Terdapat beberapa versi
mengenai penyebab wafatnya Nabi Yahya. Pada dasarnya, semua versi hampir
memiliki inti yang sama. Yang paling terkenal adalah bahwa ada salah satu raja
pada zaman Nabi Yahya yang hendak menikahi wanita yang dilarang dinikahinya.
Maka Nabi Yahya melarang sang raja agar tidak melakukan perbuatan tersebut.
Keinginan sang raja dilarang dalam syariat kitab suci. Calon isteri sang raja
merasa tidak senang terhadap Nabi Yahya. Sang raja benar-benar mencintai calon
isterinya tersebut, sehingga dia berjanji akan memberikan sesuatu yang
diinginkan calon isteri. Maka wanita tersebut meminta darah Nabi Yahya. Maka
raja memerintahkan orang-orang untuk membunuh Nabi Yahya. Sesuatu yang buruk
terjadi. Mereka membawa kepala dan darah beliau dalam sebuah bejana. Konon,
sang calon isteri langsung binasa.
Ada pendapat lain,
yaitu calon isteri raja menyukai Nabi Yahya, namun Yahya menolaknya. Wanita itu
merasa kecewa, maka ia berencana untuk membujuk raja agar dapat membunuh Nabi
Yahya. Sebenarnya sang raja menolak permintaan tersebut. Namun karena desakan
sang calon isteri, sang raja akhirnya mau menuruti permintaan tersebut. Raja
tersebut memerintahkan bawahannya untuk membunuh Nabi Yahya dan membawa kepala
beserta darah beliau di dalam sebuah bejana.
Menurut berbagai versi,
raja tersebut bernama Hirodus yang merupakan raja Romawi yang juga menguasai
Palestina dan Suriah. Dikatakan bahwa dia adalah raja yang hidup dalam
kemewahan dan suka bermabuk-mabukan. Konon, dia menuruti permintaan wanita yang
dicintainya itu setelah minum minuman keras dalam suatu pesta. Sedangkan wanita
yang hendak dinikahi adalah anak tirinya sendiri, yaitu anak isterinya dari
pernikahan sebelumnya. Ada juga pendapat bahwa wanita tersebut adalah isteri
saudaranya Hirodus.
Ada dua pendapat besar
di antara para ulama mengenai tempat terbunuhnya Nabi Yahya, yaitu di Masjidil
Aqsha atau tempat lainnya.
Baca Juga, Penting untuk Diketahui saat Ada Ancaman Virus: Hebatnya Empon-Empon, dari Bumbu Dapur hingga Penambah Daya Tahan Tubuh
Baca Juga, Penting untuk Diketahui saat Ada Ancaman Virus: Hebatnya Empon-Empon, dari Bumbu Dapur hingga Penambah Daya Tahan Tubuh
Berikut ini adalah
beberapa pendapat para ulama:
Ats-Tsauriy berkata
dari Al A'masy dari Syamr bin ‘Athiyah, ia berkata, “Ada tujuh puluh Nabi yang
dibunuh di ash Shakhr (batu karang) yang berada di dalam Baitul Maqdis,
diantaranya Yahya bin Zakaria.”
Abu “Ubaid Al Qasim bin
Salaam berkata, “Abdullah bin Shalih telah menceritakan kepada kami, dari Al
Laits dari Yahya bin Sa’id dari Sa’id bin Al Musayyab, ia berkata, “Bukhtanashr
datang ke Damaskus dan mendapati darah Yahya bin Zakaria sedang mendidihkan. Ia
bertanya tentangnya, maka mereka memberitahukannya. Lalu Bukhtanashr membunuh
70.000 orang sebagai gantinya”.”. Riwayat ini sanadnya shahih hingga Sa’id bin Al
Musayyab. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Yahya wafat di kota Damaskus,
sedangkan kisah Bukhtanashr terdapat setelah masa Al Masih, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Hasan Al Bashri. Wallahu a’lam.
Al Hafizh Ibnu Asakir
meriwayatkan dari jalur Al Walid Bani Israil Muslim, dari Zaid bin Al Waqid, ia
berkata, “Aku pernah melihat kepala Yahya bin Zakaria ketika orang-orang hendak
membangun masjid Damaskus. Kepala tersebut dikeluarkan dari salah satu sudut
kiblat yang berdampingan dengan mihrab yang mengarah ke timur. Kulit dan
rambutnya masih seperti sedia kala dan tidak berubah”. Dalam sebuah riwayat
dikatakan: Seolah-olah ia baru saja dibunuh. Disebutkan berkaitan dengan
pembangunan masjid Damaskus bahwa kepala Nabi Yahya berada di bawah salah satu
tiang masjid yang dikenal sebagai tiang as Sakasakah. Wallahu a’lam.
Yang jelas, dari
berbagai kisah disebutkan bahwa Nabi Yahya mati syahid karena membela kebenaran
ajaran agama. Beliau berani menentang kezaliman meskipun musuhnya adalah orang
yang berkuasa. Ibnu Wahb berkata: “Ibnu Luhai’ah telah menceritakan kepadaku,
dari ‘Uqail dari Ibnu Syihab, ia berkata: “Pada suatu, Rasulullah SAW pernah
keluat bersama para sahabat beliau sedangkan mereka saling membincangkan
keutamaan para Nabi. Ada yang berkata, “Musa adalah Kaliimullah (orang yang diajak berbicara langsung dengan Allah
SWT).” Ada yang berkata, “Isa adalah Ruhullah
wakalimatuhu (roh tiupan dari Allah SWT dan diciptakan dengan
kalimat-Nya).” Ada yang berkata: “Ibrahim adalah Khalilullah (kekasih Allah SWT).” Tatkala mereka memperbincangkan
masalah tersebut, maka beliau (Rasulullah SAW) bersabda, “Di manakah asy Syahid
bin asy Syahid (Yahya bin Zakaria), yang senantiasa memakai pakaian dari wool,
makan dari pepohonan dan sangat takut terhadap dosa?”
Muhammad bin Ishaq
meriwayatkan dari Yahya bin Sa’id Al Anshariy dari Sa’id bin Al Musayyab, Ibnu Al-‘Ash
telah menceritakan kepadaku, bahwa ia pernah mendengar dari Rasulullah SAW
bersabda: “Setiap anak Adam akan datang pada hari Kiamat dengan membawa dosa,
kecuali Yahya bin Zakaria.”
Surat Al-An’am ayat 85:
وَزَكَرِيَّا
وَيَحۡيَىٰ وَعِيسَىٰ وَإِلۡيَاسَۖ كُلّٞ مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ ٨٥
85. dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang shaleh.
Referensi:
· Katsir, Ibnu dan
Hudzaifah, Lc., Abu (Penerjemah). 2007. Kisah
Para Nabi dan Rasul. Jakarta: Pustaka as-Sunnah.
No comments:
Post a Comment