Wednesday, June 12, 2019

MAKET BETTERPAD-RAY - Wujud dan Struktur Rumah sebagai Refleksi Gaya Hidup



Sebagai refleksi gaya hidup, rumah atau bangunan dapat dilihat dari struktur maupun denah pokoknya. Contohnya adalah rumah-rumah orang Jawa pada zaman dahulu, setidaknya dapat diketahui dari rumah-rumah yang masih bertahan hingga sekarang atau menurut cerita orang tua (Ibu saya) dan orang yang sudah tua. Biasanya, rumah-rumah orang Jawa pada zaman dahulu memiliki atap dengan bentuk limasan, ada juga sebagian yang memakai atap joglo, dan pada atap pusatnya ditopang oleh tiang-tiang yang disebut “soko guru”. Untuk rumah Jawa limasan, biasanya ada 8 buah tiang yang menopang atap pusat. Jika dilihat secara denah lantai, maka bentuk rumah limasan Jawa adalah persegi panjang yang simetris dan biasanya ada dua bangunan, yaitu rumah utama di bagian depan dan dapur yang luas di bagian belakang. Pada bagian depan rumah utama terdapat teras yang memanjang mengikuti panjang rumah dengan lebar kira-kira 2 meter. Teras ini berguna sebagai tempat untuk berangin-angin, berbincang-bincang, beristirahat, atau digunakan untuk menyimpan hasil panen untuk sementara. Memang pada zaman dahulu di Jawa, ragam mata pencaharian memang masih terbatas. Hampir semua penduduk desa mempunyai sawah dan bekerja sebagai petani. Bahkan penduduk desa memiliki hewan ternak sendiri seperti kambing dan sapi. Ada juga yang menambah penghasilan dengan berdagang yang dapat dilakukan di pasar atau di depan (bagian) rumah. Ada juga orang yang bisa mampir berteduh di teras rumah seseorang saat hujan. Ini adalah hal yang biasa dan pemilik rumah pun merasa tidak masalah dan ini memang manfaat teras rumah secara sosial.
Contoh maket Pendapa Joglo

Biasanya pada zaman dahulu, mungkin karena masih sedikitnya penduduk, rumah-rumah di Jawa memiliki halaman rumah yang luas. Halaman yang luas ini berguna sebagai tempat penjemuran hasil panen, seperti beras, jagung, dan kacang-kacangan dengan alas tikar bambu. Jika masuk ke dalam rumah utama, maka akan langsung ke dalam ruang keluarga yang luas atau bisa digunakan sebagai ruang tamu. Bagi orang yang punya dana lebih, di depan rumah utama terdapat pendapa (paviliun) yang digunakan untuk menerima tamu, sehingga privasi di dalam rumah utama lebih terjaga. Di ruang utama ini, para anggota keluarga bisa berbincang-bincang, makan, atau tiduran. Di samping atau bagian belakang rumah utama Jawa limasan terdapat kamar-kamar yang letaknya dapat sesuai kebutuhan. Sedangkan di belakang rumah utama terdapat bangunan dapur yang luas. Dapur yang luas ini memang berguna jika digunakan untuk memasak dalam jumlah besar, biasanya untuk acara syukuran atau pernikahan. Dapur model lama di Jawa menggunakan tungku berbentuk balok atau kotak yang terbuat dari batu atau semen yang memiliki lubang di atasnya untuk wadah panci dan lubang di samping untuk memasukkan kayu bakar atau sekam bila ada, sehingga biasanya menghasilkan asap yang cukup banyak. Dapur menjadi tempat untuk penyimpanan peralatan memasak, bahan makanan termasuk hasil panen, dan tempat sampah. Sebenarnya posisi dapur juga bisa berada di samping rumah utama, tergantung dari kebutuhan atau kondisi lahan. Sedangkan pada zaman dahulu, sumur berada di belakang atau samping rumah dan ada bangunan kecil yaitu kamar mandi denga mengambil air langsung dari sumur timba. Ada juga kamar mandi yang berada di dalam bangunan dapur. Untuk rumah-rumah tertentu, toilet sudah menjadi satu bagian dengan kamar mandi, meskipun bentuknya masih sederhana. Zaman dahulu di Jawa, tidak semua orang memiliki toilet, sehingga mereka harus pergi ke sungai atau dekat kumpulan tumbuhan bambu.
Semakin lama, zaman semakin modern hingga masa kini sehingga rumah-rumah di Jawa mengalami perubahan meskpiun tetap ada yang menunjukkan unsur rumah tradisional Jawa limasan. Yang paling sederhana, listrik sudah ada di rumah-rumah di Jawa sehingga sudah ada lampu listrik, televisi, pompa air, dan sebagainya. Karena adanya televisi parabola maka akan terlihat adanya parabola penangkap sinyal di bagian atap rumah-rumah Jawa. Karena pembagian warisan, kadang-kadang rumah lama harus dibongkar dan diganti dengan rumah modern dengan lahan yang telah dibagi. Rumah-rumah modern memiliki ukuran yang lebih kecil dari rumah utama. Atap limasan telah diganti dengan atap pelana maupun atap perisai sesuai bentuk rumah. Teras rumah menjadi lebih kecil, kira-kira setengah dari teras rumah Jawa tradisional. Bangunan yang tadinya berbahan kayu sudah diganti dengan bahan dari batu bata dan semen. Tadinya yang lantai rumahnya mungkin hanya berupa tanah telah digantikan dengan keramik. Tadinya menggunakan jendela yang hanya berbahan kayu sudah diganti dengan jendela kaca. Ruang keluarga lebih sempit dari sebelumnya tanpa adanya tiang-tiang penyangga seperti rumah Jawa lama. Terkadang ada yang membuat ruang keluarga sekaligus sebagai ruang tamu dan ada juga memisahkannya (membedakannya). Posisi kamar-kamar juga diatur sesuai kebutuhan. Dapur terletak di bagian belakang dan lebih sempit dari dapur tradisional, karena sudah memakai kompor gas. Namun tetap ada yang masih mempertahankan dapur utama atau membuat dapur utama yang baru karena masih ada yang memakai tungku kayu, untuk menyimpan hasil panen, atau memasak bila ada acara. Biasanya posisi kamar mandi (termasuk kloset) menjadi satu dengan dapur pada rumah modern di Jawa. Karena ada mesin pompa air dan tandon, maka tidak perlu menimba air di sumur, walaupun ada yang wujud sumur timbanya masih ada. Karena adanya kendaraan bermotor seperti sepeda motor dan mobil, maka juga dibuat garasi di samping depan rumah. Hal ini berbeda dengan rumah Jawa pada zaman dahulu. Meskipun ada orang-orang relatif kaya, namun jarang sekali ada yang memiliki sepeda motor atau mobil karena Indonesia baru merdeka (tahun 1945), perekonomian yang belum stabil, dan tidak ada industri mobil nasional hingga sekarang. Industri mobil nasional masih belum berjalan serius. Berbeda dengan Amerika Serikat yang pada adab ke-20 sudah memiliki industri mobil dan sudah ada banyak warganya yang memiliki mobil.
Di zaman modern, adanya berbagai macam pekerjaan di pemerintahan, pabrik, atau kantor membuat sebagian penduduk desa pindah kota, minimal kota terdekat. Maka muncullah pemukiman baru baik pemukiman biasa maupun perumahan. Para pekerja kantor dan pabrik tidak memiliki hasil panen seperti generasi sebelum mereka yang bekerja sebagai petani, sehingga tidak perlu ada ruang penyimpanan panen yang luas seperti dapur atau halaman yang luas untuk penjemuran. Rumah cukup sebagai tempat istirahat dan berlindung. Jika ada acara pernikahan maka tidak dilakukan di rumah seperti di desa-desa, namun resepsi diadakan di gedung pernikahan. Hal-hal seperti ini pasti juga terjadi di daerah-daerah lain di Indonesia dalam kehidupan masyarakat modern. Selain itu, perbedaan status sosial juga menyebabkan perbedaan gaya hidup yang tampak pada rumah. Kelompok masyarakat menengah ke bawah hanya memiliki rumah sederhana dengan ruangan yang secukupnya. Sedangkan kelompok menengah ke atas biasanya memiliki rumah yang mewah, besar, dengan berbagai fasilitas yang jarang ditemukan pada rumah biasa.

Contoh Rumah Jawa dengan Atap Limasan

Maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya “Tembok Mural”) adalah desain kompleks bangunan yang merefleksikan gaya hidup masyarakat Indonesia yang sesungguhnya dan gaya hidup modern dengan mengambil sisi positifnya. Contoh paling jelas adalah adanya pendapa yang luas yang disebut Pendapa Peradaban. Masyarakat Indonesia pada dasarnya suka berkumpul dan bermusyawarah sambil berbincang-bincang dengan disuguhi jamuan. Maka Pendapa Peradaban dapat digunakan sebagai tempat bermusyawarah mengenai berbagai masalah dengan adanya jamuan. Di Pendapa Peradaban juga dapat ditampilkan berbagai kesenian daerah dari seluruh Indonesia sebagai hiburan yang positif dan bermanfaat. Lalu Bangunan Utama Betterpad-Ray adalah bangunan yang merefleksikan gaya hidup modern. Orang-orang yang melihat tampilan Bangunan Utama dapat menduga bahwa bangunan tersebut digunakan sebagai kantor, meskipun ada niat untuk merencanakannya sebagai museum. Kantor adalah bangunan dengan berbagai pekerjaan dalam ruangan yang biasanya berurusan dengan komputer dan kertas untuk tujuan instansi atau organisasi. Maka dibuatlah desain bangunan yang di dalamnya terdapat berbagai ruangan dengan setiap tugas atau pekerjaan.
Masjid Syahadat di Betterpad-Ray dibuat sebagai tempat ibadah (umat Islam). Sudah menjadi kewajiban bagi manusia untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Masjid Syahadat didesain agar dapat memberikan kenyamanan bagi para jamaah saat beribadah. Dengan luasnya bangunan, maka diharapkan mampu menampung jamaah dalam jumlah banyak. Selain itu, aktivitas olahraga adalah gaya hidup yang penting untuk menjaga kesehatan. Maka halaman Betterpad-Ray dibuat dengan ukuran yang luas agar dapat digunakan untuk berolahraga, bisa senam, jogging mengelilingi kompleks bangunan, bersepeda, olahraga atletik di lapangan, dan sebagainya.  

Masjid Syahadat

Pendapa Peradaban

Bangunan Utama Betterpad-Ray

Demikianlah penjelasan dari artikel mengenai desain maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya). Insya Allah bisa diwujudkan. Aamiin. Mohon maaf apabila ada kesalahan terutama di artikel ini.


Referensi:
·        Prof. Ir. Eko Budihardjo, M.Sc. Jati Diri Arsitektur Indonesia. 1997. Bandung: Penerbit Alumni.  *Termasuk oleh: Prof. Dr. S. Budhisantoso, seperti yang tercantum dalam buku referensi.  (https://archive.org/stream/BukuArsitektur/1140_Jati%20Diri%20Arsitektur%20Indonesia#page/n1/mode/2up)

(Hobi Arsitektur)

No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts