Maryam binti Imran
tinggal di sebuah kamar di lantai atas di lingkungan Baitul Maqdis. Di situ
Maryam tak pernah berinteraksi dengan dunia luar. Satu-satunya orang yang
mengunjunginya hanyalah Zakaria sebagai pengasuhnya. Maryam tumbuh hingga menjadi
seorang gadis di dalam kamar tersebut. Dia selalu beribadah kepada Allah SWT
dengan penuh kekhusyukan dan rasa cinta yang mendalam.
Zakaria mengasuh Maryam
dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang, memang saat itu Zakaria belum
dikaruniai seorang anak yang sangat diharapkan keberadaannya. Pada setiap waktu
luang, Zakaria selalu datang menjenguk Maryam di sebuah kamar lingkungan Baitul
Maqdis. Beliau memeriksa keadaan Maryam, mengurus kebutuhannya, dan menyediakan
segala sesuatu yang membuat Maryam merasa tenang, aman, dan nyaman. Tidak satu
hari pun Zakaria melalaikan tanggung jawabnya sebagai pengasuh Maryam.
Pada suatu hari,
Zakaria mengunjungi kamar Maryam seperti biasanya dengan menaiki tangga. Beliau
membawa makanan yang lezat bagi Maryam. Sampai di lantai atas, beliau melihat
Maryam sedang berada di mihrab dan dia sedang beribadah, berzikir, dan bersujud
kepada Allah SWT. Namun, Zakaria terkejut saat melihat ada yang aneh di mihrab
tersebut. Ternyata beliau melihat buah-buahan musim panas yang terletak di
depan Maryam yang sedang beribadah. Beliau berpikir, dari mana datangnya
buah-buahan itu di kamar Maryam, padahal saat itu sedang musim dingin dan
tentunya tidak ada buah-buahan musim panas. Zakaria juga tidak merasa bahwa ada
orang selain dirinya yang datang mengunjungi Maryam. Maka beliau menghampiri
Maryam dan segera bertanya setelah Maryam bersujud dan mengangkat kepalanya, “Wahai
Maryam, dari manakah engkau memperoleh makanan ini, padahal tidak orang selain
diriku yang mengunjungimu dan engkau juga tidak keluar dari mihrab ini? Selain itu
buah-buahan ini adalah buah-buahan musim panas yang tak dapat dibeli di pasar
saat musim dingin seperti ini.”
Maryam menjawab, “Ini
adalah karunia Allah SWT kepadaku. Dan mengapa engkau merasa heran dan takjub?
Allah SWT Maha Kuasa memberikan rezeki kepada siapapun yang Dia kehendaki tanpa
perhitungan”.
Surat Ali Imran ayat 37:
فَتَقَبَّلَهَا
رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٖ وَأَنۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنٗا وَكَفَّلَهَا
زَكَرِيَّاۖ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيۡهَا زَكَرِيَّا ٱلۡمِحۡرَابَ وَجَدَ عِندَهَا
رِزۡقٗاۖ قَالَ يَٰمَرۡيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَاۖ قَالَتۡ هُوَ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ
إِنَّ ٱللَّهَ يَرۡزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَابٍ ٣٧
37. Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar)
dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan
Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui
Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai
Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab:
"Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki
kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.
Sejak saat itu, Zakaria
sadar bahwa Maryam bukanlah gadis biasa seperti gadis-gadis lainnya. Terlebih
lagi saat musim panas tiba, Zakaria juga melihat buah jeruk yang berada di
kamar Maryam. Maryam adalah wanita sholihah pilihan Allah SWT yang akan
memiliki kedudukan yang mulia dan berperan penting dalam kehidupan di dunia
ini. Maka Zakaria semakin menyayangi Maryam yang merupakan anak saudara
isterinya tersebut. Beliau semakin berusaha untuk mengasuh dan menjaga Maryam
dengan sebaik-baiknya.
Baca Juga, Penting untuk Diketahui saat Ada Ancaman Virus: Hebatnya Empon-Empon, dari Bumbu Dapur hingga Penambah Daya Tahan Tubuh
Allah SWT telah
menunjukkan tanda-tanda kemuliaan Maryam sebagai gadis suci yang istimewa. Maryam
selalu mencurahkan hidupnya untuk Allah SWT. Ia tak pernah keluar dari kamarnya
dalam kondisi apapun, karena dia ingin memenuhi nazar ibunya. Dan dari rahim
Maryam akan lahir seorang Nabi Besar yang bernama Isa Al-Masih.
Referensi:
· As Sayyid, Kamal
dan Anis, Selma (Penerjemah). 2005. Kisah-kisah
Terbaik Alquran. Jakarta: Pustaka Zahra.
· mafiadoc.com_25-kisah-para-nabi_5a17d36a1723ddce5c8a2001
(PDF)
No comments:
Post a Comment