Muhammad menjalani
kehidupan masa mudanya dengan berat dan
penuh kerja keras. Beliau memenuhi kebutuhan hidupnya dengan menggembalakan
kambing-kambing penduduk Mekkah untuk mendapatkan upah. Paman beliau, Abu
Thalib, hidup dalam kemiskinan dan memiliki anak-anak yang banyak. Dia berharap
bahwa Muhammad bisa memberikan tambahan rezeki bagi keluarganya dari upah menggembalakan
kambing. Pada masa itu ada seorang pengusaha wanita kaya raya dan terhormat
bernama Khadijah binti Khuwailid mengupah orang-orang Quraisy untuk menjalankan
perdagangannya. Dia berasal dari Bani Asad. Dia menjalankan usahanya dengan beberapa
orang kepercayaannya. Usahanya terus berkembang hingga menjadi suatu usaha yang
besar pada masa itu. Dalam usahanya, Khadijah menerapkan sistem bagi hasil.
Pada usia dua puluh
lima tahun, Muhammad menjalankan usaha perdagangan dengan menjual barang-barang
dagangan milik Khadijah. Muhammad dikenal sebagai seseorang dengan penuh
kejujuran dan selalu berperilaku baik terhadap siapapun. Hal ini memang membuat
Khadijah semakin tertarik untuk bekerja sama dengan beliau. Khadijah menawarkan
beliau untuk membawa barang dagangannya dan menjualnya di negeri Syam. Muhammad
menerima tawaran tersebut. Khadijah menyerahkan barang-barang dagangannya yang
terbaik yang tidak pernah diberikan kepada pedagang lain. Khadijah juga
menyertakan seorang budak laki-laki bernama Maisarah untuk menemani dan
membantu pekerjaan Muhammad. Muhammad bersama Maisarah berangkat ke negeri Syam
untuk membawa dan menjual barang
dagangan Khadijah. Beliau melaksanakan amanat tersebut dengan rasa penuh
tanggung jawab dan teliti.
Dengan kejujuran dan
kecerdasan beliau, Muhammad mampu memperdagangkan barang-barang Khadijah dengan
lebih baik. Cara perdagangan beliau menghasilkan laba yang lebih besar daripada
yang dilakukan oleh orang lain sebelumnya. Maisarah pun merasa kagum dengan
watak dan kemampuan Muhammad sehingga dia merasa hormat kepada beliau. Mereka
juga membeli barang-barang dagangan di negeri Syam untuk dibawa pulang.
Setelah selesai
berdagang di negeri Syam, Muhammad kembali ke Mekkah dengan membawa keuntungan
yang banyak dari hasil penjualan. Khadijah semakin mengagumi kepribadian
Muhammad serta kemampuan beliau dalam berbisnis. Maisarah juga bercerita bahwa
Muhammad memiliki kepribadian dan budi pekerti yang luhur, selalu bertindak
jujur, dan kecerdasan yang dia lihat selama bersama Muhammad.
Surat Al Baqarah ayat
275:
ٱلَّذِينَ
يَأۡكُلُونَ ٱلرِّبَوٰاْ لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ ٱلَّذِي
يَتَخَبَّطُهُ ٱلشَّيۡطَٰنُ مِنَ ٱلۡمَسِّۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ قَالُوٓاْ
إِنَّمَا ٱلۡبَيۡعُ مِثۡلُ ٱلرِّبَوٰاْۗ وَأَحَلَّ ٱللَّهُ ٱلۡبَيۡعَ وَحَرَّمَ ٱلرِّبَوٰاْۚ
فَمَن جَآءَهُۥ مَوۡعِظَةٞ مِّن رَّبِّهِۦ فَٱنتَهَىٰ فَلَهُۥ مَا سَلَفَ
وَأَمۡرُهُۥٓ إِلَى ٱللَّهِۖ وَمَنۡ عَادَ فَأُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ
هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ٢٧٥
275. Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang
yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil
riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.
Khadijah merasa bahwa
dia telah menemukan seseorang yang tepat untuk hidup bersamanya. Sebagai wanita
kaya raya yang terpandang, dia sudah sering dilamar oleh banyak tokoh dan pemimpin-pemimpin
suku yang ingin menjadikannya sebagai isteri. Namun Khadijah tidak menerima
semua lamaran tersebut. Pada dasarnya, Khadijah yakin mereka melamar dirinya
hanya karena hartanya yang melimpah. Akhirnya Khadijah menceritakan isi hatinya
tersebut kepada sahabatnya, Nafisah binti Maniah. Setelah mendengar hal itu,
Nafisah segera menemui Muhammad dan memohon agar beliau bersedia menikahi
Khadijah. Muhammad bersedia menuruti keinginan tersebut dan segera memberitahu
paman-paman beliau tentang hal itu. Maka paman-paman beliau segera menemui
paman Khadijah yang bernama Umar bin Asad dan melamarnya untuk Rasulullah. Menurut
suatu riwayat, ayah Khadijah telah meninggal sebelum perang Fijar.
Setelah semuanya
menyetujui, lalu dilaksanakanlah akad pernikahan antara Muhammad dengan
Khadijah yang dihadiri oleh Bani Hasyim dan pemimpin suku Mudhar. Saat itu,
Rasulullah berusia 25 tahun, sedangkan Khadijah berusia 40 tahun. Meski sudah
cukup tua, Khadijah adalah wanita idaman, baik dari segi keturunan, kekayaan,
dan pemikiran.
Surat Ar Rum ayat 21:
وَمِنۡ
ءَايَٰتِهِۦٓ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا لِّتَسۡكُنُوٓاْ
إِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَكُم مَّوَدَّةٗ وَرَحۡمَةًۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ
لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ ٢١
21. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
Menurut suatu riwayat, mahar pernikahan mereka
adalah dua puluh ekor unta betina. Khadijah adalah isteri pertama Rasulullah.
Beliau tidak menikahi siapa pun hingga Khadijah meninggal. Semua anak-anak
Rasulullah adalah dari Khadijah, kecuali Ibrahim dari Mariah Al-Qibtiyah. Anak
pertama Rasulullah bernama Qasim, sehingga beliau juga bergelar Abul Qasim.
Kemudian Zainab, Rukiah, Umi Kultsum, Fatimah, dan Abdullah. Semua anak
laki-laki meninggal saat masih kecil. Semua anak-anak perempuan sempat
menyaksikan kenabian Muhammad. Mereka semua memeluk agama Islam.
Referensi:
·
Mubarakfuri,
Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah.
Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·
Haekal, Muhammad
Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah
Hidup Muhammad.
·
Al-Mubarakfuriyy,
Syeikh Safy Al-Rahman. Seerah Nabawiyyah,
Al-Raheeq Al-Makhtum.
No comments:
Post a Comment