Muhammad pertama kali
disusui oleh ibunya, Aminah. Lalu, beliau juga disusukan kepada Tsuwaibah
selama beberapa hari, budak Abu Lahab. Hamzah bin Abdul Mutthalib, paman sang
nabi, juga disusukan kepada Tsuwaibah, sehingga mereka adalah saudara
sepersusuan. Sesuai adat kebiasaan kaum bangsawan kota Mekkah saat itu, Aminah
menanti kedatangan wanita dari pedesaan untuk menyusui Muhammad. Bayi-bayi
dibawa ke pedesaan oleh wanita-wanita desa tersebut agar sang bayi tumbuh sehat
dan menghirup udara segar yang alami. Salah satu bani yang terkenal dalam
menyusukan adalah Bani Sa’ad bin Bakr.
Akhirnya datang juga
wanita-wanita dari bani Sa’ad yang tiba di Mekkah untuk menyusukan bayi. Mereka
menghindari bayi-bayi yatim, karena mereka masih mau mengharapkan jasa dari
sang ayah. Bayi-bayi yatim tidak dapat diharapkan imbalannya. Maka mereka tidak
mau mendatangi Muhammad. Namun, akhirnya ada juga wanita yang mau menyusukan Muhammad.
Wanita yang mau menerima beliau adalah Halimah binti Abi Dzu’aib dari bani
Sa’ad. Lalu, wanita itu dikenal sebagai Halimah as-Sa’diyah.
Yang menghendaki
terpilihnya wanita tersebut tentu adalah Allah SWT. Awalnya, saat Halimah
ditawarkan untuk menyusui Muhammad, Halimah juga tidak mau menerimanya karena
Muhammad adalah anak yatim yang tidak dapat diharapkan imbalan materinya. Namun
saat tidak dapat bayi yang lain untuk disusui, maka Halimah menerima Muhammad
untuk disusui di pedesaan Bani Sa’ad.
Sebenarnya Halimah
telah mendapat suatu berkah yang luar biasa, karena bayi yang ia susui adalah
manusia paling mulia yang telah ditakdirkan Allah SWT untuk menuntun umat
manusia kepada jalan yang benar. Atas kehendak Allah SWT, kehidupan Halimah
yang tadinya biasa-biasa saja menjadi penuh rezeki dan keberkahan. Semua kambing
ternaknya menjadi gemuk dan susunya melimpah.
Setelah Muhammad berumur dua tahun dan sudah saatnya disapih, Halimah
membawa Muhammad kepada ibunya dan lalu membawa Muhammad lagi ke pedesaan. Hal
ini agar Muhammad tumbuh lebih baik dan terhindar dari penyakit yang terdapat
di kota.
Saat lima tahun pertama
kehidupan Rasulullah, beliau melalui kehidupan yang tenang di daerah pedesaan
yang masih asri dengan udara segar di lembah Bani Sa’ad. Tidak ada hiruk pikuk
perkotaan yang membuat pikiran menjadi tidak nyaman. Halimah merawat Muhammad
dengan baik dan penuh perhatian. Hal ini memberikan dampak positif yang besar
bagi pertumbuhan dan perkembangan Muhammad, baik secara jasmani maupun rohani. Muhammad
memiliki bentuk tubuh yang bagus. Di pedesaan, Muhammad belajar menggunakan
bahasa Arab yang murni. Beliau pernah berkata kepada teman-temannya, “Aku yang
paling fasih di antara kalian. Aku dari Quraisy tetapi diasuh oleh Bani Sa’ad
bin Bakr”. Lima tahun masa kecilnya adalah masa yang memberikan kenangan indah
dalam hidup beliau.
Sekitar masih
kanak-kanak, Muhammad mengalami suatu peristiwa yang luar biasa sebagai suatu
tanda-tanda kenabiannya dan persiapan untuk mengemban amanat yang mulia.
Peristiwa tersebut adalah Pembelahan Dada (Syaqqus
Shadr). Suatu hari, Muhammad yang masih kecil sedang bermain dengan
teman-temannya di pekarangan tanpa pengawasan orang tua, tiba-tiba datanglah
Malaikat Jibril menghampiri Muhammad dan menyergapnya. Jibril membaringkan
Muhammad dan membelah dada beliau. Lalu Jibril mengambil hati Muhammad dan
mengeluarkan segumpal darah dari itu. Jibril berkata, “Inilah bagian setan yang
bersemayam pada dirimu”. Malaikat Jibril mencuci hati itu di dalam bejana emas
dengan air zam-zam. Lalu hati itu dikembalikan ke tubuh kecil Muhammad dan
tubuh beliau kembali pulih.
Teman-teman Muhammad
terkejut dan takut melihat peristiwa tadi. Mereka segera berlari dan memberitahu
hal itu kepada Halimah, “Muhammad telah dibunuh”. Maka mereka segera pergi ke
tempat Muhammad tadi. Mereka melihat Muhammad masih dalam keadaan pucat pasi.
Halimah merasa sangat khawatir terhadap keselamatan Muhammad. Maka dia
memutuskan untuk mengembalikan beliau kepada ibunya di kota Mekkah. Halimah
menyerahkan Muhammad kepada Aminah, lalu meninggalkan anak yang mulia tersebut.
Surat Al Insyirah ayat
1-3:
أَلَمۡ
نَشۡرَحۡ لَكَ صَدۡرَكَ ١ وَوَضَعۡنَا
عَنكَ وِزۡرَكَ ٢ ٱلَّذِيٓ أَنقَضَ
ظَهۡرَكَ ٣
1. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu
dadamu?,
2. dan Kami
telah menghilangkan daripadamu bebanmu,
3. yang
memberatkan punggungmu?
Referensi:
·
Mubarakfuri,
Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah.
Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·
Haekal, Muhammad
Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah
Hidup Muhammad.
No comments:
Post a Comment