Sunday, January 6, 2019

KISAH NABI MUHAMMAD SAW - Kehidupan Bangsa Arab Sebelum Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Awalnya, mayoritas Bangsa Arab menganut agama yang dibawa Nabi Ibrahim, yakni ajaran tauhid agar hanya menyembah Allah Tuhan Yang Maha Esa. Setelah beberapa waktu yang lama, mereka telah meninggalkan ajaran tadi, namun tetap masih ada sisa-sisa ajaran Nabi Ibrahim.

Kemudian ada seseorang di Mekkah yang bernama ‘Amr bin Luhay dari suku Khuza’ah yang sangat dihormati oleh kaumnya  karena kedermawanannya dan perilaku yang baik. Suatu saat dia pergi ke Syam dan melihat bahwa penduduk di sana melakukan praktik penyembahan berhala. ‘Amr bin Luhay menganggap bahwa hal tersebut adalah hal baik. Maka dia membawa pulang sebuah berhala bernama Hubal ke Mekkah dan meletakkan berhala itu di dalam Ka’bah. Dia mengajak kaumnya untuk melakukan apa yang dilakukan oleh penduduk Syam. Karena kedudukannya yang tinggi, penduduk Mekkah mau mengikuti apa yang ‘Amr bin Luhay katakan. Semakin lama, penduduk Mekkah menjadikan penyembahan berhala sebagai sebuah keyakinan mereka. Dengan cepat keyakinan itu menyebar ke wilayah Hijaz (Mekkah dan sekitarnya) dan meluas hingga meliputi jazirah Arab. Dalam beberapa waktu, sudah terdapat ratusan berhala di sekitar Ka’bah. Masyarakat Arab pun menjadi berbuat syirik.

Tidak cukup dengan berhala-berhala itu, mereka juga memiliki patung-patung dan berhala-berhala di rumah masing-masing yang selalu mereka sembah. Mereka mengelilingi patung itu ketika akan keluar rumah atau ketika pulang, dan patung tersebut juga dibawa dalam perjalanan bila patung dianggap telah memberi izin. Semua patung-patung tersebut sebenarnya dianggap sebagai perantara antara manusia dengan Tuhan. Mereka menganggap bahwa penyembahan terhadap berhala merupakan pendekatan terhadap Tuhan. Menyembah kepada Tuhan justru telah mereka lupakan.

Orang-orang dari seluruh penjuru jazirah Arab datang berziarah ke Ka’bah, rumah suci yang dibangun Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

Surat Al-Baqarah ayat 125-126:

وَإِذۡ جَعَلۡنَا ٱلۡبَيۡتَ مَثَابَةٗ لِّلنَّاسِ وَأَمۡنٗا وَٱتَّخِذُواْ مِن مَّقَامِ إِبۡرَٰهِ‍ۧمَ مُصَلّٗىۖ وَعَهِدۡنَآ إِلَىٰٓ إِبۡرَٰهِ‍ۧمَ وَإِسۡمَٰعِيلَ أَن طَهِّرَا بَيۡتِيَ لِلطَّآئِفِينَ وَٱلۡعَٰكِفِينَ وَٱلرُّكَّعِ ٱلسُّجُودِ  ١٢٥ وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٰهِ‍ۧمُ رَبِّ ٱجۡعَلۡ هَٰذَا بَلَدًا ءَامِنٗا وَٱرۡزُقۡ أَهۡلَهُۥ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ مَنۡ ءَامَنَ مِنۡهُم بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُۥ قَلِيلٗا ثُمَّ أَضۡطَرُّهُۥٓ إِلَىٰ عَذَابِ ٱلنَّارِۖ وَبِئۡسَ ٱلۡمَصِيرُ  ١٢٦

125.  Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".
126.  Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali".

Surat Ali Imran ayat 96-97:

إِنَّ أَوَّلَ بَيۡتٖ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكٗا وَهُدٗى لِّلۡعَٰلَمِينَ  ٩٦ فِيهِ ءَايَٰتُۢ بَيِّنَٰتٞ مَّقَامُ إِبۡرَٰهِيمَۖ وَمَن دَخَلَهُۥ كَانَ ءَامِنٗاۗ وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلۡبَيۡتِ مَنِ ٱسۡتَطَاعَ إِلَيۡهِ سَبِيلٗاۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ ٱلۡعَٰلَمِينَ  ٩٧

96.  Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.
97.  Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.

Mekkah memang menjadi pusat keagamaan di jazirah Arab. Mekkah juga nenjadi pusat perdagangan jazirah Arab. Maka Mekkah dianggap sebagai “ibukota” jazirah Arab. Allah SWT telah menakdirkan bahwa kota suci Mekkah akan menjadi tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW, Nabi Terakhir. Sejak saat itu hingga sekarang, Mekkah menjadi tempat yang didatangi oleh umat muslim seluruh dunia.

Kota Mekkah terletak di antara jalan kafilah yang sejajar dengan Laut Merah, antara Yaman dan Palestina/Syam. Kota ini terletak di sebuah lembah yang tidak begitu luas yang dikelilingi bukit-bukit. Bukit-bukit ini hampir mengepung Mekkah dan terdapat tiga jalan untuk keluar, yaitu jalan menuju ke Yaman, jalan menuju ke Laut Merah tepatnya di pelabuhan Jeddah, dan jalan menuju ke Palestina.

Kehidupan sosial masyarakat Arab terbagi menjadi bersuku-suku dan antar-kelas sosial. Terjadi kesenjangan sosial yang tinggi di Arab pada saat itu. Kelas bangsawan memiliki kekayaan yang banyak serta kedudukan yang tinggi, sedangkan kaum budak tak memiliki apa-apa dan hidup dalam kehinaan.

Suku-suku di Arab selalu saling bersaing dan bermusuhan, bahkan hingga terjadi pertikaian karena rasa fanatisme kesukuan yang tinggi. Setiap anggota suku pasti membela orang yang satu suku dengannya, entah benar atau salah.

Wanita di Arab mendapat perlakuan yang zalim. Laki-laki dapat melakukan poligami tanpa batas, menikahi dua wanita bersaudara sekaligus, dan menceraikan wanita tanpa batas. Perbuatan zina juga sudah dianggap biasa. Banyak sekali hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak sah (tidak menikah) dan hal ini tentu merugikan pihak perempuan. Kelahiran anak perempuan adalah suatu aib bagi mereka. Menurut mereka anak perempuan tidak seperti anak laki-laki yang mampu bekerja keras dan berperang demi kepentingan suku mereka. Karena itu, mereka mengubur bayi perempuan hidup-hidup.

Mereka juga sering berjudi dan minum minuman keras, bahkan menjadi kebanggaan tersendiri. Intinya kehidupan mereka sangat buruk dan berlangsung tanpa aturan. Karena itu, masa terjadinya keterpurukan moral disebut sebagai zaman jahiliyah.

Kehidupan ekonomi masyarakat Arab bertumpu pada sektor perdagangan. Sebagian besar masyarakat Arab adalah pedagang, hanya sebagian kecil penduduk Arab yang hidup sebagai petani dan memelihara hewan ternak yang tinggal di daerah pinggiran negeri. Mereka belum mengenal perindustrian, sehingga barang-barang hasil produksi diperoleh dari Yaman atau Syam. Meskipun ada beberapa bangsawan dan pedagang besar, tetap banyak masyarakat yang hidup kekurangan.

Di antara berbagai buruknya perilaku, bangsa Arab masih memiliki perilaku terpuji, meskipun berada pada jalur yang salah. Mereka memiliki sifat dermawan, menepati janji, pemberani, lemah lembut, menjaga harga diri, dan suka menolong.

Persembahan dari


(Benteng Terpadu Raya)


Referensi:
·      Mubarakfuri, Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah. Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·         Haekal, Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.


No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts