Friday, March 15, 2019

PENJELASAN TENTANG DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

Daerah Aliran Sungai (DAS) terbentuk dari kumpulan sungai pada suatu sistem cekungan dengan aliran keluar atau muara tunggal. Daerah Aliran Sungai adalah wilayah tampungan air yang masuk ke dalam wilayah air sungai yang lebih besar dan berakhir pada suatu keluaran (muara). Batas wilayah DAS diukur dengan cara menghubungkan titik-titik tertinggi di antara wilayah aliran sungai yang satu dengan yang lain. Antara satu daerah aliran sungai dengan daerah aliran sungai lainnya biasanya dibatasi jalur punggungan berupa perbukitan atau pegunungan. Wilayah pembatas dua DAS dikenal sebagai Batas Pengaliran Sungai (igir).

Banyak sekali lahan DAS di Indonesia yang kini berada dalam kondisi kritis. Sebagian areal hutan, terutama di daerah hulu sungai, telah berubah menjadi semak belukar, bahkan gundul atau hampir tanpa pepohonan. Hingga kini kerusakan DAS masih terus berlangsung.

Masalah DAS di Indonesia kini kebanyakan terpusat pada banjir yang berulang kali menimpa areal yang terjadi di daerah bawah/daerah datar. Hal ini tidak hanya menyebabkan produktivitas tanah menurun, tetapi juga menimbulkan masalah pengendapan lumpur dan pasir lembut pada waduk, saluran irigasi, dan proyek tenaga air. Hal ini merupakan hasil dari pengelolaan tanah yang tidak tepat, seperti sistem perladangan berpindah dan pertanian lahan kering, tanpa perlakuan konservasi yang tepat dan tidak mengikuti pola tata guna tanah.

Maka, untuk menanggulangi bencana banjir, di daerah hulu harus terdapat banyak tumbuhan atau vegetasi karena posisi daerah hulu sebagai daerah penyangga. Hal ini perlu dijaga agar debir air tetap (seimbang), baik di musim kemarau maupun di musim hujan. Selain itu, untuk menjaga keseimbangan ekosistem DAS, juga harus diperhatikan masalah limbah, baik limbah rumah tangga maupun industri.

Faktor-faktor yang memengaruhi DAS adalah iklim, jenis batuan yang dilalui DAS, dan banyak sedikitnya air yang jatuh ke alur pada waktu hujan. Sedangkan cepat atau lambatnya air hujan terkumpul di suatu alur sangat dipengaruhi oleh bentuk lereng DAS. Di dalam wilayah daerah aliran sungai terdapat bentukan alam seperti meander, dataran banjir, dan delta.

Perhitungan banyaknya hujan di DAS dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu:
1.      Isohyet, digunakan apabila luas DAS lebih besar dari 5.000 km2. Isohyet adalah garis dalam peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai jumlah curah hujan yang sama dalam satu periode tertentu.
2.      Thiessen, digunakan apabila bentuk DAS tidak memanjang dan sempit, dengan luas antara 1.000 – 5.000 km2.


Isohyet
Sumber Objek: https://www.youtube.com/watch?v=n9eKQQiD86Q


Thiessen
Sumber Objek: https://www.youtube.com/watch?v=ztiBYCMY4PI

Daerah-daerah aliran sungai dibagi menjadi tiga yaitu di daerah hulu sungai, daerah tengah sungai, dan daerah hilir sungai.


Penampang DAS
Sumber Objek : https://www.youtube.com/watch?v=F8iwXlaNDpY

Umumnya, DAS di hulu sungai berbukit-bukit dan berlereng curam sehingga banyak ditemukan jeram dan air terjun. Lembah sungai di hulu umumnya menyerupai huruf V dengan tebing curam, karena aliran sungai masih sangat deras sehingga proses erosi menggerus ke dasar sungai. Di sekitar badan sungai terdapat banyak bongkahan batu yang berukuran besar dan bersudut relatif runcing. Daerah ini banyak dimanfaatkan untuk lahan ladang sayuran, perkebunan, atau hutan yang merupakan daerah penyangga. Di sekitar aliran sungai terdapat beberapa pemukiman penduduk.

DAS di bagian tengah sungai, keadaannya adalah berupa kawasan dataran yang relatif landai sehingga jalur transportasi dan komunikasi relatif mudah. Kondisi wilayah yang landai memungkinkan proses erosi berlangsung ke arah vertikal dan lateral secara seimbang, sehingga bentuk lembah biasanya menyerupai huruf U. Di sekitar badan sungai terdapat banyak batu-batu guling yang permukaannya relatif bulat dan ukurannya tidak sebesar batuan di hulu. Batu-batu guling yang permukaannya relatif bulat terjadi akibat pemolesan oleh material yang diangkut air sungai, terutama kerikil dan pasir. Di daerah tengah sudah jarang ditemukan jeram atau air terjun, bahkan tidak ada. Daerah ini merupakan tempat aktivitas penduduk.

Di daerah hilir sungai, DAS merupakan daerah yang landai dan subur. Oleh karena itu, daerah ini banyak dimanfaatkan untuk pemukiman dan areal pertanian (misalnya areal tanaman padi, jagung, dan tanaman kelapa). Kawasannya sangat datar dan mendekati muara sungai. Air sungai mengalir dengan sangat lamban dan banyak ditemukan aliran sungai yang berkelok-kelok (meander). Kali mati/danau tapal kuda (oxbow lake) yaitu aliran meander yang terpotong dapat ditemukan di daerah hilir. Daerah hilir merupakan daerah dataran banjir yang cukup luas dan bentuk lembahnya sangat lebar.  Di hilir juga terdapat banyak bantaran sungai sebagai hasil sedimentasi lumpur dan pasir-pasir lembut.

Di Indonesia, banyak sekali bencana yang berhubungan dengan sungai, misalnya banjir. Banjir terjadi karena ada kerusakan fungsi sungai. Hal ini pertanda bahwa kondisi Daerah Aliran Sungai juga bermasalah. Pembangunan yang tidak sesuai dengan lingkungan adalah penyebabnya, namun tak ada penyelesaian masalah yang bersifat total dan integrasi antar pihak kurang baik. Menurut Menteri KLHK, Siti Nurbaya, pernah menyatakan bahwa 2.145 Daerah Aliran Sungai di Indonesia harus dipulihkan. Perlu tindakan strategis dan nyata dari berbagai pihak untuk memulihkan lingkungan yang telah rusak.

Kelestarian lingkungan akan memberikan manfaat bagi semua pihak. Jika Daerah Aliran Sungai dapat dipulihkan, akan mampu mendukung kebutuhan sumber daya generasi baik sekarang maupun masa depan.



Contoh sungai Wiroko (salah satu hulu Bengawan Solo, sungai terbesar di Jawa) saat musim hujan, dilihat dari Jembatan Karangturi, Bulurejo, Nguntoronadi, Wonogiri

Sungai Wiroko saat kemarau, dilihat dari tempat yang sama


Referensi:
·         Wardiyatmoko, K. 2004. Geografi SMA Jilid 1 untuk Kelas X Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi. Jakarta: Erlangga.
·         Rahayu, Saptanti dkk. 2009. Nuansa Geografi 1: untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
·         Utoyo, Bambang. 2009. Geografi 1 Membuka Cakrawala Dunia untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
·         https://news.detik.com/kolom/d-4436027/integrasi-pengelolaan-daerah-aliran-sungai


No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts