Thursday, January 10, 2019

KISAH NABI MUHAMMAD SAW - Meninggalnya Aminah sang Ibu Rasulullah dan Abdul Mutthalib sang Kakek Rasulullah

Setelah hidup di pedesaan Bani Sa’ad, Muhammad dirawat dan tinggal bersama Aminah, ibu beliau. Saat beliau berusia 6 tahun, Aminah mengajak beliau pergi ke Yatsrib (sekarang Madinah) untuk berziarah ke makam Abdullah, ayah Rasulullah. Mereka menempuh jarak sekitar 500 kilometer untuk berangkat dari Mekkah ke Madinah. Mereka ditemani oleh Ummu Ayman (seorang budak peninggalan Abdullah) dan dibiayai oleh Abdul Mutthalib. Mereka berada di Madinah selama satu bulan. Muhammad dikenalkan kepada saudara-saudara kakek beliau dari pihak ibu, yaitu keluarga Najjar.

Mereka mengunjungi rumah tempat Abdullah meninggal serta makamnya. Hal ini diperlihatkan agar Muhammad mengetahui peristiwa tentang ayah beliau sehingga beliau menjadi anak yatim. Hal itu menjadi peristiwa yang penuh duka bagi orang yang ditinggalkan Abdullah. Sesudah hijrah saat masa kenabian, Nabi Muhammad juga pernah bercerita kepada para sahabat tentang kisah perjalanan yang pertama ke Madinah bersama sang ibu.

Setelah urusan selesai, mereka kembali pulang ke Mekkah. Mereka pulang dengan dua ekor unta yang membawa mereka sejak dari Mekkah. Namun saat perjalanan, Aminah jatuh sakit dan akhirnya meninggal di kampung Abwa’ yang berlokasi  di antara kota Mekkah dan Madinah. Aminah pun dimakamkan di kampung tersebut. Muhammad bersama Ummu Ayman meneruskan perjalanan pulang ke Mekkah dengan perasaan duka.

Surat Adh-Dhuha ayat 6:

أَلَمۡ يَجِدۡكَ يَتِيمٗا فَ‍َٔاوَىٰ  ٦

6.  Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?

Muhammad telah kehilangan orang yang telah melahirkan beliau. Baru beberapa hari beliau melihat makam sang ayah yang telah meninggalkan beliau saat masih dalam kandungan, kini beliau melihat ibunya telah pergi untuk selama-lamanya di hadapan beliau. Muhammad telah ditakdirkan untuk memikul beban hidup yang berat dengan berbagai kesedihan.

Surat Al Insyirah ayat 5-6:

فَإِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرًا  ٥ إِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرٗا  ٦

5.  Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
6.  sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Sebagai kakek, Abdul Mutthalib merasa kasihan saat melihat Muhammad telah menjadi anak yatim piatu di usia dini. Abdul Mutthalib membawa cucunya ke rumahnya. Dia merawat dan mengasuh Muhammad dengan baik dan sungguh-sungguh. Segala kasih sayang dicurahkan kepada Muhammad. Abdul Mutthalib memang orang yang baik. Dialah yang menyediakan makanan dan minuman bagi para peziarah Ka’bah yang datang dari luar. Dia juga yang memberi bantuan kepada penduduk Mekkah yang tertimpa bencana.

Biasanya orang yang sudah tua di Mekkah, pemimpin seluruh Quraisy dan pemimpin Mekkah, memiliki hamparan tempat duduk masing-masing di bawah Ka’bah. Anak- anak hanya duduk di sekeliling hamparan untuk menghormati orang yang lebih tua. Saat itu, Abdul Mutthalib memiliki tempat duduk khusus untuknya di bawah Ka’bah. Tidak ada seorang pun yang berani duduk di tempat tersebut, bahkan anak-anaknya hanya berani duduk di sisinya. Namun Rasulullah yang masih anak-anak berani duduk dan bermain di tempat kakek beliau. Paman-paman beliau yang mengetahui hal itu berusaha untuk membawanya keluar dari tempat duduk itu. Saat melihat hal tersebut, Abdul Mutthalib justru  menyuruh mereka untuk membiarkan Muhammad duduk di tempat itu. Sang kakek berkata, “Biarkan dia. Demi Allah, anak ini punya kedudukan sendiri”.

Muhammad kecil pun tetap duduk di tempat sang kakek dengan bebas. Abdul Mutthalib merasa bahagia melihat kelakuan cucunya yang menyenangkan hati. Dielus-elusnya punggung Muhammad dengan penuh kasih sayang.

Namun Abdul Mutthalib tidak bisa berlama-lama dalam memberikan kasih sayang kepada Muhammad. Saat Muhammad berusia delapan tahun, sang kakek meninggal di Mekkah pada usia sekitar delapan puluh tahun. Sekali lagi, Muhammad kehilangan salah satu orang yang telah merawat beliau. Sebelum wafat, dia telah berpesan agar Muhammad dirawat oleh pamannya yang bernama Abu Thalib. Abu Thalib memang memiliki perasaan yang halus dan terhormat di kalangan Quraisy.

Pada dasarnya, wafatnya Abdul Mutthalib adalah hal yang berat bagi Bani Hasyim. Abdul Mutthalib adalah seseorang yang memiliki keteguhan hati, berwibawa, pandangan yang tajam, terhormat, dan memiliki pengaruh besar di masyarakat Arab. Tidak ada dari anak-anaknya yang mampu meneruskan kegiatan Abdul Mutthalib. Yang miskin tidak mampu melakukan hal itu, sedangkan yang kaya berbuat kikir. Maka Bani Umaya yang menduduki kursi kepemimpinan di Mekkah yang telah lama mereka inginkan, tanpa menghiraukan ancaman dari Bani Hasyim. Bani Umaya adalah anak dari Bani Abdus Syams. Bani Hasyim dan Bani Abdus Syams adalah anak dari Bani Abdul Manaf.


Referensi:
·         Mubarakfuri, Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah. Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·         Haekal, Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.

No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts