Saat Muhammad mendekati
usia 40 tahun, beliau lebih suka menyendiri dan menjauhi berbagai hiruk pikuk
masyarakat kota Mekkah yang suka berbuat kemaksiatan dan kejahatan. Beliau sering
pergi ke gua Hira dengan membawa sedikit makanan dan air secukupnya. Gua Hira
berjarak sekitar dua farsakh (1 farsakh = 3.5 mil) sebelah utara dari kota
Mekkah. Di tempat ini Muhammad memperoleh tempat terbaik untuk berpikir dan
merenung. Beliau merasakan ketenangan dalam jiwa dan keinginan beliau untuk
menyendiri telah terpenuhi.
Telah menjadi kebiasaan
orang-orang Arab masa itu bahwa terdapat golongan berpikir yang menjauhkan diri
dari keramaian dalam waktu yang lama setiap tahun. Mereka mendekatkan diri
kepada tuhan-tuhan mereka dengan bertapa dan berdoa, mengharapkan rezeki dan
pengetahuan.
Ketika menyendiri,
Muhammad mengisi waktunya dengan beribadah dan memikirkan kebesaran alam
semesta dan menyadari tentang adanya Sang Maha Kuasa yang menciptakan semuanya.
Rasa keingin tahuan beliau sangatlah besar dan selalu terus mencari rahasia
alam semesta. Hanya keinginan mencari kebenaran semata yang ada dalam pikiran
beliau.
Memang jelas bahwa
Allah SWT telah berkehendak bahwa hal tersebut adalah permulaan dan persiapan
bagi Muhammad untuk menerima sebuah tugas besar yang akan menata dan membimbing
umat manusia ke arah yang benar. Maka, jiwa Muhammad harus dibersihkan dari
berbagai kotoran pada kesenangan duniawi. Hal tersebut berlangsung selama tiga
tahun sebelum Muhammad diangkat menjadi rasul.
Setelah Muhammad sering
menyendiri begitu lama, membersihkan jiwanya dengan memerhatikan kebesaran alam
yang telah diciptakan oleh Sang Pencipta, maka Allah SWT memberikan kemuliaan
dan tugas kenabian serta kerasulan kepada sang Nabi Penutup, Muhammad SAW.
Peristiwa ini terjadi pada malam hari tanggal 17 Ramadhan dan ada juga yang
menyatakan 21 Ramadhan (menurut Syekh Al-Mubarakfuriy), tepat saat beliau
berusia 40 tahun dalam hitungan Hijriah. Hal itu juga sebagai awal hitungan tahun
kenabian.
Saat itu datanglah
malaikat Jibril yang menghampiri Muhammad di gua Hira dan memeluk beliau
sebanyak tiga kali. Setiap kali memeluk beliau, Jibril berkata, “Bacalah!”.
Setiap kali itu pula
Rasulullah menjawab, “Saya tidak dapat membaca”.
Rasulullah merasa takut
dan panik dengan kejadian itu. Rasa letih pun dirasakan. Saat Muhammad
menanyakan apa yang harus beliau baca, maka Jibril membacakan firman Allah SWT,
yaitu Surat Al-Alaq ayat 1-5:
ٱقۡرَأۡ
بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ
مِنۡ عَلَقٍ ٢ ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٣ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan,
2. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah,
dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
4. Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Setelah itu, Jibril
pergi meninggalkan Rasulullah. Kalimat-kalimat suci tersebut terpateri dalam
hati Muhammad.
Dengan tubuh gemetar,
Rasulullah segera pulang ke rumahnya dan dengan khawatir memikirkan peristiwa
yang baru saja dialami beliau mungkin mencelakakan beliau. Semuanya serba
membingungkan, beliau masih belum dapat memahami apa yang sebenarnya terjadi. Beliau
masuk rumah dan menghampiri Khadijah lalu menyuruhnya untuk menyelimuti tubuh
beliau. Khadijah segera menyelimuti beliau, maka Muhammad SAW merasa lebih
tenang dan segera menceritakan peristiwa di gua Hira yang dialaminya kepada
sang isteri.
“Saya khawatir akan
terjadi sesuatu pada diri saya”, ujar Muhammad SAW.
Sebagai isteri yang
baik, Khadijah menenangkan dan menghibur sang suami dan berkata, “Tidak sama
sekali, Dia (Tuhan) tidak akan menghinamu selamanya, engkau adalah orang yang
suka menyambung silaturahim, membawakan dan membantu orang yang lemah,
menghormati tamu, dan suka menolong dalam kebaikan”. Khadijah memanglah seorang
isteri yang memiliki rasa kasih sayang, tempat Nabi Muhammad untuk menceritakan
segala isi hati dan yang membuat hati beliau merasakan kedamaian dan
ketenteraman.
Nabi Muhammad
benar-benar kelelahan, maka beliau tidur, tidur untuk kemudian bangun kembali
untuk menjalankan tugas rohani yang sangat besar, yang penuh pengorbanan, tulus
dan ikhlas hanya untuk Allah SWT, untuk kebenaran dan kemanusiaan. Itulah
Risalah Allah yang akan menerangi kehidupan umat manusia.
Lalu Khadijah menemani
Rasulullah pergi ke rumah Waraqah bin Naufal, paman Khadijah. Dia adalah
seorang Nasrani yang banyak mengetahui isi Kitab Taurat dan Injil. Dia sudah
sangat renta dan buta. Muhammad SAW menceritakan apa yang dialami beliau.
Waraqah gembira saat mendengar cerita tersebut, “Itu adalah malaikat Jibril
yang Allah turunkan kepada Nabi Musa, engkaulah Nabi umat ini. Ah, sayang sekali,
seandainya saja aku masih hidup, saat engkau diusir oleh kaummu”.
“Apakah mereka akan
mengusir aku?”
“Ya, tidak ada
seorangpun membawa seperti apa yang kamu bawa kecuali dia akan dimusuhi.
Seandainya aku mengalami saat hal itu terjadi, aku akan membelamu
sungguh-sungguh”, kata Waraqah.
Waraqah meninggal dunia
saat wahyu sempat terputus untuk beberapa lama (setelah wahyu pertama).
Referensi:
·
Mubarakfuri,
Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah.
Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·
Haekal, Muhammad
Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah
Hidup Muhammad.
·
Al-Mubarakfuriyy,
Syeikh Safy Al-Rahman. Seerah Nabawiyyah,
Al-Raheeq Al-Makhtum.
No comments:
Post a Comment