Saturday, February 23, 2019

KISAH NABI MUHAMMAD SAW - Rasulullah Berdakwah di Thaif

Pada bulan Syawwal tahun ke-10 kenabian, Nabi Muhammad SAW yang didampingi Zaid bin Haritsah pergi berdakwah ke Thaif. Rasulullah berharap bahwa Bani Tsaqif di sana berkenan menerima ajaran Islam. Setiap kali beliau melewati suatu perkampungan, beliau menyampaikan ajaran Islam kepada mereka. Namun tak ada satu orang pun yang menerimanya. Thaif adalah tempat musim panas bagi penduduk Mekkah karena udaranya yang sejuk dan buah anggurnya yang manis. Kota ini juga merupakan pusat penyembahan Lata (bukan Latta). Jika Bani Tsaqif menjadi pengikut Nabi Muhammad, maka kedudukan Lata akan hilang dan bisa menimbulkan permusuhan dengan Quraisy.

Saat tiba di Thaif, Rasulullah SAW menemui tokoh-tokoh Thaif untuk mengajak mereka masuk agama Islam, namun mereka menolaknya. Pemimpin Tsaqif adalah tiga bersaudara, yaitu Abdu Yalail bin Amr bin Umair, Mas’ud bin Amr bin Umair, dan Habib bin Amr bin Umair bin Auf bin Aqdah bin Ghirah bin Auf bin Tsaqif. Salah satu dari mereka memiliki isteri yang berasal dari Quraisy.

Saat Rasulullah menyeru mereka untuk masuk Islam, salah satu dari mereka berkata, “Saya siap mencabut kain Ka’bah dan membuangnya jika Allah mengutus engkau sebagai Nabi”. Yang satunya lagi berkata, “Tak adakah orang lain yang diutus oleh Allah selain engkau?”. Orang ketiga berkata, “Demi Allah aku tak ingin berbicara denganmu. Jika engkau utusan Allah, engkau pasti sangat membahayakan jika aku menolakmu. Jika engkau berdusta, tak seharusnya aku menanggapinya”.

Nabi Muhammad berada di Thaif selama 10 hari, namun setiap beliau menemui tokoh-tokoh di kota tersebut, mereka memberikan tanggapan negatif dan mengusir beliau. Mereka mengajak masyarakat awam untuk menyerang Rasulullah dan mencaci maki beliau. Mereka juga mengejar dan menimpuki Rasulullah hingga kaki beliau berdarah. Saat itu Zaid bin Haritsah berusaha melindungi beliau dengan dirinya sendiri, hingga kepalanya terluka karena serangan penduduk Thaif. Keduanya sudah tidak dikejar lagi saat berlindung di kebun milik ‘Utbah dan Syaibah anak Rabi’ah, sekitar 3 mil dari kota Thaif.

Rasulullah segera beristirahat dan duduk di bawah naungan pohon anggur. Di situ beliau mengadukan segala permasalahan yang berat untuk dihadapi, “Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kurangnya siasatku dan kehinaanku di hadapan manusia. Wahai Yang Maha Pengasih dari pemilik kasih, Engkau adalah Tuhan bagi orang-orang lemah, Engkaulah Tuhanku, kepada siapa Engkau akan serahkan aku? Kepada yang jauh dan berwajah masam? Atau kepada musuh yang hendak menguasai urusanku? Asal Engkau tidak murka kepadaku, maka aku tidak peduli (terhadap apa yang menimpaku), namun ampunan-Mu lebih luas (lebih kuharapkan) untukku. Aku berlindung dengan cahaya Wajah-Mu yang menjadikan kegelapan menjadi terang benderang, dan urusan dunia dan akhirat menjadi baik, agar Engkau tidak menurunkan kemarahan-Mu kepadaku, atau murka kepadaku. Engkaulah yang berhak menegurku hingga Engkau rela dan tiada daya dan kekuatan selain dengan-Mu”.

Kedua anak Rabi’ah merasa iba terhadap kondisi Rasulullah dan Zaid yang terlihat malang. Maka mereka menyuruh budaknya yang bernama Addas yang beragama Nasrani untuk memetikkan setangkai anggur dan memberikannya kepada Rasulullah. Rasulullah menerima pemberian tersebut dan membaca Bismillah sebelum memakannya.

Addas menanggapi bacaan basmalah yang diucapkan Rasulullah, “Itu adalah ucapan yang bukan berasal dari penduduk negeri ini”.

Rasulullah pun bertanya kepada Addas, “Kamu dari negeri mana? Dan apa agamamu?”.
“Saya dari kampung Ninawa”, jawabnya.
“Itu adalah negeri seorang laki-laki yang soleh, Yunus bin Matta”, ujar Rasulullah.
Addas bertanya keheranan, “Dari mana kamu tahu tentang Yunus bin Matta?”.
Rasulullah menjawab, “Dia adalah saudaraku. Dahulu dia adalah seorang Nabi dan aku pun seorang Nabi”.

Mendengar jawaban itu, Addas langsung mencium kepala Rasulullah, juga kedua tangan dan kaki beliau.

Addas segera menghampiri kedua majikannya.

Majikannya berkata, “Ada apa?”.
“Ya tuan, tidak ada di atas muka bumi ini orang yang lebih baik dari dia. Dia telah memberitahu saya tentang hal yang hanya diketahui oleh seorang Nabi”, ujar Addas.
Majikannya justru membentaknya, “Celaka engkau Addas. Jangan kau tinggalkan agamamu, agamamu lebih baik dari agama orang itu”.

Maka Rasulullah SAW kembali pulang ke Mekkah dengan perasaan sedih. Menurut riwayat, saat dalam perjalanan, Allah SWT mengutus malaikat Jibril bersama malaikat gunung yang siap menunggu perintah Rasulullah untuk membalikkan kedua gunung di Mekkah agar ditimpakan kepada penduduk Mekkah, yaitu gunung Abu Qubais dan gunung Qaiqa’an. Namun Rasulullah hanya menjawab, “Justru saya berharap, Allah mengeluarkan dari tulang rusuk mereka, keturunan yang menyembah Allah Azza wa Jalla semata dan tidak menyekutukan-Nya”.

Akhirnya Rasulullah kembali ke Mekkah dengan mendapat perlindungan dari Muth’im bin ‘Adi.

Rasulullah memiliki tingkat kesabaran yang tinggi untuk berdakwah. Tindakan buruk dan kasar yang diterima beliau tidak menimbulkan perasaan dendam dalam hati beliau. Kejadian yang dialami Rasulullah di Thaif juga sudah diketahui oleh Quraisy sehingga mereka semakin gencar mengganggu Rasulullah. Rasulullah pun tetap gigih dalam berdakwah demi tersebarnya ajaran Islam.


Referensi:
·         Mubarakfuri, Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah. Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·         Haekal, Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.
·         Al-Mubarakfuriyy, Syeikh Safy Al-Rahman. Seerah Nabawiyyah, Al-Raheeq Al-Makhtum.
·         Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri. Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam. 2000. Jakarta Timur: Darul Falah.


No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts