Tuesday, April 23, 2019

MAKET BETTERPAD-RAY - Bentuk Atap pada Masjid Syahadat




Atap adalah unsur bangunan yang berfungsi sebagai penutup bagian atas suatu bangunan. Bentuk atap dapat bermacam-macam, tergantung dari budaya, kebiasaan, kegunaan, dan keinginan. Bentuk atap tertentu dapat menunjukkan budaya daerah atau bangsa dari penampilan bentuk atap bangunan. Umumnya, bentuk atap masjid di Jawa atau Indonesia adalah bentuk tenda atau tajug. Bentuk atap tersebut sudah menjadi hal yang biasa dan menjadi kebiasaan bagi masyarakat Indonesia saat pembangunan masjid. Saat orang-orang Indonesia melihat ada bangunan yang besar memiliki bentuk atap tenda, maka mereka akan langsung berpikir adalah bangunan itu adalah masjid. Bentuk atap tenda pada masjid di Indonesia sering digunakan karena bangunan masjid memiliki bentuk persegi. Atap tenda adalah bentuk yang cocok bagi bangunan berbentuk persegi. Pada bagian puncak atap tenda dapat dipasang kubah yang dapat menunjukkan ciri-ciri bangunan masjid, walaupun sebenarnya hal ini bukanlah keharusan. Secara pribadi, saya suka dengan bentuk atap tenda karena bentuknya yang semakin ke atas semakin mengerucut dan berkumpul pada satu titik. Hal ini memiliki makna bahwa masjid adalah tempat untuk beribadah kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Tinggi. Hanya kepada-Nya kita menyembah dan memohon pertolongan. Maka saya juga memberi bentuk atap tenda pada desain masjid Syahadat yang merupakan bagian dari maket kompleks bangunan Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya).

Di artikel ini, saya akan menjelaskan berbagai bentuk atap secara umum dan akan menjelaskan bentuk atap pada desain masjid Syahadat.

Contoh bentuk atap pelana

Bentuk atap yang termasuk sederhana dan mudah ditemukan di rumah-rumah, terutama di Indonesia adalah bentuk atap pelana. Atap ini memiliki dua permukaan bidang datar yang miring (umumnya berbentuk segiempat) yang salah satu sisi dari masing-masing permukaan saling bertemu pada bagian paling atas yang disebut bubungan sehingga jika dilihat dari arah samping membentuk segitiga. Biasanya kemiringan atap berkisar antara 300 – 450. Atap ini dapat mengalirkan air hujan dengan baik dan apabila terdapat kebocoran maka titik bocornya mudah ditemukan. Perawatan dan perbaikan bentuk atap ini juga cukup mudah. Rangka dari atap ini ditahan oleh kuda-kuda yang berbentuk segitiga. Bubungan dan gording dari struktur atap pelana bertumpu pada kuda-kuda serta dinding bangunan yang pada bagian atasnya membentuk segitiga, sesuai bentuk kuda-kuda.

Menurut saya, bentuk atap pelana memang mudah dibentuk. Bentuknya yang sederhana membuat banyak dipakai untuk rumah-rumah yang berukuran kecil hingga sedang dan sederhana. Namun saya tidak berniat menggunakan bentuk atap pelana untuk bangunan induk masjid atau banguna penunjangnya, karena terlalu sederhana dan kurang memiliki nilai keindahan untuk masjid.


Bentuk atap perisai adalah bentuk yang satu tingkat lebih kompleks dari bentuk atap pelana. Atap ini memiliki empat bidang permukaan, yaitu dua bentuk trapesium yang sisi atasnya (yang terpendek, sejajar dengan alas) saling bertemu pada bubungan dan dua permukaan lainnya berbentuk segitiga yang puncaknya bertemu pada ujung bubungan sehingga terbentuk bangun ruang yang menutupi bagian atas bangunan. Pertemuan antara bidang trapesium dan bidang segitiga disebut jurai. Jurai juga merupakan rangka penghubung antara pertemuan dua arah kaso. Jurai inilah yang membedakannya dengan bentuk atap pelana. Bentuk atap ini umumnya digunakan untuk bangunan yang memanjang. Struktur kuda-kudanya juga hampir sama dengan atap pelana, hanya saja bubungan dan gording tidak bertumpu/menempel pada dinding bangunan.

Saya menggunakan bentuk atap perisai untuk bagian serambi bangunan utama (bagian belakang), bangunan kantor pengurus, dan tempat parkir teduh. Alasannya adalah bahwa bentuk atap perisai memberi kesan menutupi seluruh bagian atas bangunan dengan kesan yang sederhana. Perancangan konstruksi atap bentuk perisai juga mudah dilakukan dan mudah dimengerti bagi para pekerja bangunan. Untuk serambi, bentuk atap ini juga memiliki langit-langit yang tinggi sehingga udara di dalam serambi terasa lebih sejuk saat cuaca panas. Ini juga menjadi alasan yang sama untuk tempat parkir teduh dan kantor pengurus.
Bentuk atap tenda umumnya memiliki kemiringan permukaan atap sebesar 300 – 450. Bentuk atap ini digunakan untuk bangunan berbentuk persegi, termasuk desain ruang sholat utama pada masjid Syahadat, untuk menunjukkan ciri-ciri masjid. saya membentuk bangunan ruangs sholat berupa persegi untuk memberikan kesan keseimbangan dan terkumpul. Bentuk atap tenda tidak hanya tunggal saja, namun juga dapat dibuat bertingkat agar lebih indah dan lebih megah seperti gunung. Umumnya atap tenda pada masjid-masjid di Indonesia dapat bertingkat dua atau tiga. Biasanya antara tingkat atap teratas dan tingkat atap di bawahnya terdapat sekat dengan bentuk alas persegi yang dapat diberi hiasan-hiasan tertentu atau kaca-kaca. Sekat ini terbuat dapat terbuat dari dinding bata dan tersambung dengan sruktur atap tenda yang terbuat dari beton bertulang. Pemberian kubah pada puncak atap tenda memberikan kesan tersendiri dari budaya arsitekur Indonesia.


Saya memberikan bentuk atap tenda bertingkat tiga dengan sekat yang memiliki kaca-kaca tebal dengan bagian atas kacanya yang melengkung untuk memberikan gaya Islami pada desain masjid Syahadat. Pada tingkatan atap teratas, bentuknya cenderung lancip dan tidak saya beri bentuk kubah karena cukup sulit untuk membuatnya dengan kertas. Untuk pertemuan antara bentuk atap tenda dan bentuk atap perisai pada desain ini, saya berniat untuk memberi talang di antara keduanya sebagai tempat aliran air hujan dengan arah kemiringan menurun ke samping masjid.

Atap piramida adalah atap yang memiliki lebih dari empat bidang datar yang sama yang membentuk piramida. Saya memberi bentuk atap ini pada bagian puncak menara Syahadat untuk memberi makna memuncak ke atas sebagai tanda bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Esa dan Maha Tinggi. Menara Syahadat didesain sebagai bangunan tertinggi di area masjid Syahadat dan maket kompleks bangunan Betterpad-Ray. Untuk mimbar dan teras kantor masjid, saya menggunakan atap sandar. Untuk teras samping dan belakang masjid Syahdat, saya memberikan bentuk atap yang mirip atap sandar, namun seperti menggantung karena tumpuan penyangga atapnya berada di dinding masjid, bukan dengan tiang yang tumpuannya berada di lantai/tanah.

Sebenarnya ada jenis bentuk atap lain yang sering dilihat dan digunakan, yaitu atap datar yang biasanya terbuat dari dak beton. Bentuk atap ini hampir tidak mempunyai kemiringan kecuali sangat kecil untuk mengalirkan air turun ke bawah bangunan. Namun saya tidak menerapkannya pada desain masjid Syahadat, karena terkesan kurang menunjukkan budaya arsitektur bangsa. Namun ada beberapa masjid yang mengombinasikannya dengan kubah, seperti masjid Istiqlal di Jakarta sebagai masjid negara.

Masjid Istiqlal (dari Google Maps)

Demikian artikel dari saya ini. Semoga desain Masjid Syahadat yang merupakan bagian dari maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya) dapat memberikan inspirasi dan dapat diwujudkan. Aamiin.


Referensi:
·         Susanta, Gatut, dkk. Membangun Masjid & Mushola. 2007. Depok: Penebar Swadaya. (https://archive.org/stream/BukuArsitektur/1048_Membangun%20Masjid%20dan%20Mushola#mode/2up)


No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts