Sunday, March 3, 2019

KISAH NABI MUHAMMAD SAW - Keajaiban Peristiwa Isra’ Mi’raj (√)

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [Al Isra":1]
***
Ketika dalam suasana ketegangan karena tekanan dari pihak kafir Quraisy semakin bertambah, terjadilah sebuah peristiwa besar yang selalu tercantum dalam sejarah, yaitu peristiwa Isra’ Mi’raj yang dialami Nabi Muhammad SAW. Peristiwa ini hanya terjadi dalam satu malam.
Tidak disepakati secara pasti kapan tepatnya peristiwa ini terjadi, yang pasti peristiwa ini terjadi pada akhir masa keberadaan Rasulullah SAW di Mekkah sebelum hijrah ke Madinah.
Berikut ini beberapa pendapat mengenai waktu Isra’ Mi’raj.
1.      At Tabari : pada tahun Muhammad diangkat sebagai Rasul.
2.      An Nawawi dan Al Qurtubi : tahun kelima kenabian.
3.  Al ‘Alamah Al Mansurfuri : malam tanggal dua puluh tujuh bulan Rajab tahun kesepuluh kenabian.
4.      Bulan Ramadhan tahun kedua belas kenabian.
5.      Bulan Muharram tahun ketiga belas kenabian (setahun dua bulan sebelum Hijrah).
6.      Bulan Rabiul Awwal tahun ketiga belas kenabian (setahun sebelum Hijrah).

***
Muhammad bin Abdul Malik bin Hisyam berkata kepada kami bahwa Zayyad bin Abdullah Al Bakkai berkata kepadanya dari Muhammad bin Ishaq Al Mathlabi yang berkata, “Kemudian Rasulullah SAW melakukan Isra’ dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, yaitu Baitul Maqdis di Ilia’ (Al Quds) ketika Islam telah tersebar luas di Mekkah dan di seluruh kabilah-kabilah.”
Ibnu Ishaq berkata, “Seperti disampaikan kepadaku bahwa hadits tentang Isra’ Rasulullah SAW berasal dari Abdullah bin Mas’ud, Abu Sa’id Al Khudri, Aisyah istri Rasulullah SAW, Muawiyah bin Abu Sufyan, Al Hasan bin Al Hasan, Ibnu Syihab Az Zuhri, Qatadah dan ulama-ulama lainnya, serta Ummu Hani’ binti Abdul Muththalib. Mereka semua meriwayatkan dari Rasulullah SAW sebagian dari apa yang beliau sebutkan tentang peristiwa Isra’ yang beliau alami. Sungguh pada peristiwa Isra’ yang beliau jalani dan apa yang beliau sebutkan di dalamnya terdapat ujian, seleksi, dan salah satu bukti kekuasaan Allah. Di dalamnya juga terdapat pelajaran bagi orang-orang berakal, petunjuk, rahmat pengokohan bagi orang yang beriman kepada Allah dan membenarkannya. Sungguh peristiwa Isra’ adalah salah satu bukti kekuasaan Allah. Allah SWT meng-isra’-kan beliau seperti yang dikehendaki-Nya untuk memperlihatkan ayat-ayat-Nya seperti yang Dia inginkan, hingga beliau bisa menyaksikan bukti-bukti kekuasaan-Nya dan kemampuan-Nya mengerjakan apa saja yang diinginkan-Nya.”
***
Ibnu Ishaq berkata bahwa aku diberi tahu dan Al Hasan bahwa ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ketika aku sedang tidur di Hajar Aswad, tiba-tiba Malaikat Jibril datang kepadaku, kemudian menggerak-gerakkanku dengan kakinya. Aku pun duduk, namun tidak melihat apa-apa. Aku tidur lagi dan ternyata Malaikat Jibril datang kepadaku untuk kedua kalinya. Ia menggerak-gerakkanku hingga aku duduk, namun tidak melihat apa-apa. Aku kembali tidur lagi dan ternyata Malaikat Jibril datang kepadaku untuk ketiga kalinya, kemudian menggerak-gerakkanku hingga aku duduk. Ia memegang pundaknya kemudian aku berdiri bersamanya. Ia pergi menuju pintu masjid dan ternyata di sana terdapat hewan putih antara bighal (peranakan kuda dengan keledai) dan keledai. Di kedua paha hewan tersebut terdapat sayap, ia mendorong kedua kakinya dengan kedua sayapnya dan memindahkan tangannya dalam setiap langkahnya di batas akhir pandangan matanya. Malaikat Jibril membawaku di atas hewan tersebut, kemudian ia keluar bersamaku. Ia tidak berpisah denganku dan aku tidak berpisah dengannya.”
Ibnu Ishaq berkata bahwa aku diberitahu dan Qatadah yang berkata bahwa ia diberitahu bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ketika aku mendekat kepada hewan tersebut untuk menaikinya, hewan tersebut menampakkan sikap tidak suka, kemudian Malaikat Jibril meletakkan tangannya di atas bulu lehernya. Malaikat Jibril berkata, ‘Kenapa engkau tidak malu atas apa yang engkau perbuat, wahai Buraq? Demi Allah, engaku tidak pernah dinaiki hamba Allah sebelum Muhammad yang lebih mulia di sisi Allah daripada Muhammad.’ Buraq pun merasa malu hingga keringatnya bercucuran. Setelah itu, ia bersikap jinak, kemudian aku menaikinya.”
Al Hasan berkata dalam haditsnya, “Kemudian Rasulullah SAW berjalan bersama Malaikat Jibril hingga beliau tiba di Baitul Maqdis. Di sana, beliau bertemu Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi Isa dalam kumpulan para nabi. Kemudian Rasulullah SAW mengimami mereka dan shalat dengan mereka. Usai shalat, dua bejana didatangkan kepada beliau; salah satu dari bejana tersebut berisi khamr (minuman keras), sedang bejana satunya berisi susu. Rasulullah SAW mengambil bejana berisi susu, kemudian meminum susu dari bejana tersebut dan tidak mengambil bejana berisi khamr. Malaikat Jibril berkata kepada beliau, ‘Engkau diberi petunjuk kepada fitrah dan umatmu juga telah diberi petunjuk, wahai Muhammad, serta khamr diharamkan kepada kalian.’
***
Ibnu Ishaq berkata bahwa orang yang kejujurannya tidak aku ragukan berkata kepadaku dari Abu Sa’id Al Khudri r.a. yang berkata bahwa aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Ketika aku telah menyelesaikan seluruh kegiatanku di Baitul Maqdis (di Yerusalem), aku melakukan Mi’raj dan aku tidak pernah menyaksikan sesuatu yang lebih indah daripada peristiwa Mi’raj. Mi’raj adalah sesuatu yang dilihat kedua mata salah seorang dari kalian jika ia hendak meninggal dunia. Kemudian sahabatku (Malaikat Jibril) membawaku naik ke Mi’raj hingga perjalananku bersamanya tiba di salah satu pintu langit. Pintu langit tersebut bernama Al Hafadzah. Pintu Al Hafadzah dijaga salah satu malaikat yang bernama Ismail yang membawahi dua belas ribu malaikat dan masing-masing dari mereka juga membawahi dua belas ribu malaikat.” Ketika Rasulullah SAW menceritakan peristiwa Mi’raj, beliau membacakan firman Allah SWT,
“...Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri....” [Al Muddatstsir:31]
Rasulullah SAW bersabda lagi, “Ketika Jibril masuk bersamaku, Malaikat Ismail bertanya, ‘Siapa ini wahai Jibril?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Dia Muhammad.’ Malaikat Ismail bertanya, ‘Apakah dia telah diutus?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Ya, sudah.’ Malaikat Ismail mendoakan kebaikan untukku’.”
Ibnu Ishaq berkata bahwa sebagian ulama berkata kepadaku dari orang yang berbicara dengan Rasulullah SAW bahwa Rasulullah bersabda, “Para malaikat menyambut kedatanganku ketika aku telah memasuki langit Bumi. Tidak satu pun malaikat, melainkan ia tertawa dan memberi berita gembira. Ia berkata dengan baik dan mendoakan kebaikan hingga aku bertemu dengan salah satu dari malaikat, kemudian ia berkata seperti yang dikatakan para malaikat dan mendoakan untukku seperti doa para malaikat lainnya. Namun ia tidak tertawa dan aku tidak melihat berita gembira padanya seperti yang terlihat pada malaikat-malaikat lain. Aku bertanya kepada Malaikat Jibril, ‘Hai, Malaikat Jibril, siapakah malaikat ini yang berkata seperti malaikat-malaikat lainnya, namun ia tidak tertawa dan aku tidak melihat padanya berita gembira seperti yang aku lihat pada malaikat-malaikat lainnya?’ Malaikat Jibril berkata kepadaku, ‘Jika ia tertawa kepada seseorang sebelummu atau tertawa kepada orang lain sesudahmu, maka ia juga akan tertawa kepadamu. Ia tidak akan tertawa kepadamu. Dialah Malaikat Penjaga Neraka.’ Aku bertanya kepada Jibril dan kedudukan Malaikat Jibril di sisi Allah seperti yang pernah dijelaskan Allah SWT kepada kalian,
Yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.’ [At-Takwir:21]
‘Kenapa engkau tidak memerintahkannya memperlihatkan neraka kepadaku?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Ya.’ Kemudian Malaikat Jibril berkata, ‘Hai, Malaikat! Perlihatkan neraka kepada Muhammad!’ Malaikat penjaga neraka pun membuka tabir neraka. Neraka tersebut mendidih dan meninggi hingga aku menduga bahwa neraka tersebut pasti akan mengambil apa saja yang aku saksikan. Aku berkata kepada Malaikat Jibril, ‘Wahai Jibril, perintahkan malaikat tersebut mengembalikan neraka ke tempatnya semula.’ Malaikat Jibril pun memerintahkan kepada malaikat penjaga neraka dengan berkata kepadanya, ‘Padamkan neraka.’ Kemudian neraka kembali ke tempatnya semula. Proses pengembaliannya tidak lain seperti jatuhnya bayangan. Ketika ia telah masuk ke tempatnya semula, tabir dikembalikan kepadanya.”
***
Abu Sa’id Al Khudri r.a. berkata dalam haditsnya dari Rasulullah SAW, “Ketika aku memasuki langit dunia, di sana aku melihat seseorang sedang duduk dan arwah anak keturunan Adam diperlihatkan kepadanya. Jika arwah tersebut diperlihatkan kepadanya dalam keadaan baik dan ia senang dengannya, orang tersebut berkata, ‘Ini arwah yang baik yang keluar dari badan yang baik.’ Jika sebagian ruh ditampakkan kepadanya, orang tersebut berkata, ‘Ah.’ Ia berkata begitu dengan wajah masam. Ia berkata, ‘Ini arwah buruk yang keluar dari badan yang buruk.’ Aku berkata kepada Malaikat Jibril, ‘Siapa orang ini wahai Jibril?’ Jibril berkata, ‘Dia adalah ayahmu, Nabi Adam. Semua arwah anak keturunannya diperlihatkan kepadanya. Jika arwah orang Mukmin dilewatkan padanya, ia sangat senang dengannya, sambil berkata, ‘Ini arwah yang baik yang keluar dari badan yang baik.’ Jika arwah seorang kafir dilewatkan kepadanya, ia menggerutu kepadanya, membencinya dan merasa terganggu dengannya, sambil berkata, ‘Ini arwah buruk yang keluar dari badan yang buruk.’.”
***
Rasulullah SAW bersabda, “Kemudian aku melihat orang-orang yang bibirnya mirip bibir unta dan tangannya memegang potongan dari neraka seperti batu-batu dan mereka memasukkan potongan dari neraka tersebut ke dalam mulut mereka, kemudian potongan dari neraka tersebut keluar dari dubur mereka. Aku berkata, ‘Siapa mereka wahai Jibril?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim’.”
***
Rasulullah SAW bersabda, “Kemudian aku melihat orang-orang dan aku tidak pernah melihat orang-orang yang perutnya seperti mereka. Mereka duduk di jalan yang akan dilalui keluarga Firaun seperti unta yang menderita penyakit haus. Ketika keluarga Fir’aun dihadapkan kepada neraka, mereka menginjak orang-orang tersebut dan mereka tidak mampu pindah dari tempat mereka. Aku berkata, ‘Siapa mereka, wahai Jibril?’ Jibril menjawab, ‘Mereka orang-orang yang memakan harta riba’.”
***
Rasulullah SAW pernah melihat orang-orang yang suka berzina (berhubungan dengan lawan jenis yang bukan haknya) mengalami berbagai siksaan. Salah satunya adalah orang-orang yang memegang daging gemuk yang bagus dan di sampingnya ada daging busuk. Mereka malah memilih daging busuk dan memakannya. Sedangkan daging yang bagus ditinggalkan.
***
Ibnu Ishaq berkata bahwa Abu Sa’id Al Khudri berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Kemudian Malaikat Jibril membawaku naik ke langit kedua. Di sana terdapat dua anak bibi yaitu Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria. Kemudian Malaikat Jibril membawaku naik ke langit ketiga. Di sana terdapat seorang laki-laki yang postur tubuhnya seperti bulan pada saat purnama. Aku bertanya, ‘Siapa orang ini, wahai Jibril?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Ini saudaramu, Yusuf bin Ya’qub.’ Kemudian Malaikat membawaku naik ke langit keempat. Di sana terdapat seorang laki-laki. Aku bertanya, ‘Siapa orang ini, wahai Jibril?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Dia Idris.’ Kemudian Rasulullah SAW membaca ayat, ‘Dan Kami mengangkatnya (Idris) ke tempat yang tinggi.’ [Maryam: 57]. Kemudian Malaikat Jibril membawaku naik ke langit kelima. Di sana terdapat orang tua yang rambut dan jenggotnya memutih, lebat. Dan aku tidak pernah melihat orang tua setampan dia. Aku bertanya, ‘Siapa dia, wahai Jibril?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Dia orang yang dicintai di kaumnya, yaitu Harun bin Imran.’ Malaikat Jibril membawaku naik ke langit keenam. Di sana terdapat orang yang berwarna kulit sawo matang, tinggi, berhidung mancung, dan ia seperti orang dari kabilah Syanu’ah. Aku bertanya, ‘Siapa dia, wahai Jibril?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Dia saudaramu, Musa bin Imran.’ Kemudian Malaikat Jibril membawaku naik ke langit ketujuh. Di sana terdapat orang tua sedang duduk di atas kursi di pintu Baitul Makmur dan dalam setiap harinya ia didatangi tujuh puluh ribu malaikat yang tidak keluar dari situ hingga Hari Kiamat. Aku tidak pernah melihat seseorang yang amat mirip dengan sahabat kalian (beliau sendiri) dan sahabat kalian tidak mirip siapa pun kecuali mirip dengannya. Aku bertanya, ‘Siapa dia, wahai Jibril?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Dia ayahmu, Ibrahim.’ Kemudian Malaikat Jibril membawaku masuk ke surga. Di surga, aku melihat perempuan yang berwarna hitam agak kemerahan. Aku bertanya kepadanya, ‘Engkau milik siapa?’ Aku sungguh terpesona dengannya ketika melihatnya. Wanita tersebut berkata, ‘Aku milik Zaid bin Haritsah.’ Kemudian Rasulullah SAW memberitahukan hal ini kepada Zaid bin Haritsah.”
***
Ibnu Ishaq berkata, “Seperti yang disampaikan kepadaku hadits riwayat Abdullah bin Mas’id r.a. dari Nabi Muhammad SAW bahwa Malaikat Jibril tidak membawa Rasulullah SAW naik ke salah satu langit, melainkan para malaikat bertanya kepada Malaikat Jibril ketika ia meminta izin untuk memasuki langit tersebut, ‘Siapa ini, wahai Jibril?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Dia Muhammad.’ Para malaikat berkata, ‘Apakah dia telah diutus?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Ya.’ Para malaikat berkata, ‘Semoga Allah memberinya salam hormat dan seorang saudara dan sahabat.’ Itulah yang terjadi hingga beliau tiba di langit ketujuh, kemudian beliau pergi kepada Tuhannya, kemudian Allah mewajibkan kepada beliau lima puluh shalat dalam sehari.
Rasulullah SAW bersabda, ‘Kemudian aku keluar dari tempat Tuhanku dan berjalan melewati Nabi Musa. Nabi Musa adalah sahabat yang paling baik bagi kalian. Ia bertanya kepadaku, ‘Berapa kali Allah mewajibkan shalat kepadamu?’ Aku menjawab, ‘Lima puluh kali dalam sehari.’ Nabi Musa berkata, ‘Sesungguhnya shalat itu berat dan umatmu itu lemah. Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah Dia meringankan shalat bagimu dan bagi umatmu.’ Kemudian aku kembali kepada Tuhanku dan meminta-Nya meringankan shalat bagiku dan bagi umatku, kemudian Allah menghilangkan sepuluh shalat dariku. Kemudian aku keluar dari tempat Tuhanku dan kembali berjalan melewati Nabi Musa.
Nabi Musa berkata kepadaku seperti sebelumnya. Kemudian aku kembali menghadap Tuhanku dan meminta-Nya meringankan shalat bagiku dan bagi umatku, kemudian Allah mengurangi sepuluh shalat dariku. Kemudian aku pergi dan lagi-lagi berjalan melewati Nabi Musa, kemudian ia berkata seperti sebelumnya. Aku pun kembali menghadap Allah dan meminta Tuhanku meringankan shalat dariku dan dari umatku, kemudian Allah mengurangi sepuluh shalat dariku. Kemudian aku balik lagi dan kembali bertemu Nabi Musa yang selalu berkata seperti itu setiap kali aku pulang dari Allah.
Kemudian aku kembali menghadap Tuhanku dan meminta-Nya meringankan shalat bagiku dan bagi umatku, hingga akhirnya Allah menetapkan shalat lima waktu bagiku dalam sehari dan semalam. Kemudian aku menemui Nabi Musa, kemudian ia berkata seperti sebelumnya. Aku berkata kepadanya, ‘Aku telah kembali menghadap Tuhanku dan meminta-Nya hingga aku merasa malu kepada-Nya. Aku tidak akan mengerjakan permintaan ini.’ Jika salah seorang dari kalian mengerjakan shalat lima waktu dengan mengimaninya dan mengharap ridha Allah, ia mendapatkan pahala sebanyak lima puluh shalat.”
***
Esok harinya, beliau menemui orang-orang Quraisy dan menceritakan apa yang beliau alami kepada mereka. Sebagian besar dari mereka berkata, “Ini, demi Allah adalah sesuatu yang sangat aneh. Demi Allah, sesungguhnya rombongan musafir yang jalannya cepat saja membutuhkan waktu sebulan untuk pergi dari Mekkah ke Syam, apakah Muhammad pergi ke sana dan pulang ke Mekkah hanya dalam waktu semalam?”
Orang-orang yang tadinya telah masuk Islam banyak yang murtad dan orang-orang Quraisy pergi kepada Abu Bakar, kemudian berkata kepada mereka, “Bagaimana pendapatmu tentang sahabatmu, wahai Abu Bakar? Ia mengaku pada malam ini pergi ke Baitul Maqdis dan shalat di sana, kemudian pulang lagi ke Mekkah!” Abu Bakar berkata kepada mereka, “Apakah kalian tidak memercayai ceritanya?” Mereka menjawab, “Ya, betul. Itulah dia berada di masjid sedang bercerita kepada manusia tentang apa yang baru ia alami.” Abu Bakar berkata, “Demi Allah, jika itu yang ia katakan, sesungguhnya ia berkata benar. Apa yang aneh bagi kalian? Demi Allah, sesungguhnya ia berkata kepadaku bahwa ceritanya tersebut datang kepadanya dari langit ke bumi hanya dalam waktu sesaat pada waktu malam atau sesaat pada waktu siang dan aku memercayainya. Inilah puncak keheranan kalian.” Usai berkata seperti itu, Abu Bakar berjalan hingga tiba di tempat Rasulullah SAW berada. Abu Bakar berkata kepada Rasulullah SAW, “Wahai Nabi Allah, benarkah engaku telah bercerita kepada manusia, bahwa pada malam ini engkau pergi ke Baitul Maqdis?” Rasulullah SAW menjawab, “Ya, benar.” Abu Bakar berkata, “Wahai Nabi Allah, ceritakan kepadaku ciri-ciri Baitul Maqdis, karena aku pernah pergi ke sana!”
Kemudian Baitul Maqdis diangkat (diperlihatkan) kepada sang Nabi hingga beliau bisa melihatnya. Setelah itu, Rasulullah SAW menjelaskan ciri-ciri Baitul Maqdis kepada Abu Bakar. Setelah mendapatkan penjelasan Rasulullah SAW, Abu Bakar berkata, “Engaku berkata benar. Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah.” Setiap kali Rasulullah SAW menjelaskan ciri-ciri Baitul Maqdis, Abu Bakar berkata, “Engaku berkata benar. Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah.” Itulah, hingga Rasulullah SAW berkata kepada Abu Bakar, “Engkau wahai Abu Bakar adalah Ash-Shiddiq.”
***
Allah menurunkan ayat tentang orang-orang Islam yang murtad karena peristiwa Isra’,
Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: "Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia". Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al Quran. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka. [Al Isra":60]
***
Rasululllah bercerita tentang ciri-ciri Nabi Isa yang beliau lihat pada malam Isra’, “Sedang Nabi Isa, beliau berwarna kulit merah, sedang (tidak tinggi dan tidak pendek), rambutnya lurus, di wajahnya terdapat banyak tahi lalat, sepertinya beliau keluar dari kamar mandi dan engaku bayangkan kepalanya meneteskan air, padahal di kepalanya tidak ada air dan orang dari kalian yang paling mirip dengannya ialah Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi.”
***
Berikut ini adalah Hadits Riwayat Ummu Hani’ tentang Isra’.
Ibnu Hisyam berkata bahwa seperti disampaikan kepadaku dari Ummu Hani’ binti Abdul Muththalib r.a. (nama aslinya Hindun) tentang Isra’ Rasulullah SAW, Ummu Hani’ berkata, “Rasulullah SAW di-isra’-kan ketika beliau sedang berada di rumahku. Pada malam itu, beliau tidur di rumahku. Beliau shalat Isya’ akhir, kemudian tidur dan kita juga tidur. Menjelang Shubuh, beliau membangunkan kita. Setelah beliau shalat Shubuh dan setelah kami shalat Shubuh bersamanya, beliau berkata, ‘Wahai Ummu Hani’, sungguh aku telah shalat Isya’ akhir di lembah ini seperti yang engkau lihat, kemudian aku datang ke Baitul Maqdis dan shalat di dalamnya, kemudian aku mengerjakan shalat Shubuh bersama kalian sekarang seperti yang kalian lihat.’ Rasulullah SAW keluar dan aku tarik ujung pakainnya hingga perut beliau terlihat dan perut beliau seperti kain Mesir yang dilipat. Aku berkata kepada beliau, ‘Wahai Nabi Allah, jangan ceritakan peristiwa ini kepada manusia, sebab nanti mereka mendustakanmu dan menyakitimu.’ Rasulullah SAW bersabda, ‘Demi Allah, aku pasti menceritakan peristiwa ini kepada mereka.’ Aku berkata kepada budakku dari Habasyah, ‘Celakalah engkau, ikutilah Muhammad SAW hingga engkau dengar apa yang beliau katakan kepada manusia dan apa yang dikatakan manusia kepada beliau.’ Ketika Rasulullah SAW bertemu dengan manusia, beliau bercerita kepada mereka dan mereka merasa keheranan. Mereka berkata, ‘Hai Muhammad, apa buktinya, sebab kami tidak pernah mendengar cerita seperti ini sebelumnya.’ Rasulullah SAW bersabda, ‘Buktinya, aku melewati kafilah Bani Fulan di lembah ini dan di lembah itu. Mereka lari kocar-kacir karena mendengar suara hewan. Aku panggil mereka ketika aku sedang berjalan ke arah Syam. Aku terus berjalan hingga tiba di daerah Dhajnan, aku melewati kafilah Bani Fulan dan mendapat kafilah tersebut sedang tidur. Mereka mempunyai tempat berisi air dan menutupinya dengan sesuatu, kemudian aku buka tutupnya, minum air yang ada di dalamnya dan menutupnya lagi seperti semula. Bukti lain, bahwa kafilah tersebut sekarang singgah di Baidha’ di Tsaniyyatun Tan’im. Mereka didahului unta berwarna abu-abu dan di unta tersebut terdapat dua karung; satu karung berwarna hitam dan karung satunya bersinar (putih).’ Orang-orang segera pergi ke Tsaniyyah dan mereka mendapatkan apa yang telah dijelaskan Rasulullah SAW kepada mereka. Mereka bertanya kepada kafilah tersebut tentang bejana air, kemudian kafilah tersebut menjelaskan bahwa mereka mengisinya penuh dengan air dan menutupnya setelah itu tidur. Ketika mereka bangun tidur didapati bejana tersebut tertutup seperti semula, namun mereka tidak mendapatkan air di dalamnya. Mereka juga bertanya kepada orang-orang lain di Mekkah, kemudian orang-orang yang ditanya tersebut menjawab, ‘Demi Allah, dia berkata benar. Sungguh, kita lari kalang kabut di lembah seperti yang dia sebutkan, kemudian kami mendengar suara orang memanggil dan kami datang kepadanya’.”


Referensi:
·         Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri. Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam. 2000. Jakarta Timur: Darul Falah.

No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts