Thursday, January 31, 2019

KISAH NABI MUHAMMAD SAW - Turunnya Wahyu Berikutnya setelah Wahyu Pertama

Setelah menerima wahyu pertama, Nabi Muhammad tidak menerima wahyu lagi dalam waktu yang lama. Rasulullah merasa gelisah dan sedih dengan hal tersebut. Beliau berharap dan menunggu bahwa wahyu berikutnya akan tiba. Sebenarnya masa terputusnya wahyu adalah masa untuk menenangkan diri bagi Nabi Muhammad agar sadar dengan apa yang dialami beliau saat menerima wahyu pertama dan meyakinkan diri bahwa beliau telah diangkat menjadi seorang Nabi dan Rasul yang mengemban misi dari Allah SWT.

Konon menurut riwayat oleh Al Bukhari di dalam bagian kitab Al-Tabir, Rasulullah merasa bimbang dan sedih di masa penangguhan wahyu. Beliau berkali-kali pergi ke puncak bukit. Namun saat sampai di sana, Jibril menampakkan diri dan berkata kepada Nabi Muhammad bahwa beliau adalah utusan Allah SWT. Dengan begitu hati Nabi Muhammad merasa tenang dan jiwa beliau kembali tentram. Maka beliau pulang ke rumah. Namun saat masa penangguhan wahyu tersebut, Nabi Muhammad kembali merasa gundah dan bersedih. Maka beliau kembali ke puncak bukit dan Jibril pun menampakkan diri sambil mengucapkan hal yang sama.

Al-Bukhari telah meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bahwa beliau telah mendengar Rasulullah bersabda tentang penangguhan wahyu. Intinya bahwa pada suatu hari ketika Rasulullah sedang berjalan, tiba-tiba beliau mendengar suara dari langit. Saat beliau mencari sumber suara tersebut, beliau melihat malaikat yang telah ditemuinya di gua Hira yang sedang duduk di kursi antara langit dan bumi. Beliau kembali merasakan ketakutan yang luar biasa sehingga membuat tubuh lemas. Maka Nabi Muhammad SAW segera pulang menemui isterinya, Khadijah, seraya berkata, “Selimuti aku, selimuti aku”. Maka Khadijah menyelimuti beliau.

Maka turunlah wahyu kedua dari Allah SWT pada saat itu, yaitu Surat Al-Muddatstsir ayat 1-7:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمُدَّثِّرُ  ١ قُمۡ فَأَنذِرۡ  ٢ وَرَبَّكَ فَكَبِّرۡ  ٣ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرۡ  ٤ وَٱلرُّجۡزَ فَٱهۡجُرۡ  ٥ وَلَا تَمۡنُن تَسۡتَكۡثِرُ  ٦ وَلِرَبِّكَ فَٱصۡبِرۡ  ٧

1.  Hai orang yang berkemul (berselimut),
2.  bangunlah, lalu berilah peringatan!
3.  dan Tuhanmu agungkanlah!
4.  dan pakaianmu bersihkanlah,
5.  dan perbuatan dosa tinggalkanlah,
6.  dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
7.  Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.

Dengan diturunkannya wahyu tersebut, maka tugas Nabi Muhammad semakin jelas, yaitu menyeru umat manusia agar hanya beribadah kepada Allah SWT dan mengesakan-Nya serta tunduk pada segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Sejak saat itu, turunlah wahyu-wahyu berikutnya dan mulailah sebuah perjuangan yang sangat panjang untuk menegakkan dan menyebarkan agama Allah di muka bumi.

Ada baiknya jika lebih mengenali jenis-jenis wahyu yang merupakan risalah dari Tuhan dan bekal dalam berdakwah. Ibnu Al-Qayyim telah menyebutkan peringkat-peringkat wahyu:

1.      Mimpi benar, yaitu permulaan wahyu kepada Rasulullah.
2.      Sesuatu yang dimasukkan oleh Malaikat ke dalam dada dan hati Rasulullah tanpa melihatnya.
3.      Jibril menjelma menjadi seorang laki-laki dan mendatangi Rasulullah. Dia berbicara dengan Rasulullah yang menyadari dan mengingat segala apa yang diucapkan kepada beliau. Para sahabat pun juga mampu melihat Jibril dalam wujud manusia.
4.      Rasulullah didatangi dengan bunyian seperti gemerincing lonceng. Cara ini adalah paling berat bagi beliau untuk menerimanya, Jibril pun turut menyertainya, konon hingga dahi Rasulullah bercucuran keringat meski hawa udaranya dingin, bahkan tunggangan beliau ikut bersimpuh. Suatu ketika saat wahyu jenis ini turun kepada Rasulullah dan paha beliau di atas paha Zaid bin Tsabit, Zaid merasa seperti ditimpa beban berat.
5.      Nabi Muhammad melihat malaikat Jibril dalam wujud aslinya, lalu diwahyukan kepada beliau sesuai kehendak Allah SWT.
6.      Tanpa tertutup hijab, seperti saat Rasulullah telah melewati langit ketujuh di malam Mi’raj dan menerima perintah sholat.
7.      Percakapan dengan Allah SWT secara langsung tanpa perantara Malaikat seperti saat Allah SWT berbicara dengan Nabi Musa dan peristiwa Isra’.

Persembahan dari



(Benteng Terpadu Raya)

Referensi:
·         Mubarakfuri, Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah. Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·         Al-Mubarakfuriyy, Syeikh Safy Al-Rahman. Seerah Nabawiyyah, Al-Raheeq Al-Makhtum.


No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts