Untuk menghadapi
berbagai penindasan kaum kafir Quraisy, Rasulullah mencegah para sahabat untuk
mengumumkan ke-Islaman mereka secara terang-terangan. Mereka hanya berkumpul
secara rahasia agar tidak diketahui oleh kaum musyrik. Tempat berkumpul rahasia
kaum muslimin adalah rumah Arqam bin Abi Arqam Al-Makhzumi di bukit Shafa,
tempat yang tidak diperhatikan kaum musyrik. Namun, Rasulullah tetap berdakwah
dan beribadah secara terang-terangan.
Penindasan yang
dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap kaum muslimin pada pertengahan dan
akhir tahun keempat kenabian masih bersifat ringan. Namun saat pertengahan
tahun kelima kenabian, tindakan mereka semakin keras. Hal ini membuat kaum
muslimin ingin mencari tempat lain untuk mempertahankan dan melaksanakan ajaran
Islam dengan aman.
Maka rombongan
pertama muslimin dari kalangan para sahabat berhijrah ke negeri
Habasyah/Ethiopia pada bulan Rajab tahun ke-5 kenabian. Mereka terdiri dari 12
orang laki-laki dan 4 orang wanita dan berangkat secara sembunyi-sembunyi.
Utsman bin Affan bertindak sebagai pemimpin rombongan dengan didampingi
isterinya, Ruqayyah binti Rasulullah.
Mereka berhasil
berhijrah dengan selamat sejak dari Mekkah hingga sampai di tujuan, meskipun
orang-orang kafir sempat mengejar mereka hingga ke tepi pantai, namun mereka
sudah berada di dalam kapal dan berlayar menyeberangi lautan. Mereka dapat
hidup dengan aman di Habasyah dan mendapat perlindungan dari penguasa negeri
tersebut.
Pada bulan Syawal di
tahun yang sama, mereka sempat memperoleh kabar bahwa kaum Quraisy telah masuk
Islam. Maka mereka segera pulang ke tanah air mereka. Namun saat mereka hampir
tiba di Mekkah, mereka baru tahu bahwa berita tersebut tidak benar. Maka
sebagian dari mereka kembali ke Habasyah dan sebagian lagi mencari perlindungan
kepada penduduk Mekkah.
Kekerasan yang
dilakukan oleh orang-orang kafir Qurasiy terjadi terus-menerus dan semakin
berat. Maka Nabi Muhammad SAW mengizinkan para sahabat untuk hijrah ke Habasyah
untuk kedua kalinya. Rombongan kedua ini terdiri dari 83 orang laki-laki dan 19
orang wanita. Hijrah ke Habasyah ini adalah hijrah pertama dalam Islam.
Orang-orang kafir
Qurasiy semakin gelisah saat mengetahui bahwa kaum Muslimin di Habasyah hidup
aman dan mendapat perlindungan dari penguasa setempat. Maka mereka mengutus dua
orang yang gigih dan pandai, yaitu ‘Amr bin Ash dan Abdullah bin Rabi’ah
(sebelum masuk Islam) dengan membawa berbagai hadiah. Mereka menemui raja
Najasyi dan membujuknya untuk memulangkan kaum Muslimin kembali ke Mekkah.
Namun raja Najasyi mengambil keputusan bijaksana untuk melindungi kaum Muslimin
dan ditambah adanya penjelasan tentang hakikat Islam dari Ja’far bin Abu Thalib
yang mewakili para sahabat. Maka orang-orang musyrik kembali ke Mekkah tanpa
membawa hasil. Berikut ini adalah percakapan mereka berdasarkan suatu riwayat:
Saat ‘Amr bin Ash dan
Abdullah bin Rabi’ah menemui raja Najasyi, mereka berkata, “Paduka Raja, mereka
yang datang ke negeri ini adalah para budak kami yang tidak tahu malu. Mereka
meninggalkan agama bangsanya dan juga tidak menganut agama paduka, mereka
membawa agama yang diciptakan sendiri yang tidak kami kenal dan paduka juga
tidak mengenalnya. Kami diutus oleh pemimpin-pemimpin mereka agar paduka mau
mengembalikan orang-orang itu kepada mereka. Mereka lebih mengetahui betapa
orang-orang itu mencemarkan dan memaki-maki”.
Sebenarnya kedua utusan
itu telah membuat persetujuan dengan para pembesar kerajaan setelah menerima
hadiah-hadiah agar berusaha memulangkan kaum Muslimin ke pihak Quraisy. Raja
Najasyi belum mengetahui hal ini. Dia menolak melakukannya sebelum mengetahui
penjelasan dari pihak Muslimin. Ja’far bin Abu Thalib bertindak sebagai juru
bicara pihak muslimin.
Raja Najasyi bertanya
kepada pihak Muslimin, “Agama apa yang membuat tuan-tuan meninggalkan
masyarakat kalian, tetapi juga tidak menganut agamaku atau agama lain?”.
Ja’far menjawab,
“Paduka Raja, saat itu kami hidup dalam jahiliyah, kami menyembah berhala,
memakan bangkai, berbuat kejahatan, memutuskan hubungan dengan kerabat, tidak
berbuat baik terhadap tetangga, yang kuat menindas yang lemah. Inilah keadaan
kami hingga Tuhan mengutus seorang Rasul dari kalangan kami yang sudah lama
kami kenal, dia jujur, dapat dipercaya, dan bersih. Dia mengajak kami untuk
menyembah Allah Yang Maha Esa, meninggalkan berhala yang kami dan nenek moyang
kami menyembahnya. Ia menganjurkan untuk tidak berdusta, berlaku jujur, serta
mengadakan hubungan keluarga dan tetangga secara baik, serta menghindari
kekerasan dan perbuatan terlarang lainnya. Ia melarang kami berbuat jahat dan
berkata dusta, memakan harta anak yatim
atau mencemarkan wanita-wanita yang suci. Ia menyuruh kami melakukan shalat,
zakat, dan puasa. (lalu disebut beberapa ketentuan Islam). Kami membenarkannya,
kami menjalankan perintah Allah, lalu kami hanya menyembah Allah Yang Tunggal,
tidak mempersekutukan-Nya dengan yang lain. Kami menjauhi yang haram dan
melakukan yang halal. Karena itu, masyarakat kami memusuhi kami, menyiksa kami
dan menghasut agar kami meninggalkan agama kami dan kembali menyembah berhala,
agar membenarkan segala keburukan. Mereka memaksa kami, menganiaya kami,
menghalangi kami dari agama kami, maka kami pergi ke negeri ini. Tuan juga yang
menjadi pilihan kami. Kami senang berada di dekat tuan, dengan berharap tak ada
penganiayann di sini”.
Raja bertanya, “Adakah
ajaran Tuhan yang dibawanya itu yang dapat tuan-tuan bacakan kepada kami?”.
Ja’far menjawab, “Ya”.
Lalu membacakan surat Maryam dari pertama sampai firman Allah:
فَأَشَارَتۡ
إِلَيۡهِۖ قَالُواْ كَيۡفَ نُكَلِّمُ مَن كَانَ فِي ٱلۡمَهۡدِ صَبِيّٗا ٢٩ قَالَ إِنِّي عَبۡدُ ٱللَّهِ ءَاتَىٰنِيَ ٱلۡكِتَٰبَ
وَجَعَلَنِي نَبِيّٗا ٣٠ وَجَعَلَنِي
مُبَارَكًا أَيۡنَ مَا كُنتُ وَأَوۡصَٰنِي بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱلزَّكَوٰةِ مَا دُمۡتُ
حَيّٗا ٣١ وَبَرَّۢا بِوَٰلِدَتِي وَلَمۡ
يَجۡعَلۡنِي جَبَّارٗا شَقِيّٗا ٣٢ وَٱلسَّلَٰمُ
عَلَيَّ يَوۡمَ وُلِدتُّ وَيَوۡمَ أَمُوتُ وَيَوۡمَ أُبۡعَثُ حَيّٗا ٣٣ [ مريم:29-33]
29. maka Maryam menunjuk
kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak
kecil yang masih di dalam ayunan?"
30. Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba
Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,
31. dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati
di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan
(menunaikan) zakat selama aku hidup;
32. dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak
menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.
33. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan
kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku
dibangkitkan hidup kembali". [Maryam:29-33]
Keterangan itu
membenarkan apa yang tertera dalam Injil, sehingga para pembesar terkejut.
Najasyi berkata,
“Kata-kata ini dan yang dibawa oleh Musa berasal dari sumber cahaya yang sama.
Tuan-tuan utusan Quraisy, pergilah. Kami takkan mengembalikan mereka kepada
kalian!”. Besoknya, ‘Amr bin Ash kembali menemui raja dan mengatakan bahwa kaum
Muslimin menyatakan tuduhan luar biasa terhadap Isa putra Maryam. Pihak
Muslimin dipanggil kembali.
Ja’far menjelaskan,
“Tentang dia, pendapat kami sepert yang dikatakan Nabi kami, ‘Dia adalah hamba
Allah dan Utusan-Nya, Ruh-Nya, dan Firman-Nya yang disampaikan kepada perawan
Maryam’”.
Najasyi menggoreskan tongkat ke tanah.
Dengan gembira dia berkata, “Antara agama tuan-tuan dan agama kami sebenarnya tidak
lebih dari garis ini”.
Referensi:
·
Mubarakfuri,
Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah.
Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·
Haekal, Muhammad
Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah
Hidup Muhammad.
No comments:
Post a Comment