Friday, January 25, 2019

KISAH NABI MUHAMMAD SAW - Wahyu Pertama kepada Rasulullah di Gua Hira

Saat Muhammad mendekati usia 40 tahun, beliau lebih suka menyendiri dan menjauhi berbagai hiruk pikuk masyarakat kota Mekkah yang suka berbuat kemaksiatan dan kejahatan. Beliau sering pergi ke gua Hira dengan membawa sedikit makanan dan air secukupnya. Gua Hira berjarak sekitar dua farsakh (1 farsakh = 3.5 mil) sebelah utara dari kota Mekkah. Di tempat ini Muhammad memperoleh tempat terbaik untuk berpikir dan merenung. Beliau merasakan ketenangan dalam jiwa dan keinginan beliau untuk menyendiri telah terpenuhi.

Telah menjadi kebiasaan orang-orang Arab masa itu bahwa terdapat golongan berpikir yang menjauhkan diri dari keramaian dalam waktu yang lama setiap tahun. Mereka mendekatkan diri kepada tuhan-tuhan mereka dengan bertapa dan berdoa, mengharapkan rezeki dan pengetahuan.

Ketika menyendiri, Muhammad mengisi waktunya dengan beribadah dan memikirkan kebesaran alam semesta dan menyadari tentang adanya Sang Maha Kuasa yang menciptakan semuanya. Rasa keingin tahuan beliau sangatlah besar dan selalu terus mencari rahasia alam semesta. Hanya keinginan mencari kebenaran semata yang ada dalam pikiran beliau.

Memang jelas bahwa Allah SWT telah berkehendak bahwa hal tersebut adalah permulaan dan persiapan bagi Muhammad untuk menerima sebuah tugas besar yang akan menata dan membimbing umat manusia ke arah yang benar. Maka, jiwa Muhammad harus dibersihkan dari berbagai kotoran pada kesenangan duniawi. Hal tersebut berlangsung selama tiga tahun sebelum Muhammad diangkat menjadi rasul.

Setelah Muhammad sering menyendiri begitu lama, membersihkan jiwanya dengan memerhatikan kebesaran alam yang telah diciptakan oleh Sang Pencipta, maka Allah SWT memberikan kemuliaan dan tugas kenabian serta kerasulan kepada sang Nabi Penutup, Muhammad SAW. Peristiwa ini terjadi pada malam hari tanggal 17 Ramadhan dan ada juga yang menyatakan 21 Ramadhan (menurut Syekh Al-Mubarakfuriy), tepat saat beliau berusia 40 tahun dalam hitungan Hijriah. Hal itu juga sebagai awal hitungan tahun kenabian.

Saat itu datanglah malaikat Jibril yang menghampiri Muhammad di gua Hira dan memeluk beliau sebanyak tiga kali. Setiap kali memeluk beliau, Jibril berkata, “Bacalah!”.

Setiap kali itu pula Rasulullah menjawab, “Saya tidak dapat membaca”.

Rasulullah merasa takut dan panik dengan kejadian itu. Rasa letih pun dirasakan. Saat Muhammad menanyakan apa yang harus beliau baca, maka Jibril membacakan firman Allah SWT, yaitu Surat Al-Alaq ayat 1-5:

ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ  ١ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ  ٢ ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ  ٣ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ  ٤ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ  ٥

1.  Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
2.  Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3.  Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
4.  Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5.  Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Setelah itu, Jibril pergi meninggalkan Rasulullah. Kalimat-kalimat suci tersebut terpateri dalam hati Muhammad.

Dengan tubuh gemetar, Rasulullah segera pulang ke rumahnya dan dengan khawatir memikirkan peristiwa yang baru saja dialami beliau mungkin mencelakakan beliau. Semuanya serba membingungkan, beliau masih belum dapat memahami apa yang sebenarnya terjadi. Beliau masuk rumah dan menghampiri Khadijah lalu menyuruhnya untuk menyelimuti tubuh beliau. Khadijah segera menyelimuti beliau, maka Muhammad SAW merasa lebih tenang dan segera menceritakan peristiwa di gua Hira yang dialaminya kepada sang isteri.

“Saya khawatir akan terjadi sesuatu pada diri saya”, ujar Muhammad SAW.

Sebagai isteri yang baik, Khadijah menenangkan dan menghibur sang suami dan berkata, “Tidak sama sekali, Dia (Tuhan) tidak akan menghinamu selamanya, engkau adalah orang yang suka menyambung silaturahim, membawakan dan membantu orang yang lemah, menghormati tamu, dan suka menolong dalam kebaikan”. Khadijah memanglah seorang isteri yang memiliki rasa kasih sayang, tempat Nabi Muhammad untuk menceritakan segala isi hati dan yang membuat hati beliau merasakan kedamaian dan ketenteraman.

Nabi Muhammad benar-benar kelelahan, maka beliau tidur, tidur untuk kemudian bangun kembali untuk menjalankan tugas rohani yang sangat besar, yang penuh pengorbanan, tulus dan ikhlas hanya untuk Allah SWT, untuk kebenaran dan kemanusiaan. Itulah Risalah Allah yang akan menerangi kehidupan umat manusia.

Lalu Khadijah menemani Rasulullah pergi ke rumah Waraqah bin Naufal, paman Khadijah. Dia adalah seorang Nasrani yang banyak mengetahui isi Kitab Taurat dan Injil. Dia sudah sangat renta dan buta. Muhammad SAW menceritakan apa yang dialami beliau. Waraqah gembira saat mendengar cerita tersebut, “Itu adalah malaikat Jibril yang Allah turunkan kepada Nabi Musa, engkaulah Nabi umat ini. Ah, sayang sekali, seandainya saja aku masih hidup, saat engkau diusir oleh kaummu”.

“Apakah mereka akan mengusir aku?”

“Ya, tidak ada seorangpun membawa seperti apa yang kamu bawa kecuali dia akan dimusuhi. Seandainya aku mengalami saat hal itu terjadi, aku akan membelamu sungguh-sungguh”, kata Waraqah.

Waraqah meninggal dunia saat wahyu sempat terputus untuk beberapa lama (setelah wahyu pertama).

Persembahan dari



(Benteng Terpadu Raya)

Referensi:
·         Mubarakfuri, Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah. Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·         Haekal, Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.
·         Al-Mubarakfuriyy, Syeikh Safy Al-Rahman. Seerah Nabawiyyah, Al-Raheeq Al-Makhtum.

No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts