Nabi Muhammad SAW
menikah dengan Ummul Mukminin Saudah binti Zum’ah pada bulan Syawal tahun ke-10
kenabian. Saudah termasuk yang telah lama menganut agama Islam dan ikut hijrah
ke Abbisinia/Ethiopia pada gelombang kedua. Awalnya dia adalah isteri dari Sakran
bin Amr yang juga telah masuk Islam dan hijrah bersama ke Abbisinia, namun
Sakran meninggal di negeri tersebut. Maka setelah Saudah kembali ke Mekkah dan
masa idahnya telah berakhir, Nabi Muhammad SAW segera menikahinya. Dengan
demikian, Saudah adalah wanita pertama yang dinikahi Rasulullah setelah
wafatnya Khadijah.
Saudah termasuk wanita
yang nasabnya mulia dan cerdas akalnya. Perawakannya tinggi dan besar. Dengan
kesegaran candanya, dia menjadi isteri yang menyenangkan Rasulullah SAW,
seperti dalam kisah yang diriwayatkan oleh Ibrahim An-Nakha’i bahwasanya Saudah
berkata kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, tadi malam aku sholat di
belakangmu, ketika ruku’ punggungmu menyentuh hidungku dengan keras, maka aku
pegang hidungku karena takut jika keluar darah”, maka tertawalah Rasulullah
SAW. Ibrahim berkata, “Saudah biasa membuat Rasulullah SAW tertawa dengan
candanya.
Di antara keutamaan
Saudah adalah ketaatan dan kesetiannya terhadap Rasulullah. Ketika Haji Wada’,
Rasulullah bersabda kepada isteri-isterinya, “Ini adalah saat haji bagi kalian,
kemudian setelah ini hendaknya kalian menahan diri di rumah-rumah kalian”. Maka
sepeninggal Rasulullah, Saudah selalu di rumahnya dan tidak berangkat haji lagi
sampai dia meninggal. (Sunan Abu Dawud 2:140)
Saudah meninggal di
akhir kekhalifahan Umar di Madinah pada tahun 54 Hijriah. Sebelum dia
meninggal, dia mewasiatkan rumahnya kepada Aisyah.
Rasulullah menikahi
Aisyah saat dia baru berusia enam tahun melalui sebuah ikatan suci yang
mengukuhkan gelar Ummul Mukminin pada Aisyah. Pernikahan ini terjadi pada bulan
Syawal tahun ke-11 kenabian. Namun mereka baru membangun rumah tangga di
Madinah pada bulan Syawal tahun ke-1 Hijriah saat Aisyah berusia sembilan
tahun. Aisyah menceritakan, “Rasulullah SAW menikahiku pasca meninggalnya
Khadijah, sedangkan aku msih berusia enam tahun, dan aku dipertemukan dengan
beliau saat aku berusia sembilan tahun. Para wanita datang kepadaku padahal aku
sedang asyik bermain ayunan dan rambutku terurai panjang. Lalu mereka
menghiasiku dan mempertemukan aku dengan Nabi SAW”. Pernikahan Rasulullah
dengan Aisyah ini juga mempererat persahabatan dengan Abu Bakar.
Suatu ketika Amr bin
Ash bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yag
paling engkau cintai?” Beliau menjawab, “Aisyah.” “Dari kalangan laki-laki?”
tanya Amr. Beliau menjawab, “Bapaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Aisyah binti Abu Bakar
lahir empat tahun setelah Muhammad diangkat menjadi seorang Nabi. Ibu beliau
bernama Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Abdi Syams bin Kinanah yang
meninggal dunia pada saat Rasulullah masih hidup, yaitu pada tahun ke-6
Hijriah. Rumah tangga mereka berlangsung selama 8 tahun 5 bulan, hingga
Rasulullah wafat pada tahun 11 Hijriah. Sedangkan saat itu Aisyah baru berusia
18 tahun.
Aisyah adalah seorang
perempuan berparas cantik berkulit putih. Selain itu, beliau juga dikenal
sebagai wanita yang cerdas yang Allah SWT telah mempersiapkannya untuk menjadi
pendamping Rasulullah dalam mengemban misi dakwah yang akan menjadi penyejuk
mata dan pelipur lara bagi Rasulullah. Suatu hari Malaikat Jibril
memperlihatkan (kepada Rasulullah) gambar Aisyah pada secarik kain sutra
berwarna hijau sembari mengatakan, “Ialah calon isterimu kelak, di dunia dan di
akhirat”. (HR. At-Tirmidzi)
Selain menjadi seorang
pendamping setia yang selalu memberikan motivasi kepada suami tercinta dalam
perjuangan mendakwahkan ajaran Islam dan menghadapi musuh, Aisyah juga menjadi
seorang penuntut ilmu yang senantiasa belajar dalam madrasah nubuwwah yang
mendapat ilmu langsung dari sumbernya. Beliau tercatat termasuk orang yang
banyak meriwayatkan hadits dan memiliki keunggulan dalam berbagai bidang ilmu,
di antaranya ilmu fikih, kesehatan, dan syair Arab. Setidaknya sebanyak 1.210
hadits yang beliau riwayatkan telah disepakati oleh Imam Bukhari dan Muslim dan
174 hadits yang hanya diriwayatkan oleh Imam Bukhari serta 54 hadits yang hanya
diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Aisyah wafat di Madinah
malam selasa tanggal 17 Ramadhan 57 Hijriah, pada masa pemerintahan Muawiyah,
di usia 65 tahun, setelah berwasiat agar disholatkan oleh Abu Hurairah dan
dikuburkan di pemakaman Baqi pada malam itu juga.
Referensi:
·
Mubarakfuri,
Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah.
Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·
Haekal, Muhammad
Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah
Hidup Muhammad.
·
https://kisahmuslim.com/1738-kemuliaan-dan-keutamaan-aisyah.html
No comments:
Post a Comment