Wednesday, February 13, 2019

KISAH NABI MUHAMMAD SAW - Quraisy Berupaya Menghentikan Dakwah Rasulullah Melalui Abu Thalib

Orang-orang kafir Quraisy telah melakukan berbagai upaya untuk menghentikan dakwah Nabi Muhammad, namun selalu gagal sehingga mereka semakin gusar. Maka mereka berusaha melawan Rasulullah dengan cara membujuk paman sang Rasulullah, Abu Thalib. Abu Thalib memang tidak menganut ajaran Islam, namun sudah bertekad untuk melindungi Rasulullah dalam berdakwah.

Kafir Quraisy pernah menemui Abu Thalib dan berkata, “Abu Thalib, keponakanmu telah menghina berhala-berhala kita, mencela agama kita, tidak menghargai harapan kita dan menganggap sesat nenek moyang kita. Maka sekarang, kau harus menghentikan dia. Jika tidak maka biar kami saja yang menghadapinya. Karena engkau juga seperti kami, tidak sepaham dengan dia, maka cukup engkau saja dari pihak kami untuk menghadapinya”.

Namun Abu Thalib menjawab mereka dengan baik, sehingga Nabi Muhammad tetap dapat berdakwah dan pengikutnya semakin banyak.

Pada suatu hari, kaum kafir Quraisy kembali menemui Abu Thalib untuk menawarkan cara lain. Mereka datang dengan membawa seorang pemuda yang tampan dan gagah bernama ‘Umara bin Walid bin Mughira untuk diserahkan kepada Abu Thalib, dan sebagai gantinya Rasulullah harus diserahkan kepada kafir Quraisy untuk dibunuh. Tentu saja Abu Thalib langsung menolak tawaran yang aneh tersebut.

Kemudian kafir Quraisy kembali menemui Abu Thalib dan berkata, “Abu Thalib, engkau sebagai orang yang terhormat dan terpandang di kalangan kita. Kami meminta engkau untuk menghentikan keponakanmu itu, namun engkau tak melakukannya. Kami tak akan diam saja terhadap orang yang memaki nenek moyang kita, tidak menghargai harapan-harapan kita, dan mencela berhala-berhala kita, sebelum kau suruh dia diam atau kita lawan dia hingga salah satu pihak binasa”.

Abu Thalib merasa berat sekali untuk berpisah atau bermusuhan dengan masyarakatnya. Dia juga tak sampai hati untuk menyerahkan sang keponakan atau membuat beliau kecewa. Dia merasa bingung tentang apa yang harus dipilihnya.

Karena ancaman Quraisy dirasa serius, Abu Thalib segera memberitahu hal itu kepada Rasulullah SAW, “Jagalah aku, begitu juga dirimu. Jangan bebani aku dengan hal-hal yang tak mampu kupikul”.

Sang paman tersebut seolah merasa mulai tak berdaya dan tak sanggup menanggung beban. Seakan dia mau meninggalkan dan melepaskan beban tersebut. Padahal kekuatan kaum Muslimin masih lemah. Mereka tak akan mampu berperang menghadapi kafir Quraisy. Kafir Quraisy memiliki kekuasaan, harta, persiapan, dan jumlah orangnya lebih banyak. Sedangkan kaum Muslimin tak punya apa-apa selain kebenaran. Rasulullah mengajak orang-orang agar berada di jalan yang benar. Iman yang kuat adalah kekuatan bagi mereka untuk menempuh kehidupan ini.

Maka dengan jiwa yang penuh kekuatan dan keimanan, Rasulullah menyatakan dengan tegas, “Wahai pamanku, demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan perkara (dakwah) ini, sampai Allah memenangkannya atau aku hancur bersamanya, niscaya aku tidak akan meninggalkannya”.

Betapa besarnya kekuatan iman dan kebenaran tersebut, Abu Thalib gemetar saat mendengar jawaban Rasulullah. Ternyata tekad keponakannya itu sudah begitu tinggi. Rasulullah berdiri. Air mata beliau terasa menyumbat karena sikap paman beliau yang tiba-tiba begitu, namun beliau tidak ragu untuk meneruskan jalan yang telah ditempuh itu.

Abu Thalib merasa tepesona dengan kepribadian Rasulullah, sehingga semangat Abu Thalib timbul kembali setelah mendengar jawaban tegas dari Rasulullah. Abu Thalib tetap melindungi keponakannya sampai akhir hayatnya. Dia berkata, “Pergilah wahai keponakanku, dan sampaikanlah apa yang kamu suka, demi Allah aku tidak akan menyerahkanmu kepada siapapun selama-lamanya”.

Abu Thalib menceritakan sikap dan perkataan Nabi Muhammad kepada Bani Hasyim dan Bani Muttalib. Dia meminta agar Nabi Muhammad dilindungi dari tindakan kafir Quraisy. Mereka menerima permintaan ini, kecuali Abu Lahab yang secara terang-terangan menyatakan permusuhan dan bergabung dengan pihak lawan.


Referensi:
·         Mubarakfuri, Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah. Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·         Haekal, Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.


No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts