Sunday, March 31, 2019

KISAH NABI MUHAMMAD SAW - Kecerdikan dan Kebijaksanaan Rasulullah Menjelang Perang Badar


Peta Perang Badar
Sumber Objek: https://www.youtube.com/watch?v=Ry_vKTvWxq4

Perang Badar Kubro adalah perang pertama antara kaum Muslimin melawan kaum kafir Quraisy. Perang ini terjadi pada bulan Ramadhan tahun kedua Hijriah. Ini adalah perang yang sangat menentukan.

Nabi Muhammad SAW memiliki akal yang cerdik dalam menghadapi berbagai masalah, begitu juga ketika akan menghadapi perang. Beliau selalu menemukan cara terbaik yang dapat mencapai sasaran namun tidak berbuat dosa dan tidak merugikan siapapun. Menjelang perang Badar, Nabi Muhammad terus berusaha mencari informasi sebanyak mungkin mengenai pasukan kafir Quraisy. Bahkan dengan kecerdikan, beliau mampu memperoleh informasi dengan tetap menjaga rahasia diri dan pasukan.

Tidak jauh di sekitar markas pasukan kaum muslimin, Rasulullah bertemu dengan orang tua dari suku Arab. Beliau bertanya kepadanya tentang informasi dari kedua pasukan, Quraisy dan pasukan Nabi Muhammad, tanpa mengenalkan identitas beliau.

Orang tua tersebut berkata, “Saya tidak akan memberi tahu kalian kecuali jika kalian memberi tahu identitas kalian”.
Rasulullah menjawab, “Jika kamu memberi tahu kami, kami akan memberi tahu kamu (siapa kami)”.
“Oh, jadi informasi ditukar informasi?”
“Ya”.                 
Orang tua itu memberi informasi tentang kedua pasukan, bahwa pasukan Nabi Muhammad sudah berada di tempat ini dan ini, dan pasukan Quraisy sudah berada di tempat ini dan ini.

Setelah selesai menceritakan informasi tersebut, orang tua itu tidak lupa untuk menanyakan identitas Rasulullah, “Dari mana kalian?”. Rasulullah segera pergi tergesa-gesa sambil menjawab, “Dari Ma’ (Air)”.
Orang tua tersebut bingung dan bertanya-tanya, “(Suku) Ma’ yang mana? Ma’ yang di Irak?”.

Air yang dimaksud Rasulullah adalah air mani. Apa yang dikatakan Rasulullah memang benar karena beliau dan semua manusia berasal dari setetes mani. Sedangkan orang tua tersebut mungkin menganggap Ma’ adalah nama sebuah suku yang dikenal pada waktu itu.

Di lain waktu, pasukan kaum Muslimin berhasil menangkap dua orang anak yang sedang mengambil air untuk diminum pasukan Quraisy. Kemudian Rasulullah bertanya kepada kedua anak tersebut,
“Berapakah jumlah mereka?”,
“Banyak”, jawab kedua anak.
“Berapa tepatnya?”,
“Kami tidak tahu”,
“Berapakah jumlah unta yang disembelih setiap hari?”,
“Kadang sembilan, kadang sepuluh”,
“Kalau begitu jumlah mereka antara 900 hingga 1000 orang”. Kesimpulan tersebut didasarkan perkiraan bahwa setiap satu unta cukup untuk 100 orang. Dari kedua anak tersebut juga dapat diketahui bahwa pemuka-pemuka Quraisy juga ikut dalam pasukan.

Pasukan kaum Muslimin terus bergerak menuju Badar supaya sampai di sana lebih dahulu dan dapat menguasai sumber-sumber air di Badar. Saat waktu Isya’, mereka sampai di sumber air terdekat dan berhenti di sana.

Khabab bin Mundzir sebagai ahli strategi militer bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, bagaimana menurut Anda tentang tempat ini, apaka ini merupakan ketetapan Allah, sehingga kita tidak dapat maju atau mundur, atau ini hanya pendapat Anda dan siasat perang?”.
Rasulullah menjawab, “Tidak, ini hanya pendapat saya dan siasat perang”.
Khabab menjelaskan, “Jika begitu ya Rasulullah, ini bukan tempat yang cocok. Pasukan harus bergerak menuju mata air yang lebih dekat lagi dengan pasukan musuh, kemudian kita bermarkas di sana dan kita merusak mata air lainnya, lalu kita membuat kolam dan diisi dengan air hingga penuh, sehingga kita dapat minum sedangkan mereka tidak bisa”.
“Engkau telah memberi pendapat (yang bagus)”, Rasulullah menyetujuinya.

Khabab memang orang yang mengenal tempat tersebut, sehingga mampu membuat rencana melalui ide cemerlang. Lalu Rasulullah dan seluruh pasukan bangkit dan melakukan apa yang disarankan oleh Khabab bin Mundzir. Hal ini menunjukkan kebijaksanaan Rasulullah bahwa dirinya juga manusia biasa yang tidak berbuat sewenang-wenang. Beliau mengajarkan bahwa suatu pendapat dapat dimusyawarahkan bersama-sama dan tidak ingin menang sendiri.

Setelah itu, Sa’ad bin Mu’adz mengusulkan pembuatan bangsal untuk tempat Rasulullah yang berfungsi sebagai pusat komando dan antisipasi jika dibutuhkan. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana jika kita membuat bangsal untukmu, dan kita menyiapkan kendaraan untukmu, lalu kita berperang melawan musuh? Jika Allah memuliakan kita, dan memenangkan kita atas musuh kita, itulah yang diharapkan oleh kita. Jika yang terjadi adalah sebaliknya, engkau duduk di atas kendaraan, lalu engkau menyusul kaum kami yang berada di belakang kami, karena kaum tersebut berjalan di belakang. Wahai Nabi Allah, sesungguhnya kita lebih mencintaimu daripada mereka. Jika mereka melihat engkau mendapatkan perlawanan, mereka tak akan meninggalkanmu. Allah akan melindungimu dengan mereka, mereka akan berbincang denganmu dan berjihad bersamamu”.

 Rasulullah menghargai pendapat Mu’adz dan mendoakannya, kemudian hal tersebut segera dilaksanakan. Lalu Sa’ad bin Mu’adz ditunjuk sebagai pemimpin pasukan pengawal Rasulullah di pusat komando.

Pada malam hari, tepatnya malam Jum’at, tanggal 17 Ramadhan tahun 2 H,  Rasulullah menjelaskan strategi dan memberi arahan kepada pasukan Muslimin. Lalu beliau menghabiskan waktu malam dengan sholat di pangkal pohon sementara pasukan muslimin tidur agar pada esoknya mampu berperang dengan penuh semangat. Semua pasukan percaya diri di dalam lindungan Allah bahwa mereka dapat memperoleh kemenangan.

Surat Al Anfal ayat 11:

إِذۡ يُغَشِّيكُمُ ٱلنُّعَاسَ أَمَنَةٗ مِّنۡهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيۡكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ لِّيُطَهِّرَكُم بِهِۦ وَيُذۡهِبَ عَنكُمۡ رِجۡزَ ٱلشَّيۡطَٰنِ وَلِيَرۡبِطَ عَلَىٰ قُلُوبِكُمۡ وَيُثَبِّتَ بِهِ ٱلۡأَقۡدَامَ  ١١

11.  (Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan mesmperteguh dengannya telapak kaki(mu).

Keesokan harinya, tanggal 17 Ramadhan, pasukan Muslimin yang berjumlah 314 orang berhadapan dengan pasukan kafir Quraisy yang berjumlah 1000 orang. Pertempuran berlangsung sengit. Dengan kekuatan iman dan bantuan dari Allah SWT berupa barisan malaikat, pasukan Muslimin mampu mengalahkan kafir Quraisy serta berhasil membunuh Abu Jahal. Maka Rasulullah dan pasukan Muslimin pulang ke Madinah dengan membawa kemenangan.


Referensi:
·         Mubarakfuri, Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah. Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·         Haekal, Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.
·         Al-Mubarakfuriyy, Syeikh Safy Al-Rahman. Seerah Nabawiyyah, Al-Raheeq Al-Makhtum.
·         Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri. Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam. 2000. Jakarta Timur: Darul Falah.


No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts