Monday, January 7, 2019

KISAH NABI MUHAMMAD SAW - Kelahiran Nabi Muhammad SAW, sang Khatamul Anbiya wal Mursalin

Abdul Mutthalib berusia sekitar tujuh puluh tahun saat Abraha mencoba menghancurkan Ka’bah. Abraha berasal dari Yaman. Dia membangun sebuah tempat ibadah di Yaman agar mengalihkan perhatian orang-orang dari Ka’bah di Mekkah ke Yaman. Dia bermaksud agar Yaman menjadi ramai dan perekonomian dari perdagangan semakin meningkat. Namun orang-orang tetap hanya mau berziarah ke Mekkah, sehingga Mekkah tetap ramai dan menjadi pusat perdagangan. Hal ini menjadi latar belakang penyerangan Abraha dengan pasukan gajahnya. Allah SWT menggagalkan kejahatannya dengan mengirim sekawanan burung yang menjatuhkan batu-batu panas ke arah pasukan Abraha. Maka hancurlah pasukan itu dan Ka’bah tetap selamat.

Surat Al-Fil ayat 1-5:

أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصۡحَٰبِ ٱلۡفِيلِ  ١ أَلَمۡ يَجۡعَلۡ كَيۡدَهُمۡ فِي تَضۡلِيلٖ  ٢ وَأَرۡسَلَ عَلَيۡهِمۡ طَيۡرًا أَبَابِيلَ  ٣ تَرۡمِيهِم بِحِجَارَةٖ مِّن سِجِّيلٖ  ٤ فَجَعَلَهُمۡ كَعَصۡفٖ مَّأۡكُولِۢ  ٥

1.  Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?
2.  Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia?
3.  dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong,
4.  yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,
5.  lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).

Salah satu putra Abdul Mutthalib yang bernama Abdullah berusia dua puluh empat tahun dan sudah siap menikah. Abdul Mutthalib memilih Aminah binti Wahab bin Abd Manaf bin Zuhra  sebagai calon isteri Abdullah yang juga berusia sama. Abdul Mutthalib dan Abdullah mengunjungi keluarga Zuhra dan menemui Wahb untuk melamar puterinya. Ada pendapat lain bahwa mereka menemui Uhyab, paman Aminah, karena ayah Aminah sudah meninggal dan Aminah diasuh oleh pamannya. Maka dilangsungkanlah pernikahan antara Abdullah dan Aminah.

Abdullah dan Aminah tinggal selama tiga hari di rumah Aminah, sesuai kebiasaan masyarakat Arab bahwa pernikahan dilangsungkan di rumah keluarga pengantin perempuan. Setelah itu, mereka pindah ke rumah Abdul Mutthalib. Beberapa waktu kemudian, Abdullah pergi ke Suriah untuk menjalankan usaha perdagangan, sedangkan Aminah ditinggal dalah keadaan hamil. Abdullah juga pergi ke Gaza dan kembali lagi. Lalu Abdullah singgah di tempat tinggal saudara-saudara ibunya di Madinah untuk beristirahat setelah dalam perjalanan panjang. Abdullah hendak kembali ke Mekkah dengan kafilah, namun dia jatuh sakit saat di tempat saudara-saudara ibunya itu. Teman-temannya pulang lebih dulu ke Mekkah  meninggalkannya dan mereka menyampaikan kabar Abdullah yang sakit kepada Abdul Mutthalib.

Setelah mendengar kabar tidak baik itu, Abdul Mutthalib memerintahkan anak sulungnya yang bernama Harith untuk pergi ke Madinah agar dapat membawa pulang Abdullah bila sudah sembuh. Namun saat tiba di Madinah, Harith mengetahui bahwa Abdullah telah meninggal dan juga sudah dikuburkan, sebulan setelah kafilah menuju ke Mekkah. Dengan perasaan sedih, Harith kembali ke Mekkah dan menyampaikan kabar duka itu kepada keluarganya. Abdul Mutthalib merasa sedih atas kematian putra yang sangat disayanginya. Aminah juga merasa sedih karena suami yang menjadi harapan kebahagiaan tidak dapat mendampinginya dan pergi untuk selama-lamanya, terlebih saat dia sedang hamil.

Lalu, seorang Nabi Mulia bernama Muhammad telah lahir dari rahim Aminah pada hari Senin pagi, 12 Rabi’ul Awwal, tahun gajah. Menurut tanggal Masehi adalah 20 April 571 M. Nabi Muhammad lahir dalam keadaan yatim.

Surat Adh-Dhuha ayat 6:

أَلَمۡ يَجِدۡكَ يَتِيمٗا فَ‍َٔاوَىٰ  ٦

6.  Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?

Nabi Muhammad terlahir dari suku Quraisy, suku paling dihormati dan terpandang di antara suku-suku lain di tanah Arab pada masanya. Di dalam suku Quraisy, beliau adalah anggota Bani Hasyim, anak suku yang juga paling terhormat.

Setelah Nabi Muhammad lahir, berita bahagia itu disampaikan kepada Abdul Mutthalib di Ka’bah. Beliau gembira karena kesedihan atas meninggalnya Abdullah telah berganti dengan hadirnya seseorang yang dapat menggantikan ayahnya. Abdul Mutthalib segera menemui Aminah dan bayinya. Aminah menyerahkan sang bayi kepada Abdul Mutthalib, kakek sang Rasulullah. Sang kakek merasa bersyukur dan bahagia melihat cucunya lahir dengan selamat. Lalu Abdul Mutthalib membawa sang bayi ke dalam Ka’bah. Beliau berdo’a dan bersyukur kepada Allah SWT atas karunia tersebut. Oleh kakeknya, sang bayi diberi nama Muhammad, artinya yang terpuji. Nama tersebut tidak umum di kalangan masyarakat Arab, namun cukup dikenal. Lalu Muhammad dikembalikan lagi kepada Aminah. Kini mereka sedang menunggu orang dari Bani Sa’ad yang akan menyusukan Muhammad, hal ini telah menjadi kebiasaan kaum bangsawan Arab di Mekkah.

Pada hari ketujuh kelahiran, Abdul Mutthalib meminta disembelihkan unta. Lalu beliau mengundang makan masyarakat Quraisy. Mereka bertanya mengapa putra Abdullah diberi nama Muhammad, bukan nama-nama nenek moyang. Abdul Mutthalib menjawab, “Kuinginkan dia akan menjadi orang yang Terpuji, bagi Tuhan di langit dan bagi makhluk-Nya di bumi.”

Persembahan dari


(Benteng Terpadu Raya)


Referensi:
·         Mubarakfuri, Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah. Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·         Haekal, Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.



No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts