat Quraisy ayat 1-4:

لِإِيلَٰفِ قُرَيۡشٍ  ١ إِۦلَٰفِهِمۡ رِحۡلَةَ ٱلشِّتَآءِ وَٱلصَّيۡفِ  ٢ فَلۡيَعۡبُدُواْ رَبَّ هَٰذَا ٱلۡبَيۡتِ  ٣ ٱلَّذِيٓ أَطۡعَمَهُم مِّن جُوعٖ وَءَامَنَهُم مِّنۡ خَوۡفِۢ  ٤

1.  Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,
2.  (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.
3.  Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah).
4.  Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.

Selama perjalanan, Muhammad melihat hamparan padang pasir yang luas serta langit yang dihiasi gemerlap bintang-bintang di malam hari. Mereka melalui wilayah Madyan, Wadit’l-Qura, dan sisa-sisa bangunan-bangunan peninggalan Tsamud. Muhammad mendengarkan dengan seksama cerita-cerita orang Arab mengenai bangunan-bangunan dan sejarah peradaban masa lalu. Dalam perjalanan, Muhammad berhenti di kebun-kebun yang lebat. Pemandangan di situ berbeda dengan kondisi Mekkah yang merupakan lembah berpasir dikelilingi bukit-bukit. Di negeri Syam ini Muhammad mengetahui berita-berita tentang kekaisaran Romawi, agama Kristen, serta kitab suci mereka. Beliau juga mengetahui tentang kekaisaran Persia yang menyembah api. Kedua kekaisaran ini saling bermusuhan.

Meski masih berusia dua belas tahun, Muhammad telah memiliki jiwa yang begitu besar, kecerdasan otak, ketajaman berpikir, dan memiliki pandangan yang baik mengenai kehidupan dan alam sekitar. Semua itu sebagai persiapan bagi Muhammad untuk menerima risalah yang besar dari Allah SWT. Beliau memerhatikan lingkungan sekitar dan menelitinya. Beliau merasa tidak puas dengan semua kehidupan yang diperhatikannya dan terus berusaha untuk mencari kebenaran yang hakiki.

Saat sampai di kampung Bushra yang saat itu merupakan wilayah negeri Syam, mereka disambut dengan baik oleh seorang pendeta Nasrani bernama Buhaira. Semua rombongan beristirahat dan makan atas ajakan pendeta Buhaira, kecuali Muhammad. Saat sedang berbincang-bincang, Abu Thalib bercerita tentang kepribadian dan kehidupan Muhammad kepada pendeta Buhaira. Setelah mengetahui tanda-tanda kenabian pada Muhammad, pendeta Buhaira menjelaskan bahwa Muhammad akan menjadi penuntun dan pemimpin manusia menuju jalan kebenaran Ilahi, seperti yang sudah dijelaskan ciri-cirinya dalam kitab suci agamanya. Dia memperingatkan Abu Thalib agar tidak lagi membawa Muhammad ke negeri Syam karena khawatir jika orang-orang Yahudi akan mencelakai anak tersebut. Abu Thalib memutuskan untuk menyuruh anak buahnya agar membawa Muhammad pulang ke Mekkah.

Tampaknya Abu Thalib merasa tidak membawa banyak harta dari hasil perjalanannya. Dia sudah berniat untuk tidak melakukan perjalanan lagi, bahkan merasa cukup dengan hartanya saat itu. Maka dia tetap tinggal di Mekkah untuk mengasuh anak-anaknya meskipun dengan harta yang sedikit. Muhammad juga tinggal bersama sang paman. Beliau melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang seusia beliau. Saat bulan-bulan suci, kadang-kadang beliau bersama keluarga, terkadang mereka pergi ke pasar-pasar untuk mendengarkan sajak-sajak Arab yang dibawakan para penyair. Sajak-sajak itu bercerita tentang cinta, kebanggaan, nenek moyang, peperangan, serta jasa-jasa tokoh. Orang-orang Yahudi dan Nasrani juga turut berpidato mengenai kebencian terhadap paganisme Arab. Mereka bercerita tentang isi kitab suci Nabi Musa atau Nabi Isa dan mengajak orang-orang untuk mengikuti prinsip mereka. Muhammad belum merasa lega dengan semua hal itu dan terus mencari kebenaran.


Referensi:
·         Mubarakfuri, Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah. Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·         Haekal, Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.


No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts