Sunday, April 21, 2019

MAKET BETTERPAD-RAY - Contoh Perencanaan Masjid Syahadat Berdasarkan Lahan




Ketika hendak merencanakan pembangunan masjid, hal pertama yang harus disiapkan adalah sebidang tanah sebagai tempat bangunan masjid. Untuk membuat perencanaan yang benar-benar matang, dibutuhkan ukuran lahan yang tepat dan tidak dikira-kira, baik panjang, lebar, maupun luas lahan yang sebenarnya. Selain luas lahan, hal yang harus diperhatikan adalah kontur tanah (tinggi dan rendahnya tanah). Namun hal ini tidak diperlukan untuk tanah yang sudah rata. Jika hendak melakukan perencanaan bangunan tingkat, maka perlu dilakukan tes kekuatan tanah. Alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan tanah adalah sondir sebagai alat bor tes tanah yang pendek dan boring untuk tes tanah yang dalam. Jadi, secara dasar, hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan yang berkaitan dengan lahan adalah ukuran lahan, kontur lahan, kekuatan tanah, dan tinggi level bangunan terhadap jalan.

Desain Masjid Syahadat yang merupakan bagian dari maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya) juga harus direncanakan sesuai dengan lahan jika hal ini benar-benar terwujud. Sebagai masjid berukuran besar dan memiliki fungsi yang banyak, desain masjid Syahadat dibuat dengan memerhatikan hal-hal penting agar jika desain ini diwujudkan maka sudah sesuai dengan standar keamanan dan kenyamanan. Terlebih lagi lahan adalah media/bahan utama dalam membangun sebuah rumah, gedung, atau masjid. Pada dasarnya, karena desain masjid Syahadat merupakan bagian dari kompleks bangunan, maka jenis lahan yang dibutuhkan tidak berbeda jauh dengan lahan komples bangunan. Tapi di sini akan dijelaskan mengenai masjid yang merupakan bangunan tunggal maupun bagian dari kompleks bangunan.

Ukuran lahan adalah hal yang harus diperhatikan untuk menentukan luas bangunan masjid serta tempat penunjangnya.  Untuk lahan yang kecil, maka masjid yang dibangun hanya berukuran kecil dan umumnya tidak memiliki tempat penunjang, seperti kantor pengurus dan tempat parkir. Kalaupun ada tempat untuk memarkirkan kendaraan, biasanya hanya berupa halaman masjid yang terbuka ataupun tempat parkir teduh yang kecil. Bahkan karena tidak cukupnya lahan, kendaraan-kendaraan biasanya diparkirkan di luar area masjid atau pinggir jalan. Namun ini adalah hal yang lumrah asalkan tidak mengganggu arus lalu lintas. Untuk ukuran lahan yang luas, maka luas bangunan yang masjid yang direncanakan dapat lebih besar sehingga lebih leluasa dalam menentukan ukuran bangunan beserta tempat penunjangnya. Tidak hanya bangunan masjid, di lahan yang luas dapat direncanakan berbagai pembangunan fasilitas penunjang, seperti tempat parkir teduh, menara masjid, kantor pengurus, pos keamanan, dan sebagainya. Pada dasarnya, ukuran luas lahan harus memerhatikan jumlah jamaah yang akan mengunjungi masjid. Untuk masjid kampung, tentu hanya butuh lahan kecil. Sedangkan untuk masjid kota, masjid agung, masjid negara, atau masjid milik kompleks bangunan yang besar, tentu membutuhkan lahan yang luas karena jumlah jamaah yang banyak.

Masih berkaitan dengan ukuran lahan, bentuk lahan juga harus diperhatikan. Ada tiga bentuk lahan secara garis besar, yaitu bentuk persegi, memanjang ke samping, dan memanjang ke depan-belakang. Untuk lahan berbentuk persegi, perencanaan bangunan masjid relatif mudah dilakukan, karena umumnya ruang utama masjid berbentuk persegi sehingga proporsinya terhadap lahan cukup mudah ditentukan. Untuk masjid yang memanjang ke samping, bangunan utama dapat berada di tengah dan halaman sampingnya dapat dipakai untuk tempat parkir atau fasilitas lainnya. Namun masjid dapat dibangun di sisi kanan atau kiri lahan sehingga halaman samping yang tersisa lebih luas. Untuk masjid yang memanjang ke depan-belakang, maka masjid akan memiliki halaman pintu masuk yang luas sehingga dapat digunakan secara leluasa untuk tempat parkir maupun sholat berjamaah.


Masjid Syahadat didesain untuk lahan yang berukuran luas dengan bentuk lahan memanjang ke samping, karena di belakang masjid sudah merupakan halaman utama kompleks bangunan. Maka saya meletakkan bangunan utama di tengah halaman, kantor pengurus di sisi kanan, dan tempat parkir teduh di sisi kiri.

Kontur tanah adalah hal penting diperhatikan dalam menentukan ketinggian bangunan, misalnya apa bangunan yang sebaiknya lebih tinggi dan bagaimana penataan halaman bangunan. Tentu saja umumnya orang-orang berharap bahwa tanah yang disiapkan memiliki kontur tanah yang rata, sehingga perancangannya lebih mudah dilakukan. Apabila ada bangunan yang dibuat lebih tinggi dari halaman, seperti masjid yang diberi tanda batas suci, maka cukup menimbun bagian lahan dengan tanah dan tinggi pondasi dibuat agar lebih tinggi dari permukaan lahan. Penataan halaman masjid juga mudah dilakukan sehingga sudah aman dan nyaman jika digunakan untuk keperluan tertentu, termasuk tempat parkir. Maka dalam perancangan bangunan sebaiknya memilih tanah yang memiliki kontur rata. Sedangkan lahan yang sempit dan tidak rata harus dihindari karena tentu sangat sulit dalam merencanakan pembangunannya, kecuali jika mau mengeruk atau menimbun.

Untuk lahan yang luas namun tidak rata, perencanaan bangunan masih bisa dilakukan dengan cukup mudah. Apabila tanah yang lebih tinggi memiliki ukuran yang lebih luas daripada tanah yang rendah, masjid bisa dibangun di situ, sekaligus dapat diberikan tanda batas suci. Untuk lahan yang tidak rata dan juga tidak rapi, maka perencanaan pembangunan lebih sulit dilakukan dan lebih baik menghindari lahan dengan kontur seperti itu.

Masjid Syahadat didesain untuk lahan yang memiliki kontur rata, sehingga penataannya lebih mudah dan memberi kenyamanan bagi pengunjung. Lahan yang rata juga memberikan kesan rapi dan luas sehingga diharapkan bahwa penampilan masjid indah dipandang. Begitu juga dengan maket kompleks bangunan Betterpad-Ray memang didesain untuk lahan yang memiliki kontur rata. Jadi saya berusaha untuk memilih lahan yang rata jika hendak merencanakan pembangunan, karena saya suka membuat beberapa bangunan dalam satu lahan yang akses antara satu bangunan dengan bangunan lain dibuat mudah.

Untuk melakukan tes kekuatan tanah menggunakan sondir atau boring, harus dilakukan oleh para ahli. Karena saat penulisan artikel ini saya adalah lulusan SMA dan belum kuliah, saya kurang paham dengan penggunaan alat tersebut. Tes ini dapat digunakan untuk pembangunan gedung dua lantai atau lebih. Desain masjid Syahadat merupakan desain masjid yang berukuran besar, memiliki dinding bangunan yang tinggi, dan adanya tiang penyangga atap, sehingga tes ini benar-benar harus dilakukan jika pembangunan benar-benar terwujud. Terlebih lagi ada menara Syahadat yang tingginya lebih dari 40 meter sehingga kekuatan tanah harus benar-benar diperhatikan. Hal ini agar kondisi bangunan stabil nantinya.

Hasil Proyek Peninggian Jalan di Karangturi, Bulurejo, Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Indonesia

Saya pernah melihat ada sekelompok orang di depan rumah saya, yaitu di pinggir jalan raya, yang sedang menghujamkan suatu alat seperti linggis ke dalam tanah. Saat itu akan dilakukan proyek peninggian jalan dengan membongkar aspal lama, lalu ditimbun/ditinggikan dengan pasir, batu, dan sebagainya, lalu baru diaspal lagi dengan yang baru. Karena peninggian jalan, rumah saya yang dahulunya lebih tinggi dari jalan raya menjadi lebih rendah dari jalan raya. Saat saya coba mencari tahu, ternyata itu adalah sondir yang digunakan untuk mengukur kekuatan tanah di jalan raya. Jalan di depan rumah saya berada di dekat pertigaan, sehingga sering ada kendaraan yang menurunkan kecepatannya dengan mengerem. Tentu ini bisa merusak aspal dan jalan raya, sehingga permukaannya mudah menurun. Maka penimbunan tanahnya lebih padat dan ditekan terus dengan alat berat sehingga permukaan jalan raya lebih stabil.

Tinggi bangunan terhadap jalan adalah hal yang juga diperhatikan. Secara garis besar ada tiga kondisi tentang hal ini, yaitu bangunan yang lebih tinggi dari jalan, sejajar dengan jalan, dan lebih rendah dari jalan. Posisi bangunan masjid yang sejajar dengan jalan adalah hal yang memang diharapkan. Perancangan dan penataan lebih mudah dilakukan. Para pengunjung juga tidak mengalami kesulitan saat masuk ke area masjid. Sedangkan untuk bangunan yang lebih tinggi dari jalan, maka harus membuat jalan masuk yang senyaman mungkin walaupun miring. Jalan bisa dihaluskan untuk dilewati oleh kendaraan dan bisa dibuat beberapa anak tangga untuk pejalan kaki. Hal ini juga dapat diterapkan untuk bangunan yang lebih rendah dari jalan.

Desain masjid Syahadat dan seluruh bagian maket kompleks Betterpad-Ray diterapkan agar sejajar dengan jalan. Tapi saya juga suka jika bangunan sedikit lebih tinggi dari jalan utama.

Demikian artikel dari saya ini. Semoga desain Masjid Syahadat yang merupakan bagian dari maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya) dapat memberikan inspirasi dan dapat diwujudkan. Aamiin.


Referensi:
·         Susanta, Gatut, dkk. Membangun Masjid & Mushola. 2007. Depok: Penebar Swadaya. (https://archive.org/stream/BukuArsitektur/1048_Membangun%20Masjid%20dan%20Mushola#mode/2up)

No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts