Saturday, April 20, 2019

KISAH NABI MUHAMMAD SAW - Orang-orang yang Terlibat Perang Uhud

Gunung Uhud
Sumber objek: https://www.youtube.com/watch?v=f0Otvzv4eF8

Selama setahun setelah perang Badar, kaum musyrikin mempersiapkan segala sesuatu untuk balas dendam terhadap kaum muslimin di Madinah yang telah mengalahkan mereka. Mereka mengumpulkan kekuatan sebesar-besarnya dan memberikan tempat bagi siapa saja yang ingin bergabung dengan kaum musyrikin ataupun ikut membantu mereka dalam perang berikutnya. Banyak orang-orang yang ikut memberi bantuan kepada mereka sehingga mampu mengumpulkan seribu unta dan uang sebanyak lima puluh ribu dinar.

Abdullah bin Abu Rabi’ah, Ikrimah bin Abu Jahal, dan Shofwan bin Umaiyyah bersama orang-orang Quraisy lainnya yang kehilangan ayah, anak, dan saudara di perang Badar menemui Abu Sufyan bin Harb dan berkata kepadanya serta para saudagar Quraisy, “Wahai orang-orang Quraisy, sesungguhnya Muhammad telah membuat kesalahan besar pada kalian dan membinasakan orang-orang pilihan kalian. Maka bantulah kami dengan harta untuk memeranginya, agar kita bisa membalas dendam atas kematian orang-orang kita!”. Maka Abu Sufyan dan para saudagar lainnya mau membantu mereka.

Maka turunlah ayat dari Allah SWT, yaitu Surat Al Anfal ayat 36:

إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ لِيَصُدُّواْ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ فَسَيُنفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيۡهِمۡ حَسۡرَةٗ ثُمَّ يُغۡلَبُونَۗ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ إِلَىٰ جَهَنَّمَ يُحۡشَرُونَ  ٣٦

36.  Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan,

Setelah kaum musyrikin memiliki berbagai kelengkapan perang yang dibutuhkan, mereka berhasil mengumpulkan 3000 orang dari suku Quraisy dan sekutu-sekutunya, seperti Bani Kinanah dan orang-orang Tihamah, bahkan ada di antara mereka adalah kaum wanita yang berjumlah 15 orang untuk mendorong pasukan musyrikin agar berperang sampai mati untuk menjaga martabat. Mereka juga memiliki hewan tunggangan sebanyak 3000 unta dan 200 kuda serta ditambah 700 baju besi.

Seorang tawanan perang Badar yang dibebaskan secara gratis oleh Rasulullah yaitu Abu Izzah Amr bin Abdullah Al Jumahi dibujuk oleh Shofwan bin Umaiyyah agar membantu pasukan Musyrikin dengan syairnya, karena dia seorang penyair. Awalnya Abu Izzah Al Jumahi menolak karena merasa berhutang budi dengan Rasulullah. Tapi Shofwan menjanjikan kekayaan dan jika Abu Izzah Al Jumahi ternyata terbunuh maka anak-anak perempuannya akan mendapat jatah dari Shofwan. Maka Abu Izzah Al Jumahi menurutinya.

Jubair bin Al Muth’im yang kehilangan pamannya yaitu Thu’aimah bin Adi yang terbunuh karena perang Badar menyuruh budak kulit hitamnya yang bernama Wahsyi, seorang ahli melempar tombak dari Abbisinia yang lemparannya jarang meleset dari sasaran, untuk membunuh Hamzah sebagai pembalasan. Jika berhasil, maka Wahsyi akan dimerdekakan.

Abu Sufyan bin Harb sebagai pemimpin komando umun, Khalid bin Walid sebagai komandan penunggang kuda yang dibantu oleh Ikrimah bin Abu Jahal. Sedangkan bendera dipegang oleh Bani Abduddar. Lalu pasukan Quraisy mulai bergerak menuju Madinah. Abu Sufyan berangkat bersama istrinya yaitu Hindun binti Utbah. Ikrimah bin Abu Jahal bersama istrinya yaitu Ummu Hakim binti Al Harits bin Hisyam bin Al Mughirah.

Sementara itu di Madinah, Nabi Muhammad telah mengetahui kabar secara rinci tentang keadaan pasukan Quraisy dari pamannya yaitu Abbas dengan mengirim utusannya ke Madinah. Lalu penduduk Madinah diperintahkan untuk selalu waspada. Para laki-laki selalu membawa senjata meskipun mereka sedang sholat.

Sementara itu pasukan musyrikin Quraisy semakin mendekati kota Madinah hingga mereka singgah di sebuah tempat dekat gunung Uhud. Di Madinah, Rasulullah berdiskusi dengan para sahabat mengenai cara untuk melawan serangan musyrikin Quraisy.

Untuk menghadapi masa-masa kritis tersebut, Rasulullah bermusyawarah dengan para sahabat terpilih. Awalnya, Rasulullah berpendapat bahwa kaum muslimin bertahan di Madinah saja, dengan asumsi jika kaum musyrikin menyerbu kota, maka kaum muslimin dapat langsung menghalau mereka dari balik lorong-lorong ditambah serangan dari kaum wanita dari atas rumah. Abdullah bin Ubay bin Salul, seorang tokoh munafik, langsung menyetujui pendapat Rasulullah tersebut. Saat itu dia hadir sebagai tokoh dari kaum Khazraj. Namun dia menyetujuinya bukan karena strategi perang atau patuh kepada Rasulullah, tapi lebih karena keinginannya untuk tidak ikut berperang dalam keadaan tidak diketahui oleh pihak muslimin.

 Namun sejumlah sahabat memiliki pendapat lain bahwa kaum muslimin harus keluar dari kota Madinah dan menyambut pasukan musyrikin Quraisy dengan pertempuran, sekaligus sebagai bukti bahwa mereka bukan kaum pengecut.

Maka Rasulullah menerima usulan tersebut dan segera menyerukan kaum muslimin untuk bersiap-siap melawan musyrikin Quraisy. Sebagai tanda kesiapannya, Rasulullah memakai baju besi serta membawa senjata.

Para sahabat yang agak memaksa Rasulullah agar kaum muslimin keluar dari kota Madinah merasa agak sungkan dan menyesal karena telah mendesak Rasulullah. Namun Rasulullah menjawab dengan tegas, “Pantang bagi seorang Nabi yang telah memakai baju perang untuk melepaskannya kembali hingga ketentuan Allah ditetapkan antara dia dengan musuhnya”.

Maka terbentuklah pasukan perang kaum muslimin yang terdiri dari 1000 orang, 100 orang di antaranya memakai baju perang, dan 50 pasukan berkuda. Abdullah bin Umi Maktum ditugaskan untuk menjaga kota Madinah dan memimpin sholat bagi orang-orang yang masih berada di Madinah.

Namun di tengah perjalanan saat musuh semakin dekat dan mereka dapat saling melihat, Abdullah bin Ubay melakukan pembelotan bersama 300 orang lainnya yang juga ikut mundur dengan alasan bahwa peperangan berarti membunuh diri sendiri. Dia mengungkit-ungkit keputusan Rasulullah yang lebih menyetujui pendapat orang selain Abdullah bin Ubay. Sebenarnya orang-orang munafik tersebut hanya menginginkan adanya kekacauan dan kebimbangan di kalangan pasukan kaum Muslimin dan ini hampir saja terjadi. Namun Allah telah meneguhkan hati mereka untuk semangat bertempur.

Surat Ali Imran ayat 122:

إِذۡ هَمَّت طَّآئِفَتَانِ مِنكُمۡ أَن تَفۡشَلَا وَٱللَّهُ وَلِيُّهُمَاۗ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ  ١٢٢

122.  ketika dua golongan dari padamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.

Sedangkan Allah SWT berfirman tentang orang-orang munafik dalam Surat Ali Imran ayat 167:

وَلِيَعۡلَمَ ٱلَّذِينَ نَافَقُواْۚ وَقِيلَ لَهُمۡ تَعَالَوۡاْ قَٰتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أَوِ ٱدۡفَعُواْۖ قَالُواْ لَوۡ نَعۡلَمُ قِتَالٗا لَّٱتَّبَعۡنَٰكُمۡۗ هُمۡ لِلۡكُفۡرِ يَوۡمَئِذٍ أَقۡرَبُ مِنۡهُمۡ لِلۡإِيمَٰنِۚ يَقُولُونَ بِأَفۡوَٰهِهِم مَّا لَيۡسَ فِي قُلُوبِهِمۡۚ وَٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا يَكۡتُمُونَ  ١٦٧

167.  Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. Kepada mereka dikatakan: "Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)". Mereka berkata: "Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu". Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.

Maka pasukan Rasulullah tinggal berjumlah 700 orang yang meneruskan perjalanan ke gunung Uhud. Saat tiba di Uhud, Rasulullah menyiapkan pasukannya. Beliau memerintahkan 50 orang pemanah yang dipimpin Abdullah bin Jubair Al Anshari untuk berada di sebuah bukit kecil yang sekarang dikenal sebagai Jabal Rumaat (Bukit Pemanah), berjarak sekitar 500 meter dari markas utama kaum muslimin. Dengan begitu mereka dapat melindungi kaum muslimin dan mencegah musuh tidak berniat menyerang dari belakang mereka. Rasulullah berpesan agar mereka tidak turun dalam kondisi apapun sebelum mendapat perintah dari beliau. Sementara sayap kanan pasukan muslimin dipimpin oleh Mundzir bin Amr dan sayap kiri dipimpin oleh Zubair bin Awwam. Para prajurit yang dikenal tangguh dan berani berada di barisan terdepan. Pasukan muslimin sudah siap bertempur pada hari Sabtu pagi, 7 Syawwal 3 Hijriah.

Sementara itu, pasukan musyrikin Quraisy disusun secara berbaris dengan Abu Sufyan sebagai komandan utama, Khalid bin Walid memimpin sayap kanan, dan Ikrimah bin Abu Jahal memimpin sayap kiri. Kaum wanita yang dipimpin oleh Hindun binti Utbah juga ikut memberi semangat kepada kaum musyrikin.

Berikut ini adalah peristiwa penting saat perang Uhud.
§  Hamzah bin Abdul Muththalib, singa Allah, dibunuh oleh Wahsyi dengan lemparan tombak.
§  Saat pasukan musyrikin meninggalkan pertempuran karena terdesak oleh kekuatan pasukan Muslimin, 40 dari 50 pasukan pemanah segera turun dari bukit untuk mengambil rampasan perang tanpa ada perintah dari Rasulullah. Khalid bin Walid yang melihatnya segera berbalik dan menyerang pasukan muslimin dari arah belakang. Pasukan muslimin menjadi kacau balau dan mengalami kekalahan.
§  Rasulullah sempat terluka dan sempat dianggap telah meninggal oleh pihak musyrikin. Namun beliau masih hidup dan pulang dengan selamat bersama pasukan muslimin yang tersisa.

Kekalahan ini adalah ujian dan pelajaran bagi kaum muslimin. Namun mereka tetap terus bersemangat dalam menegakkan agama Allah hingga mencapai kemenangan sebenarnya.

Persembahan dari



(Benteng Terpadu Raya)


Referensi:
·         Mubarakfuri, Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah. Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·         Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri. Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam. 2000. Jakarta Timur: Darul Falah.


No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts