Monday, March 4, 2019

KISAH NABI MUHAMMAD SAW - Bai’at Aqabah Pertama (Sumpah Setia)

Sebelumnya, ada enam pemuda dari Yatsrib (Madinah) yang masuk Islam pada musim haji tahun ke-11 kenabian setelah mendengar dakwah Nabi Muhammad SAW. Mereka telah berjanji untuk menyampaikan ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Madinah. Hal ini memperoleh hasil yang positif. Pada musim haji tahun berikutnya (tahun ke-12 kenabian), datanglah 12 orang dari Madinah, di antara mereka adalah 5 orang yang sebelumnya telah masuk Islam (As’ad bin Zurarah, Auf bin Al Harits bin Rifa’ah, Rafi’ bin Malik bin ‘Ajlan, Quthbah bin ‘Amir bin Hadidah, dan ‘Uqbah bin ‘Amir bin Naby. Sedangkan Jabir bin Abdullah bin Ri’ab tidak ikut. Mereka semua dari suku Khazraj) dan ditambah 7 orang lagi selain mereka, yaitu:

1.      Mu’az bin Al Harits, Ibnu ‘Afraa’
2.      Dzakwan bin Abdul Qois
3.      Ubadah bin Ash Shamit
4.      Yazid bin Tsa’labah
5.      Al-Abbas bin Ubadah bin Nadhlihi
6.      Abu Haitsam bin At Taihan
7.      ‘Uwaim bin Sa’idah

Lima nama pertama berasal dari suku Khazraj, dan dua nama terakhir dari suku ‘Aus.

Mereka segera menghubungi Rasulullah untuk bertemu di Aqabah Mina, lalu mereka berbai’at (sumpah setia) kepada Rasulullah, untuk berjanji tidak akan menyekutukan Allah dengan apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak mereka, tidak melakukan dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka, dan tidak bermaksiat kepada Rasulullah. Barangsiapa yang mematuhi semua aturan tersebut, ia mendapat pahala surga. Jika ada yang melanggar, maka keputusannya dikembalikan kepada Allah. Allah berkuasa menyiksa, juga berkuasa mengampuni segala kesalahan.

Setelah bai’at dan seusai musim haji, Rasulullah mengutus duta pertama untuk bersama orang-orang yang telah bersumpah setia ke Yatsrib (Madinah). Tugasnya adalah mengajarkan ajaran Islam kepada kaum muslimin di sana dan memberikan pemahaman agama serta menyebarkan Islam kepada mereka yang masih berbuat syirik. Orang yang dipilih oleh Rasulullah untuk melakukan tugas berat yang mulia ini adalah Mush’ab bin ‘Umair Al-Abdary, salah satu pemuda Islam generasi pertama.

Sampai di Madinah, Mush’ab tinggal bersama As’ad bin Zurarah. Mereka menyebarkan Islam dengan penuh semangat, sungguh-sungguh, serta tekun. Mush’ab dikenal sebagai Al-Muqri (pembaca).

Ternyata usaha mereka mencapai hasil yang positif. Dakwah mereka dapat diterima dengan baik di Madinah. Islam makin tersebar luas di sana. Mereka yang mau masuk Islam adalah Sa’ad bin Mu’az dan Usaid bin Khudair, dua orang pemimpin Bani Abdi Al-Asyhal. Awalnya, Sa’ad menyuruh Usaid untuk menghalangi dakwah mereka berdua. Sa’ad tidak mau menghadapi As’ad karena As’ad adalah anak bibinya. Usaid mengambil tombaknya dan menemui Mush’ab dan As’ad. As’ad memberitahu Mush’ab bahwa Usaid adalah ketua kabilahnya dan agar Mush’ab mengatakan kebenaran dari Allah. Setelah Mush’ab berdakwah dengan tutur kata yang baik dalam menjelaskan Islam dan membacakan Al Qur’an, Usaid mengagumi perkataan tersebut dan akhirnya memutuskan masuk Islam. Usaid diperintahkan untuk mandi, bersuci, membersihkan pakaian, bersaksi dengan kesaksian yang benar, lalu sholat, maka Usaid telah masuk Islam. Lalu Usaid kembali menemui Sa’ad dan menceritakan tentang ke-Islamannya. Awalnya Sa’ad marah terhadap As’ad dan Mush’ab, namun akhirnya hatinya mau menerima Islam setelah Mush’ab menjelaskan ajaran Islam. Maka Sa’ad juga diperintahkan  untuk mandi, bersuci, membersihkan pakaian, bersaksi dengan kesaksian yang benar, lalu sholat, maka Sa’ad telah masuk Islam.

Karena keduanya masuk Islam, semua orang dari Bani tersebut juga ikut berbondong-bondong masuk Islam. Namun ada satu orang yang terlambat masuk Islam, yaitu Ushairam, yang masuk Islam saat terjadi perang Uhud. Saat itu dia telah mengucapkan kalimat Syahadat dan langsung ikut berperang dalam pasukan kaum muslimin dan akhirnya mati syahid dalam peperangan tersebut. Padahal dia belum pernah bersujud kepada Allah sekalipun (karena masa beriman yang sangat singkat).

Rasulullah berkomentar tentang dirinya, “Beramal sedikit, namun pahalanya banyak”.

Mush’ab terus berdakwah di Madinah hingga tak ada satu rumah pun di kalangan Anshor yang di dalamnya tidak terdapat pria atau wanita muslim, kecuali kabilah Bani Umaiyah bin Zaid, Khathamah, Wail, dan Waqif. Hal itu terjadi karena di kalangan mereka terdapat seorang penyair yang berpengaruh yaitu Abu Qais bin Al Aslat yang menahan diri masuk Islam, hingga saat terjadi perang Khandaq tahun kelima Hijriah, barulah mereka masuk Islam.

Sebelum datang musim haji berikutnya, tahun ke-13 kenabian, Mush’ab bin Umair pulang ke Mekkah untuk menyampaikan kabar gembira kepada Rasulullah tentang sambutan baik yang luar biasa dari masyarakat Madinah terhadap dakwah Islam yang diajarkannya. Kaum muslimin Madinah memiliki pertahanan dan kekuatan yang baik. Saat itu, muslimin Madinah tidak mendapat gangguan dari kaum Yahudi dan para musyrikin. Pada musim haji mendatang, mereka akan datang lagi ke Mekkah dalam jumlah yang lebih banyak dengan tingkat keimanan kepada Allah yang lebih kuat.


Referensi:
·         Mubarakfuri, Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah. Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·         Haekal, Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.
·         Al-Mubarakfuriyy, Syeikh Safy Al-Rahman. Seerah Nabawiyyah, Al-Raheeq Al-Makhtum.
·         Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri. Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam. 2000. Jakarta Timur: Darul Falah.



No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts