Thursday, March 21, 2019

KISAH NABI MUHAMMAD SAW - Persaudaraan antara Kaum Muhajirin dan Kaum Anshar

Setelah selesai membangun Masjid Nabawi sebagai pusat pertemuan dan interaksi umat Islam, Nabi Muhammad mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar. Hal itu dilakukan di rumah Anas bin Malik. Saat itu berkumpul sembilan puluh orang yang terdiri dari kaum Anshar dan kaum Muhajirin. Nabi Muhammad bersabda bahwa Ali bin Abi Thalib adalah saudara beliau. Lalu Nabi Muhammad mempersaudarakan mereka satu per satu untuk saling tolong menolong dan saling mewarisi. Kemudian Allah menurunkan firman-Nya dalam surat Al Anfal ayat 75:

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنۢ بَعۡدُ وَهَاجَرُواْ وَجَٰهَدُواْ مَعَكُمۡ فَأُوْلَٰٓئِكَ مِنكُمۡۚ وَأُوْلُواْ ٱلۡأَرۡحَامِ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلَىٰ بِبَعۡضٖ فِي كِتَٰبِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمُۢ  ٧٥

75.  Dan orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta berjihad bersamamu maka orang-orang itu termasuk golonganmu (juga). Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Maka setelah itu, warisan hanya diberikan kepada kerabat saja, namun persaudaraan mereka tetap berlaku.
Orang-orang yang dipersaudarakan adalah:
1.      Hamzah bin Abdul Muththalib dipersaudarakan dengan Zaid bin Haritsah, mantan budak Nabi. Hamzah mewasiatkan sesuatu kepada Zaid bin Haritsah pada Perang Uhud jika terjadi sesuatu pada dirinya.
2.      Ja’far bin Abu Thalib dipersaudarakan dengan Muadz bin Jabal.
3.      Abu Bakar Ash Shiddiq dipersaudarakan dengan Kharijah bin Zaid bin Abu Zuhair.
4.      Umar bin Khattab dipersaudarakan dengan Utban bin Malik.
5.      Abu Ubaidah bin Abdullah bin Al Jarrah (nama aslinya Amir bin Abdullah) dipersaudarakan dengan Sa’ad bin Muadz bin An Nu’man.
6.      Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa’ad bin Rabi’.
7.      Zubair bin Awwam dipersaudarakan dengan Salamah bin Salamah bin Waqs. Ada yang mengatakan bahwa Zubair dipersaudarakan dengan Abdullah bin Mas’ud.
8.      Utsman bin Affan dipersaudarakan dengan Aus bin Tsabit bin Al Mundzir.
9.      Thalhah bin Ubaidillah dipersaudarakan dengan Ka’ab bin Malik.
10.  Sa’id bin Zaid bin Amir bin Nufail dipersaudarakan dengan Ubai bin Ka’ab.
11.  Mush’ab bin Umair bin Hasyim dipersaudarakan dengan Abu Ayyub Khalid bin Zaid.
12.  Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabi’ah dipersaudarakan dengan Abbad bin Bisyr bin Waqsy.
13.  Ammar bin Yasir dipersaudarakan dengan Hudzaifah bin Al Yaman. Ada yang mengatakan bahwa Tsabit bin Qais bin Asy Syammas dipersaudarakan dengan Ammar.
14.  Abu Dzar Al Ghiffari dipersaudarakan dengan Al Mundzir bin Amr.
15.  Hathib bin Abu Balta’ah dipersaudarakan dengan Uwaim bin Saidah.
16.  Salman Al Farisi dipersaudarakan dengan Abu Ad Darda’ Uwaimir bin Tsa’labah.
17.  Bilal, mantan budak Abu Bakar, sang Muadzin, dipersaudarakan dengan Abu Ruwaihah Abdullah bin Abdurrahman Al Khats’ami.
Persaudaraan tersebut benar-benar diwujudkan oleh kaum muslimin dengan penuh ketulusan dan kesungguhan. Kaum Anshar memiliki rasa kepedulian yang besar kepada saudara-saudara seiman mereka dari kaum Muhajirin. Mereka sangat menyayangi saudaranya, membantu dengan harta mereka, bahkan lebih mementingkan saudaranya meskipun mereka juga sedang kesusahan. Sementara kaum Muhajirin menerima dengan secukupnya, tidak menjadikannya sebagai kesempatan untuk meminta lebih banyak. Rasulullah menjadikan persaudaraan itu sebagai suatu hal yang berarti, bukan hanya sekadar kata yang kosong tanpa makna.
Sesuai pernyataan Muhammad Al Ghazali, tujuan persaudaraan ini adalah untuk menghilangkan kebiasaan jahiliyah hingga hanya ada ruh Islam saja dan agar perbedaan keturunan, warna kulit, dan kedaerahan sudah tidak dipedulikan lagi dan hanya ada Islam. Seseorang tidak boleh membanggakan seseorang atau merendahkannya kecuali dengan nilai ketaqwaan.

Baca Juga, Penting untuk Diketahui saat Ada Ancaman Virus: Hebatnya Empon-Empon, dari Bumbu Dapur hingga Penambah Daya Tahan Tubuh

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa Rasulullah mempersaudarakan antara Abdurrahman bin Auf dengan Sa’ad bin Rabi’.
Sa’ad berkata, “Saya orang Anshar yang kaya, saya akan bagi dua harta saya, dan saya memiliki dua isteri, yang mana yang kamu suka, sebutkan saja, saya akan menceraikannya dan jika telah selesai masa iddahnya, nikahilah”.
Namun Abdurrahman bin Auf menjawabnya dengan santun, “Semoga Allah memberkahimu, keluargamu dan hartamu, mohon tunjukkan kepada saya di mana letak pasar Madinah?”.
Lalu Sa’ad memberitahu letak pasar Bani Qainuqa’ kepadanya untuk melakukan kegiatan perdagangan di sana. Abdurrahman bin Auf membawa barang-barang yang akan dijual seperti keju dan mentega. Dan tidak berapa lama, Abdurrahman sudah memperoleh laba yang besar. Dia juga menikahi wanita Madinah dengan mas kawin berupa emas. Selain Abdurrahman, banyak juga dari kalangan Muhajirin yang melakukan hal serupa itu. Hal itu terjadi karena kepandaian orang-orang Mekkah dalam perdagangan, sampai ada orang yang mengatakan, “Dengan perdagangannya, dia dapat mengubah pasir gurun menjadi emas”.
Kaum Muhajirin yang tidak melakukan perdagangan di antaranya adalah Abu Bakar, Umar, Ali bin Abi Thalib, dan lain-lain. Keluarga-keluarga mereka bekerja di bidang pertanian dengan menggarap lahan miliki kaum Anshar bersama pemiliknya.
Tindakan mempersaudarakan ini sangat efektif dalam mengatasi problem kesenjangan sosial antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar. Kehidupan mereka menjadi lebih tenteram. Sudah pasti bahwa hal ini adalah tindakan yang bijaksana dan menunjukkan adanya suatu strategi yang tepat serta berpikir ke depan.

Referensi:
·         Mubarakfuri, Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah. Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·         Haekal, Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.
·         Al-Mubarakfuriyy, Syeikh Safy Al-Rahman. Seerah Nabawiyyah, Al-Raheeq Al-Makhtum.
·         Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri. Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam. 2000. Jakarta Timur: Darul Falah.


No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts