Monday, April 22, 2019

KISAH NABI MUHAMMAD SAW - Saat Berlangsungnya Perang Uhud

Gunung Uhud
 Sumber Objek: https://www.youtube.com/watch?v=f0Otvzv4eF8

Peta Gunung Uhud dan Madinah sekarang
(Google Maps)

Perang Uhud adalah perang antara pasukan muslimin melawan pasukan musyrikin (Quraisy) yang terjadi pada hari Sabtu, 7 Syawwal tahun 3 Hijriah. Perang ini adalah pembalasan dendam oleh musyrikin Quraisy setelah kekalahan mereka saat melawan pasukan muslimin pada perang Badar.

Pasukan musyrikin Quraisy memiliki prajurit berjumlah 3000 orang yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb sebagai komandan perang. Jumlah mereka ini termasuk dari sekutu-sekutu mereka, seperti Bani Kinanah dan orang-orang Tihamah. Pasukan berkuda sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid dan pasukan berkuda sayap kiri dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jahal. Sedangkan Hindun binti Utbah, istri Abu Sufyan, memimpin kaum wanita untuk memberi semangat kepada pasukan musyrikin.

Sedangkan Nabi Muhammad membentuk pasukan sekaligus sebagai komandan utama pasukan muslimin untu menghadapi serangan pasukan musyrikin. Awalnya beliau berangkat bersama seribu orang. Namun di tengah perjalanan, Abdullah bin Ubay bersama tiga ratus orang memisahkan diri dari pasukan muslimin. Mereka adalah orang-orang munafik yang tidak mau mati saat berperang. Maka tinggal 700 orang di dalam pasukan muslimin.

Lalu kedua pasukan saling bertemu di Uhud. Sebelum pertempuran dimulai, Nabi Muhammad menasihati pasukannya agar terus bersabar dan berjuang hingga titik darah penghabisan. Lalu beliau memegang pedang dan berkata, “Siapakah yang mau mengambil pedang ini dan memenuhi haknya?”.

Beberapa orang berebut untuk mengambilnya, hingga seseorang bernama Abu Dujanah berkata, “Apakah hak pedang tersebut ya Rasulullah?”

“Engkau harus menebas wajah musuh dengan pedang ini hingga mereka tunduk!”. Sabda Nabi Muhammad.

Abu Dujana berkata, “Saya akan memenuhi hak pedang tersebut ya Rasulullah”.

Maka Abu Dujana menerima pedang tersebut. Dia memang dikenal sebagai seorang pemberani. Jika amarahnya sudah timbul, maka dia akan memakai ikat kepala merah di kepalanya. Dengan begitu, orang-orang mengetahui bahwa dia akan berperang sampai mati. Setelah dia membawa pedang tersebut dan memakai ikat kepala merah di kepalanya, dia berjalan di antara barisan dengan angkuh. Saat itu Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya cara jalan tersebut dibenci oleh Allah, kecuali dalam kondisi seperti ini”.

Seperti saat perang Badar, pertempuran ini diawali dengan duel tanding. Saat itu Talhah bin Abi Talhah Al Abdari dari pasukan musyrikin menantang duel pasukan muslimin. Dia dikenal sebagai orang paling berani dari Quraisy. Lalu dari pasukan muslimin keluarlah Zubair bin Awwam yang langsung melompat seperti singa. Dia berhasil membuat Talhah jatuh tersungkur dan tewas dalam waktu yang tidak lama.

Rasulullah dan pasukan beliau mengucapkan takbir ketika melihat kemenangan Zubair. Beliau bersabda, “Sesungguhnya setiap nabi memiliki pengikut setia. Pengikut setiaku adalah Zubair”.

Setelah itu, dimulailah perang sesungguhnya antara kedua belah pihak. Pada awalnya pasukan muslimin mampu mengungguli lawan, meskipun mereka berjumlah sedikit. Pemegang panji-panji pasukan musyrikin tewas satu per satu karena terkena serangan dari senjata pasukan muslimin, sampai panji itu terjatuh dan tak ada yang memegangnya kembali.

Abu Dujanah yang memegang pedang Rasulullah terus maju menebas musuh yang menghadangnya hingga mereka terbunuh. Hamzah bin Abdul Muththalib juga terus menyerang pasukan musyrikin bagaikan singa kelaparan. Musuh pun tidak mengira bahwa hal ini bisa terjadi. Pasukan pemanah muslimin juga memberikan pengaruh besar terhadap keunggulan kaum muslimin. Mereka dapat menahan pergerakan pasukan musyrikin dengan melesatkan anak panah mereka dari atas bukit.

Namun kejadian buruk menimpa pasukan muslimin. Hamzah bin Abdul Muththalib telah dibunuh oleh seorang budak kulit hitam bernama Wahsyi yang secara khusus diperintahkan oleh majikannya yang bernama Jubair bin Al Muth’im untuk membunuhnya dengan hadiah bahwa dia akan dimerdekakan. Dia membunuh Hamzah dengan melempar tombak dengan gaya Abbisinia. Namun pasukan muslimin tetap terus berjuang hingga pasukan musyrikin terdesak dan banyak yang tewas. Maka pasukan musyrikin mulai meninggalkan pertempuran.

Pasukan muslimin mulai mengumpulkan harta rampasan perang (ghanimah). Namun, 40 dari 50 pasukan memanah juga ikut turun dari bukit untuk mengumpulkan ghanimah tanpa ada perintah dari Rasulullah. Padahal Rasulullah sudah berpesan agar mereka tidak turun dari bukit sebelum menerima perintah dari beliau. Pemimpin pasukan pemanah, Abdullah bin Jubair tidak ikut turun dan sebenarnya dia sudah memperingatkan pasukannya agar tidak turun. Namun sebagian dari mereka telah tergoda oleh harta.

Khalid bin Walid yang menyaksikan hal itu segera berjalan memutar bersama pasukannya hingga berada di belakang pasukan muslimin. Mereka segera menghabisi pasukan pemanah dan kemudian menyerang pasukan muslimin dari belakang dengan berteriak sekeras-kerasnya. Pasukan musyrikin yang mendengarnya menjadi bangkit kembali untuk menyerbu pasukan muslimin. Maka pasukan muslimin terkepung dari arah depan dan belakang. Maka pasukan muslimin terdesak dan lari.

Saat itu Rasulullah dikelilingi oleh para sahabat yang berjumlah sembilan orang di barisan belakang pasukan muslimin. Rasulullah berteriak, “Wahai hamba-hamba Allah”. Rasulullah sudah tahu jika suaranya didengar lebih dahulu oleh pasukan musyrikin sebelum didengar pasukan muslimin. Maka pasukan musyrikin segera mencari Rasulullah dengan niat hendak membunuh beliau. Saat itu muncul isu di kalangan pasukan muslimin bahwa Rasulullah telah meninggal. Meskipun ada sebagian dari mereka yang menyerah, sebagian dari mereka yang optimis terus memberi semangat agar terus menyerbu pasukan musyrikin.

Di sisi lain, tinggal Talhah bin Ubaidillah dan Sa’ad bin Abi Waqash yang masih bertahan untuk melindungi Rasulullah. Karena serangan bertubi-tubi, Rasulullah juga mengalami luka di bagian pelipis dan rahang. Beliau bersabda, “Bagaimanakah suatu kaum akan selamat jika mereka telah melukai Nabi mereka?”.

Saat itu turun firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 128:

لَيۡسَ لَكَ مِنَ ٱلۡأَمۡرِ شَيۡءٌ أَوۡ يَتُوبَ عَلَيۡهِمۡ أَوۡ يُعَذِّبَهُمۡ فَإِنَّهُمۡ ظَٰلِمُونَ  ١٢٨

128.  Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim.

Rasulullah berdoa, “Ya Allah, ampunilah kaumku, karena mereka tidak mengetahui”.

Lalu, datanglah sekumpulan pasukan muslimin untuk melindungi Rasulullah. Di antara mereka adalah Mush’ab bin Umair, Ali bin Abi Thalib, Sahl bin Hanif, Malik bin Sinan, Umar bin Khattab, dan Abu Thalhah. Mush’ab yang mempertaruhkan nyawanya akhirnya terbunuh oleh Ibnu Qami’ah yang mengira bahwa Mush’ab adalah Rasulullah, karena wajahnya yang mirip. Maka Ibnu Qami’ah berteriak, “Sungguh, Muhammad telah terbunuh!”.

Pasukan muslimin menjadi panik dan pasukan musyrikin juga mulai mundur. Rasulullah segera menyelinap di antara pasukan muslimin dan memerintahkan mereka agar tidak mengumumkan keberadaannya agar tidak diketahui pasukan musyrikin. Pasukan muslimin mundur secara teratur dan berlindung di celah-celah gunung Uhud. Pasukan musyrikin masih mencoba menyerbu, namun pasukan muslimin berhasil mengatasinya. Maka Rasulullah dan pasukan muslimin selamat dari serangan mereka. Pasukan musyrikin mulai berhenti dan bersiap untuk pulang ke Mekkah. Namun pasukan musyrikin sempat merusak mayat pasukan muslimin. Bahkan Hindun binti Utbah menyayat tubuh Hamzah untuk diambil hatinya. Saat berusaha mengunyahnya, dia tak sanggup melakukannya dan memuntahkan kembali. Rasulullah bersedih saat melihat Hamzah, paman beliau, sudah meninggal dalam kondisi parah. Beliau sempat marah dan ingin melakukan pembalasan. Lalu Allah memperingatkan beliau agar bersikap tabah. Maka Rasulullah memaafkan mereka dan tetap tabah dalam menghadapi musibah.

Surat An-Nahl ayat 126-127:

وَإِنۡ عَاقَبۡتُمۡ فَعَاقِبُواْ بِمِثۡلِ مَا عُوقِبۡتُم بِهِۦۖ وَلَئِن صَبَرۡتُمۡ لَهُوَ خَيۡرٞ لِّلصَّٰبِرِينَ  ١٢٦ وَٱصۡبِرۡ وَمَا صَبۡرُكَ إِلَّا بِٱللَّهِۚ وَلَا تَحۡزَنۡ عَلَيۡهِمۡ وَلَا تَكُ فِي ضَيۡقٖ مِّمَّا يَمۡكُرُونَ  ١٢٧

126.  Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.
127.  Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.

Jumlah muslim yang mati syahid sebanyak 70 orang dan mereka dikuburkan dengan pakaian mereka di tempat itu juga tanpa dimandikan sesuai perintah Rasulullah. Lalu pasukan muslimin pulang ke Madinah. Meskipun merasa sedih, kaum muslimin tetap bersyukur karena Rasulullah masih hidup.

Hal ini memang bukanlah akhir dari perjuangan kaum muslimin. Karena ini menjadi pelajaran bagi kaum muslimin agar terus berusaha hingga akhirnya Islam diterima oleh penduduk Mekkah, orang Arab, dan menyebar ke seluruh dunia.

Persembahan dari



(Benteng Terpadu Raya) 

Referensi:
·         Mubarakfuri, Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah. Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·         Haekal, Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.
·         Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri. Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam. 2000. Jakarta Timur: Darul Falah.

No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts