Friday, June 14, 2019

MAKET BETTERPAD-RAY - Perspektif Kebudayaan Indonesia yang Beragam



Masalah utama yang dibahas tentang arsitektur tradisional di masa modern adalah: bagaimakah penerapan identitas budaya atau adat dapat diterapkan pada bangunan-bangunan baru secara tepat? Mencari dan menemukan identitas budaya adalah hal yang sulit bagi bangsa Indonesia, karena proses sejarah yang terus berjalan hingga zaman modern ini, yaitu adanya negara yang bernama Indonesia. Kesulitan-kesulitan ini disebabkan oleh berbagai hal.
Pertama adalah perbedaan ragam budaya di Indonesia. Masyarakat Bangsa Indonesia mengetahui bahwa sejarah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dari Sabang sampai Merauke adalah karena memiliki persamaan nasib dan penderitaan karena penjajahan Belanda. Sebenarnya semua suku bangsa di Indonesia tidak memiliki cukup banyak persamaan dalam hal budaya untuk dapat dipandang sebagai suatu kesamaan dan suatu kesatuan bangsa, baik dalam hal bahasa, adat istiadat, maupun kepercayaan. Semua itu memiliki perbedaan-perbedaan yang cukup besar antara satu dengan yang lain. Namun ada tekad yang telah lahir dalam Sumpah Pemuda tahun 1928 tentang satu tumpah darah, satu bangsa, dan satu bahasa yaitu Indonesia. Kemudian semangat kemerdekaan 1945 telah berhasil menyatukan berbagai suku bangsa yang berbeda sehingga rasa kebangsaan Indonesia semakin kuat.
Setelah kemerdekaan, bangsa Indonesia memilih bentuk republik yang bersifat demokratis. Secara historis, republik adalah hal yang baru bagi bangsa Indonesia. Sebelumnya sejarah Indonesia hanya mengenal bentuk kerajaan. Karena itu banyak terjadi kesalahpahaman tentang arti kaidah-kaidah kehidupan yang baru. Banyak norma kehidupan sehari-hari yang diganti dengan yang baru.
Di bidang sosial politik, misalnya tentang pengertian oposisi. Suatu pihak menganggap bahwa oposisi adalah hal yang lumrah dalam demokrasi, bahkan diperlukan. Sementara pihak lain yang masih terbiasa berpikir dalam pola otokratis menganggap bahwa oposisi adalah ketidakpatuhan terhadap penguasa dan merupakan bibit pemberontakan yang perlu ditumpas. Lalu yang dimaksud pemerintah adalah penguasa atau pamong (pelayanan publik)? Secara undang-undang jelas bahwa peran pemerintah lebih ke arah sebagai pamong. Namun banyak masyarakat yang masih terbiasa memandang pemerintah sebagai penguasa seperti zaman kerajaan. Terlebih kalangan aparat pemerintah bertindak lebih ke arah penguasa, sadar atau tidak.
Kemudian dalam kehidupan ekonomi, masih menjadi permasalahan apakah mengusahakan keuntungan yang sebesar-besarnya adalah hal yang benar atau tidak? Hal ini tidak dilihat dari masalah hukum, melainkan secara etika normatif. Masyarakat masih menganggap bahwa mencari keuntungan sebesar mungkin berarti bersikap rakus dan bukan tindakan yang patut dipuji secara rasional. Hingga kini belum ada batas keuntungan yang dianggap wajar berdasarkan kesepakatan.
Tentang republik, ada pertanyaan tentang stratifikasi sosial. Misalnya kedudukan manakah yang lebih tinggi antara keturunan bangsawan, ulama, pejabat pemerintah, politisi, perwira, kaum cendekiawan, orang yang dituakan, dan orang-orang kaya (pengusaha). Bila pertanyaan tersebut diajukan maka akan diperoleh jawaban yang berbeda-beda yang membuktikan belum adanya suatu kesatuan norma dalam masyarakat. Jika contoh-contoh tersebut dikaji secara lebih mendalam maka dapat diketahui bahwa sesungguhnya akar pandangan filosofislah yang menciptakan perbedaan-perbedaan tersebut. Tidak heran jika seseorang di zaman sekarang sering kebingungan menghadapi situasi tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Bangsa Indonesia yang sampai saat ini (2019) masih dikatakan sebagai negara baru berkembang, seperti negara-negara lain yang setara, masih memiliki perasaan sebagai masyarakat terbelakang dibandingkan  negara-negara lain yang telah maju, entah disadari atau tidak. Karena itu masyarakat Indonesia merasa perlu berusaha untuk mengejar ketertinggalan itu. Umumnya mereka berpendapat bahwa modernisasi adalah jawabannya. Segala sesuatu harus dimodernisasi agar bisa mengejar ketertinggalan. Maka modernisasi dipacu terutama dalam bidang teknologi dan pembangunan ekonomi. Maka ada anggapan baru tentang nilai-nilai yang dipakai untuk mengukur keberhasilan dan keluhuran manusia modern. Manusia baik bukanlah yang sholeh, rendah hati, sederhana, sopan santun, dan sebagainya. Manusia yang produktif, bercita-cita tinggi, agresif, dan pragmatis adalah contoh manusia yang dianggap baik di zaman modern. Ini benar-benar terbalik dengan tata nilai lama.
Perkembangan kebudayaan modern ternyata memiliki dampak negatif. Industri yang sangat maju ternyata menyebabkan pencemaran lingkungan yang mengganggu kelestarian alam. Industri juga mendorong tingkat konsumsi yang berlebihan yang tertanggungkan oleh sumber daya alam yang tersedia. Kemajuan teknologi telah menyebakan terciptanya senjata-senjata pemusnah yang sangat dahsyat dan berdampak masif. Sementara itu telah terbukti bahwa kemajuan ekonomi dan tingkat kemakmuran tidak membuat manusia benar-benar merasa bahagia dan sejahtera. Tatanan ekonomi dan politik yang baru telah menyebabkan adanya jurang pemisah yang semakin lebar antar negara-negara maju dengan yang terbelakang. Hal ini menyebabkan ketidakstabilan politik dunia yang juga terjadi pada negara-negara maju. Karena itu timbul pertanyaan bahwa apakah umat manusia sekarang telah memilih jalan yang tepat untuk mencapai kesejahteraan dan kelestarian alam? Jika tidak, apakah ada jalan lain yang dapat ditempuh dan ke arah manakah perjalanan bangsa yang dituju?
Dari hal-hal tadi dapat disadari tentang besarnya kesulitan budaya yang dihadapi manusia. Jika hendak membahas tentang ciri budaya yang akan diterapkan dalam arsitektur zaman sekarang, maka ada beberapa pertanyaan. Budaya mana yang ingin dicerminkan? Yang dahulu telah dimiliki atau yang sedang diubah? Atau yang akan datang yang belum diketahui wujudnya?
Maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya “Tembok Mural”) adalah desain kompleks bangunan yang memperlihatkan arsitektur budaya Indonesia, Insya Allah dapat terwujud. Desain Betterpad-Ray adalah hasil usaha untuk menerapkan arsitektur tradisional Indonesia terhadap arsitektur di zaman modern. Hal yang paling terlihat tentang arsitektur tradisional di desain Betterpad-Ray adalah keberadaan Pendapa yang bernama Pendapa Peradaban, yaitu paviliun khas arsitektur Jawa, meskipun di daerah lain di Indonesia ada juga bangunan sejenis pendapa. Yang dimaksud paviliun di Indonesia adalah tempat untuk berkumpul, bercengkerama, bermusyawarah, menampilkan pertujukan budaya, dan sebagainya yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu. Memang arsitektur Pendapa Peradaban cenderung memperlihatkan budaya Jawa dan tidak bisa menampilkan seluruh arsitektur budaya daerah lain. Ini adalah salah satu kesulitan untuk memperlihatkan budaya tradisional dengan nama Indonesia, sebab hampir sulit ditemukan budaya yang menunjukkan identitas Indonesia secara keseluruhan karena keanekaragaman suku bangsanya. Namun setidaknya Pendapa Peradaban juga tidak benar-benar memperlihatkan bangunan khas Jawa secara original, karena adanya balkon yang dibatasi pagar. Balkon berpagar ini dapat ditemukan pada arsitektur budaya daerah lain di Indonesia. Agar terlihat lebih membawa nama Indonesia, di depan Pendapa Peradaban terdapat bendera Indonesia yaitu bendera Merah Putih yang dipasang pada tiang. Selain itu, mungkin dapat dibuat gambar-gambar atau ukiran tentang rumah tradisional dan arsitektur budaya seluruh daerah di Indonesia yang ditampilkan di dalam Pendapa Peradaban. Pendapa Peradaban juga dapat digunakan untuk tempat pertunjukkan kebudayaan seluruh Indonesia.
Desain kompleks bangunan Betterpad-Ray cocok untuk kantor atau gedung pemerintahan. Adanya paviliun terbuka menunjukkan sikap pemerintah yang terbuka dan mau menerima serta memberikan solusi tentang permasalahan masyarakat melalui musyawarah. Sedangkan Bangunan Utama Betterpad-Ray jika dilihat secara sekilas, memang cocok digunakan sebagai pusat kantor. Kompleks bangunan Betterpad-Ray dibuat untuk tujuan pendidikan dan sosial budaya, bukan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. Jika terwujud, berbagai pihak dan orang-orang dari berbagai profesi dapat masuk ke Betterpad-Ray dengan berbagai kontribusinya untuk bangsa dan negara, karena Betterpad-Ray dapat dijadikan sebagai tempat bermusyawarah, berinteraksi, dan memperoleh ilmu pengetahuan dengan berbagai fasilitas yang telah didesain.

Masjid Syahadat

Pendapa Peradaban

Bangunan Utama Betterpad-Ray

Demikianlah penjelasan dari artikel mengenai desain maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya). Insya Allah bisa diwujudkan. Aamiin. Mohon maaf apabila ada kesalahan terutama di artikel ini.


Referensi:
·         Prof. Ir. Eko Budihardjo, M.Sc. Jati Diri Arsitektur Indonesia. 1997. Bandung: Penerbit Alumni.  *Termasuk oleh: Ir. Hindro Tjahjono Sumardjan, IAI, seperti yang tercantum dalam buku referensi.  (https://archive.org/stream/BukuArsitektur/1140_Jati%20Diri%20Arsitektur%20Indonesia#page/n1/mode/2up)


No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts