Wednesday, March 6, 2019

KISAH NABI MUHAMMAD SAW - Para Muslim yang Lebih Awal Hijrah ke Yatsrib

Kaum Muslimin Mekkah mulai hijrah meninggalkan kampung halaman mereka menuju ke Yatsrib (Madinah) setelah peristiwa Bai’at Aqabah kedua. Hal ini karena Kaum Anshar (berarti “penolong”, Muslimin Yatsrib/Madinah) telah menjamin untuk memberikan tempat tinggal dan rasa aman kepada Muslimin Mekkah yang disebut kaum Muhajirin (yang hijrah). Maka pada masa itu, Kaum Muslimin telah mendapatkan wilayah yang siap menampung mereka sekaligus sebagai titik tolak perjuangan penyebaran ajaran Islam. Hijrahnya para sahabat ke Yatsrib ini telah diizinkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Setelah Bai’at Aqabah, pihak kafir Quraisy merasa khawatir karena ada segolongan dari Yatsrib yang telah masuk Islam. Kafir Quraisy telah mengenal kenabian Muhammad SAW selama tiga belas tahun. Selama itu juga mereka terus melakukan serangan terhadap Rasulullah. Namun selama itu juga Rasulullah berpegang teguh pada prinsip beliau. Beliau tak dapat dibujuk dan pantang menyerah dalam menghadapi berbagai gangguan, begitu juga dengan pengikut beliau. Dengan adanya ikrar dari kawan Muslimin Mekkah, kemenangan akan menjadi milik pihak Muslimin. Kafir Quraisy berpikir jika mereka tidak bisa melawannya, mereka akan selalu gelisah dengan kemenangan Rasulullah. Mereka memikirkan rencana untuk menggagalkan usaha Rasulullah dalam menyerukan ajaran Islam. Rasulullah pun juga memikirkan cara agar usaha dakwah beliau berhasil. Dengan sikap bijaksana, beliau memerintahkan para sahabat untuk menyusul kaum Anshar ke Yatsrib.

Walaupun sudah ada titik terang bagi kaum Muslimin, namun perjuangan untuk hijrah sangatlah berat dan penuh tantangan. Para sahabat harus menghadapi berbagai macam resiko agar dapat hijrah. Ada yang harus meninggalkan sanak saudaranya, hartanya, bahkan ada yang nyawanya terancam. Terlebih lagi meninggalkan negeri sendiri adalah hal yang berat bagi setiap orang. Dalam hijrah, tentu mereka tidak bisa menduga apa yang akan mereka alami di sana, entah itu suka maupun duka. Ada kemungkinan bahwa mereka akan lama meninggalkan Mekkah atau bahkan tidak bisa pulang ke Mekkah.

Menurut Ibnu Ishaq, orang yang pertama kali hijrah ke Yatsrib (Madinah) adalah Abu Salamah Al Makhzumi. Nama aslinya adalah Abdullah. Sebenarnya dia telah hijrah setahun sebelum peristiwa Bai’at Aqabah. Dia menemui Rasulullah dari Abbisinia. Saat para kafir Quraisy menindasnya dan dia mendengar masuk Islamnya kaum Anshar, dia hijrah ke Madinah. Kemudian orang yang pertama kali tiba di Madinah setelah Abu Salamah adalah Amir bin Rabi’ah beserta isterinya, Laila binti Abu Hatsmah. Kemudian Abdullah bin Jahsy hijrah bersama isterinya dan saudaranya, Abd bin Jahsy yang lebih dikenal dengan nama Abu Ahmad. Abu Ahmad adalah orang buta yang mengelilingi Mekkah Atas dan Mekkah Bawah tanpa penuntun. Dia juga seorang penyair.

Ketika Umar bin Khattab, Ayyasy bin Abu Rabi’ah, dan Hisyam bin Al Ash ingin hijrah ke Madinah dan sepakat untuk bertemu di suatu anak sungai, mereka berkata, “Jika salah seorang dari kita besok pagi tidak berada di tempat tersebut, berarti ia tertahan dan hendaklah dua orang lainnya berangkat ke Madinah”. Keesokan harinya, Hisyam tidak bisa datang karena disiksa. Maka Umar dan Ayyasy berangkat dan tiba di Madinah. Abu Jahal bin Hisyam dan Al Harits bin Hisyam pergi ke Madinah untuk menemui Ayyasy. Saat itu Rasulullah masih di Mekkah. Mereka membujuk Ayyasy untuk pulang dengan menipunya bahwa ibunya ingin melihatnya. Sebenarnya Umar sudah mencegahnya, namun Ayyasy memutuskan untuk kembali ke Mekkah. Di perjalanan, Abu Jahal dan Al Harits menangkap Ayyasy dan membawanya ke Mekkah untuk disiksa.

Saat Rasulullah sudah di Madinah, dia meminta siapa saja untuk membebaskan Ayyasy dan Hisyam bin Al Ash. Al Walid bin Al Walid bin Al Mughirah menyanggupinya dan segera ke Mekkah secara diam-diam. Maka dia berhasil membebaskan Ayyasy bin Abu Rabi’ah dan Hisyam bin Al Ash dan membawa keduanya ke Madinah.

Satu per satu, orang-orang muslim berhasil melakukan hijrah ke Yatsrib. Sebagian besar dari mereka pergi berkelompok dan secara sembunyi-sembunyi, hanya sedikit saja yang pergi terang-terangan. Namun hal itu sudah diketahui oleh musyrikin Quraisy. Mereka segera bertindak dengan berusaha mengembalikan orang-orang yang masih dapat dikembalikan ke Mekkah lalu dibujuk agar mau kembali ke agama lama mereka, jika tidak mau maka akan dianiaya dan disiksa. Salah satu cara mereka adalah dengan memisahkan suami dari isteri, jika si isteri dari pihak Quraisy dia tidak diperbolehkan ikut suami. Yang tidak menurut, isteri yang masih bisa mereka kurung akan dikurung.

Namun musyrikin Quraisy tidak akan mampu berbuat lebih dari itu. Mereka khawatir akan terjadi perang saudara antar kabilah jika mereka mencoba membunuh salah seorang dari kabilah tertentu.

Berturut-turut kaum Muslimin hijrah ke Yatsrib, sedangkan Rasulullah masih berada di Mekkah. Saat itu tak ada yang tahu bahwa Rasulullah akan tetap berada di Mekkah atau mengambil keputusan untuk ikut berhijrah. Hal ini juga sama dengan peristiwa hijrahnya sebagian kaum Muslimin ke Abbisinia/Ethiopia, bahwa ternyata Rasulullah tetap di Mekkah untuk menyerukan ajaran Islam kepada anggota-anggota keluarganya. Bahkan saat Abu Bakar meminta izin untuk hijrah ke Yatsrib, Rasulullah hanya berkata, “Jangan terburu-buru, kalau-kalau Tuhan menyertakan seorang kawan”, dan tak lebih dari itu.

Selang dua bulan lebih beberapa hari setelah Bai’at Aqabah kedua, akhirnya tak ada kaum muslimin yang tersisa kecuali Nabi Muhammad, Abu Bakar, dan Ali bin Abi Thalib radhiallahuanhuma, serta mereka yang ditahan oleh kaum musyrikin.

Sementara itu, Rasulullah sedang menunggu waktu ketika Allah mengizinkannya berhijrah. Abu Bakar yang saat itu juga telah siap berhijrah, diminta Rasulullah untuk ikut mendampinginya.

Pihak kafir Quraisy berusaha menggagalkan rencana Rasulullah, bahkan berencana membunuh beliau. Namun Allah Ta’ala selalu melindungi hamba-hamba-Nya yang terpilih. Rasulullah pasti selamat dari gangguan kaum musyrikin dan berhasil mencapai Yatsrib, tempat di mana beliau akan berjuang menegakkan agama Islam dengan berbagai upaya hingga berhasil mencapai kesuksesan.


Referensi:
·         Mubarakfuri, Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah. Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·         Haekal, Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.
·         Al-Mubarakfuriyy, Syeikh Safy Al-Rahman. Seerah Nabawiyyah, Al-Raheeq Al-Makhtum.
·         Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri. Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam. 2000. Jakarta Timur: Darul Falah.


No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts