Upaya kaum kafir
Quraisy selama berbulan-bulan untuk menghentikan dakwah Rasulullah belum
mendapatkan hasil. Maka mereka kembali berkumpul untuk membahas tindakan
berikutnya. Diskusi yang dipimpin langsung oleh Abu Lahab tersebut menyepakati
tindakan kekerasan terhadap Rasulullah beserta kaum muslimin. Akan tetapi tidak
semua orang kafir berani melakukan kekerasan terhadap Rasulullah, karena
kedudukan beliau yang sangat dihormati di kalangan masyarakat Quraisy Mekkah
saat itu, terlebih lagi paman beliau yaitu Abu Thalib yang juga disegani oleh
masyarakatnya juga memberikan perlindungan. Hanya tokoh-tokoh mereka saja yang
penuh kebencian yang berani mengganggu Rasulullah secara fisik, seperti Abu
Lahab, Abu Jahal, Ubay bin Khalaf, dan kawan-kawannya.
Berbagai
tindakan menyakitkan diterima Rasulullah dari Abu Lahab dan kawan-kawannya.
Pernah suatu hari ketika Nabi Muhammad shalat di hadapan Ka’bah, sementara
tokoh-tokoh kafir Quraisy sedang berkumpul. Ketika beliau sedang sujud, salah
seorang dari mereka mengambil isi perut unta yang baru saja disembelih lalu
dilemparkan ke Rasulullah, sehingga tidak mampu bangun dari sujud. Fatimah,
puteri beliau yang mengetahui hal itu segera mengangkat kotoran dari tubuh
bapaknya.
Nabi Muhammad
juga pernah mengalamai gangguan-gangguan lain, meskipun sudah dilindungi oleh
Bani Hasyim dan Bani Muttalib. Ummu Jamil, isteri Abu Jahal, pernah melemparkan
najis ke depan rumah beliau. Namun Rasulullah cukup hanya membuangnya saja. Dalam
menghadapi gangguan, ada Khadijah yang selalu mendampingi dan menghibur
Rasulullah. Dengan imannya yang sungguh-sungguh dan cinta kasih yang besar,
Khadijah adalah seseorang yang dapat menghilangkan segala kesedihan hati
Rasulullah.
Selain
Rasulullah, kaum muslimin juga menerima penyiksaan dan penindasan yang lebih
kejam oleh kaum kafir, terutama kaum yang lemah. Misalnya Utsman bin Affan saat
dia masuk Islam, oleh pamannya dia dilipat oleh tikar, lalu dibuatkan asap dari
bawah. Mush’ab bin Umair setelah masuk Islam, ibunya mengusirnya dan tidak
memperoleh makanan sehingga kehidupannya sengsara, padahal sebelumnya dia
adalah seorang pemuda yang dikenal hidup mewah.
Saat Bilal bin
Rabah masuk Islam, dia disiksa secara keji oleh majikannya yaitu Umayyah bin
Khalaf Al-Jumahi. Dia diikat dengan tali di lehernya lalu anak-anak disuruh
untuk menariknya mengelilingi Ka’bah. Dia juga menerima siksaan lain yang lebih
kejam, yaitu pada suatu hari di musim panas dia diseret keluar lalu dihempaskan
ke tanah, lalu dadanya ditindih dengan sebongkah batu besar. Majikannya berkata,
“Demi Tuhan, engkau akan terus seperti ini sampai mati atau engkau mengingkari
Muhammad dan kembali beribadah kepada Latta dan Uzza”. Namun keyakinan Bilal
tetap teguh, dalam kondisi itu dia hanya mengatakan, “Ahad... Ahad...”
(maksudnya Allah Yang Maha Esa). Abu Bakar melihat kejadian itu dan menebus
Bilal dengan sejumlah uang untuk dimerdekakan. Tidak sedikit budak-budak yang
mengalami siksaan telah dibeli oleh Abu Bakar untuk diselamatkan. Di antaranya
budak perempuan Umar bin Khattab (sebelum masuk Islam).
Ammar bin Yasir
dan kedua orang tuanya masuk Islam. Dia adalah budak pada Bani Makhzum. Mereka
diseret ke padang pasir oleh kaum musyrikin yang dipimpin Abu Jahal dan
dibiarkan tersiksa di tengah panas matahari yang menyengat. Rasulullah SAW
sempat melewati mereka dan berpesan, “Sabarlah wahai keluarga Yasir, janji
untuk kalian adalah surga”.
Yasir, bapaknya
Ammar, akhirnya meninggal karena tidak kuat menahan siksaan. Sedangkan ibunya,
Sumayyah (Ummu Ammar) oleh Abu Jahal ditusuk dengan sebilah tombak pada organ
vitalnya sehingga dia meninggal dan dikenal sebagai wanita pertama yang syahid
dalam Islam. Ammar pun masih disiksa terus-menerus dan semakin berat, sementara
mereka yang menyiksa berkata, “Kami tidak akan membebaskanmu sampai kamu
mencaci Muhammad atau memuji Latta dan Uzza”.
Ammar sudah tak
tahan lagi mendapat siksaan sehingga dia mengucapkan pujian terhadap
tuhan-tuhan mereka karena terpaksa. Lalu dia bebas dan menghadap Rasulullah SAW
sambil menangis dan meminta maaf. Allah menurunkan firman-Nya dalam surat An-Nahl
ayat 106:
مَن
كَفَرَ بِٱللَّهِ مِنۢ بَعۡدِ إِيمَٰنِهِۦٓ إِلَّا مَنۡ أُكۡرِهَ وَقَلۡبُهُۥ
مُطۡمَئِنُّۢ بِٱلۡإِيمَٰنِ وَلَٰكِن مَّن شَرَحَ بِٱلۡكُفۡرِ صَدۡرٗا
فَعَلَيۡهِمۡ غَضَبٞ مِّنَ ٱللَّهِ وَلَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٞ ١٠٦
106. Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah
dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir
padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi
orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya
dan baginya azab yang besar.
Begitu pula sahabat-sahabat
lainnya yang mendapat berbagai bentuk siksaan karena keimanan mereka.
Kesimpulannya, tidak ada seorangpun dari kaum lemah yang diketahui masuk Islam
yang tidak mengalami berbagai bentuk penyiksaan.
Baca Juga, Penting untuk Diketahui saat Ada Ancaman Virus: Hebatnya Empon-Empon, dari Bumbu Dapur hingga Penambah Daya Tahan Tubuh
Siksaan terus
saja terjadi, namun kaum Muslimin semakin teguh terhadap keimanan mereka. Dengan
sabar mereka menerima siksaan dan ejekan demi akidah dan iman mereka.
Referensi:
·
Mubarakfuri,
Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah.
Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·
Haekal, Muhammad
Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah
Hidup Muhammad.
No comments:
Post a Comment