Saturday, April 27, 2019

KISAH NABI MUHAMMAD SAW - Peristiwa-peristiwa setelah Perang Uhud: Serangan Bani Asad dan Rencana Penyerangan dari Khalid bin Sufyan Al Hudzali

Setelah peristiwa perang Uhud yang membuat kaum muslimin merasakan kesedihan, mereka merasa bahwa kota Madinah sudah terasa aneh sekali dan masih ada musuh yang mengejar mereka. Kekalahan kaum muslimin membuat kewibawaan mereka menurun, tidak disegani lagi, dan merasakan adanya tekanan dari berbagai pihak. Maka mereka selalu bersiaga dan sempat akan menghadapi kelompok Abu Sufyan dari pihak musyrikin Quraisy yang akan kembali ke Madinah untuk menghabisi kaum muslimin yang masih ada. Namun pertempuran tidak terjadi karena kelompok Abu Sufyan merasa tidak berani menghadapi kaum muslimin yang lebih bersemangat.

Kaum muslimin melihat situasi Madinah yang sudah banyak mengalami perubahan dan Nabi Muhammad tetap memegang kekuasaan di kota Madinah. Namun, Kaum Yahudi dan kaum munafik mulai berani memusuhi Nabi Muhammad seara terang-terangan. Saat itu, keadaan menjadi semakin genting sekali, bukan hanya di dalam kota Madinah saja, bahkan hingga kabilah-kabilah Arab lainnya yang merasa ketakutan saat mengetahui kekuasaan muslimin. Kekalahan pasukan muslimin di Uhud membuat kabilah-kabilah Arab ingin menentang kekuasaan muslimin dan mengadakan perlawanan. Kaum muslimin seolah-olah dianggap tidak berdaya lagi.  Maka Nabi Muhammad berusaha untuk mengikuti kabar-kabar di sekitar penduduk Madinah dan kalangan Arab, agar kaum muslimin memperoleh kedudukan, kekuatan, dan kehormatan kembali seperti sebelumnya. Nabi Muhammad memang selalu bersikap bijaksana dalam menentukan arah kehidupan kaum muslimin.

Kabar pertama yang sampai kepada Rasulullah setelah perang Uhud adalah tentang dua bersaudara yaitu Tulaiha dan Salama bin Khuwailid, keduanya pemimpin Bani Asad pada saat itu, sedang menggalang kekuatan bersama masyarakat dan orang-orang yang taat kepada keduanya untuk menyerang Madinah dan menyerbu kaum muslimin sampai ke dalam rumah-rumah untuk memperoleh harta dan merampas hewan-hewan ternak kaum muslimin yang berada di ladang-ladang sekitar kota Madinah. Persiapan ini mereka lakukan saat dua bulan setelah perang Uhud. Mereka berani untuk merencanakan hal tersebut karena menganggap bahwa Rasulullah dan kaum muslimin masih menderita karena kalah di perang Uhud.

Setelah Rasulullah mengetahui rencana jahat itu, beliau segera memanggil Abu Salama bin Abdul Asad untuk memimpin pasukan yang terdiri dari 150 orang dari kaum Muhajirin dan Ansar, termasuk Abu Ubaida bin Al Jarrah, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Usaid bin Hudzair. Mereka diperintahkan agar berjalan pada malam hari dan bersembunyi pada siang hari dengan melalui jalan yang tidak biasa dilalui orang-orang, agar pergerakan dan jejak mereka tidak diketahui oleh musuh. Dengan begitu mereka dapat melakukan serangan secara tiba-tiba dan menyergap musuh. Abu Salama melaksanakan tugas ini dengan baik. Pasukannya berhasil menyerang musuh dalam keadaan tidak siap. Pasukan musuh sudah terkepung saat masih pagi sekali. Musuh pun sudah tidak sanggup bertahan lagi. Dua pasukan segera dikerahkan untuk mengejar mereka dan merebut rampasan perang yang ada. Abu Salama dan pasukan lainnya menunggu datangnya pasukan yang dikirim beserta rampasan perang yang mereka bawa. Dengan begini, salah satu musuh sudah berhasil ditaklukkan.

Lalu harta rampasan diambil seperlimanya terlebih dahulu untuk Tuhan, Rasulullah, orang-orang miskin, dan para musafir (intinya, seperlima bagian ini untuk perjuangan dan sedekah dalam agama Islam). Bagian lainnya dibagi sesama mereka, lalu mereka kembali ke Madinah dengan membawa kemenangan. Kehormatan yang agak memudar karena kekalahan di Uhud, saat itu sudah mulai kembali lagi. Namun Abu Salama tidak hidup lama setelah ekspedisi tersebut. Dia menderita luka-luka yang belum benar-benar sembuh karena perang Uhud. Dia tetap menjalankan perintah Rasulullah dengan sungguh-sungguh hingga lukanya terbuka dan mengucurkan darah lagi. Akhirnya luka yang dialaminya itu membuatnya meninggal.

Kemudian setelah itu, pada bulan Muharram tahun 4 Hijriah, Rasulullah juga menerima kabar lagi bahwa Khalid bin Sufyan bin Nubaih Al Hudzali yang tinggal di Nakhla atau di ‘Urana telah mengumpulkan orang-orang untuk menyerang Rasulullah. Maka Rasulullah memerintahkan Abdullah bin Unais untuk meneliti dan mengecek kebenaran kabar itu. Abdullah berjalan menuju ke tempat Khalid yang saat itu sedang berada di rumah bersama istri-istrinya. Dia sampai di sana pada minggu terakhir bulan Muharram. Khalid yang melihat kedatangan Abdullah bertanya, “Siapa kamu?”. Abdullah menjawab, “Saya dari golongan Arab juga. Saya mendengar bahwa Anda hendak mengumpulkan orang-orang untuk menyerang Muhammad, maka saya datang ke sini”.

Khalid berkata yang sebenarnya bahwa dia memang sedang mengumpulkan orang-orang untuk menyerbu Madinah. Abdullah sudah memastikan bahwa Khalid sedang tidak bersama bawahannya, kecuali hanya bersama istri-istrinya. Maka Abdullah mencari cara agar Khalid mau diajak jalan bersama-sama. Saat Abdullah mendapat kesempatan, dia menghantam Khalid dengan pedangnya hingga Khalid tewas. Istri-istrinya pun berkerumun menangisinya. Kemudian Abdullah kembali ke Madinah dan menyampaikan kabar itu kepada Rasulullah. Konon, Rasulullah menghadiahkan tongkat kepada Abdullah karena keberhasilannya dalam membunuh Khalid. Beliau bersabda, “Inilah tanda hubunganku dengan engkau hingga hari kiamat”. Diriwayatkan bahwa saat Abdullah menemui ajalnya, dia telah berpesan agar tongkat itu dikafankan bersama jenazahnya.

Inilah usaha-usaha dari Rasulullah untu menangkal segala ancaman yang hendak menghampiri kaum muslimin. Ini dilakukan agar kaum muslimin tetap mampu menjaga kewibawaan dan menunjukkan kekuatannya. Ancaman-ancaman tersebut dapat membahayakan kaum muslimin dan penyebaran agama Islam jika dibiarkan begitu saja. Tujuan Rasulullah dalam perjuangan selama ini adalah untuk menyebarkan agama Islam dan memberitahu bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa dan hanya Dia yang patut disembah. Tujuan ini tidak boleh dihalangi oleh siapapun dan apapun. Maka siapapun yang menentang keesaan Allah harus dibasmi.

Persembahan dari



(Benteng Terpadu Raya) 

Referensi:
·         Mubarakfuri, Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah. Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·         Haekal, Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.
·         Al-Mubarakfuriyy, Syeikh Safy Al-Rahman. Seerah Nabawiyyah, Al-Raheeq Al-Makhtum.


No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts