Seruan Nabi Muhammad
sebagai pemberi peringatan kepada kaum beliau menjadi bahan pembicaraan. Maka
Allah SWT menurunkan wahyu tentang penegasan dakwah Rasulullah secara terbuka
kepada seluruh masyarakat.
Surat Al Hijr ayat 94:
فَٱصۡدَعۡ
بِمَا تُؤۡمَرُ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡمُشۡرِكِينَ
٩٤
94. Maka sampaikanlah olehmu secara
terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari
orang-orang yang musyrik.
Rasulullah segera
sungguh-sungguh untuk menyampaikan risalah Allah SWT kepada seluruh lapisan
masyarakat kota Mekkah saat itu. Beliau menjelaskan tentang keburukan berbuat
syirik (menyekutukan sesuatu dengan Allah SWT), hakikat berhala-berhala yang
jelas tak dapat melakukan apa-apa dan tak patut disembah. Paganisme adalah hal
yang tidak sesuai dengan hukum Allah. Barangsiapa yang menyembah berhala
sebagai perantara antara manusia dengan Tuhannya berarti telah berbuat
kesesatan yang nyata.
Masyarakat Arab
penganut paganisme menjadi marah setelah mendengar keterangan Rasulullah.
Mereka jelas menolak terhadap seruan Tauhid (monotheisme) yang diajarkan Nabi
Muhammad dan pernyataan beliau yang sangat bertentangan dengan kebiasaan mereka
yang telah diajarkan oleh nenek moyang mereka. Mereka merasakan bahwa sesuatu yang
telah menjadi kebiasaan sesat mereka ini telah diserang oleh sesuatu yang belum
mereka ketahui sebelumnya. Dari sikap mereka menunjukkan bahwa mereka memang
menyadari bahwa tujuan dakwah Rasulullah adalah menghapuskan paganisme di
lingkungan mereka.
Nabi Muhammad mencela
berhala-berhala mereka, yang belum pernah mereka dengar sebelumnya tentang
celaan-celaan tersebut. Sesungguhnya apa yang dikatakan Rasulullah adalah
kebenaran yang tidak bisa diterima oleh hati mereka yang sudah lebih keras dari
batu. Padahal kehidupan mereka sehari-hari sering diisi dengan membual,
mengejek, atau mengolok-olok. Akan tetapi, saat yang dihina atau diejek adalah
berhala-berhala yang mereka sembah, hal ini dianggap sebagai masalah serius dan
berbahaya bagi mereka.
Berhala-berhala yang
orang-orang kafir katakan itu, tidak lebih dari batu-batu atau kayu yang
disangga atau berhala-berhala yang berdiri tegak di tengah-tengah padang pasir,
yang tak dapat membawa kebaikan maupun menolak musibah. Tetapi mereka tetap
menyembahnya tanpa memiliki bukti tentang sifat-sifat ketuhanannya. Batu atau
kayu yang mereka sembah tak dapat bergerak dan tak dapat mempertahankan diri
bila ada yang menghancurkannya.
Keimanan kepada Rasul
dan hari akhir berari ketundukan mereka secara mutlak terhadap ajaran yang
dibawa Rasulullah, tidak ada pilihan lain lagi bagi mereka. Maka hilanglah
kekuasaan dan kesombongan yang ada pada diri mereka. Mereka juga tidak punya
kesempatan untuk melakukan kemaksiatan dan kezaliman secara bebas. Apa yang
mereka lakukan saat itu hanyalah keburukan dan tidak bermoral. Mereka yang kaya
dan berkedudukan tinggi suka berfoya-foya, saling memamerkan harta benda dan
garis keturunan, juga memperlakukan orang lain seenaknya sendiri demi
kenikmatan diri sendiri. Sedangkan orang-orang yang berkedudukan rendah
(misalnya budak) sering diperlakukan tidak manusiawi. Mereka hanya terus hidup
menderita dan diperas oleh orang yang berkuasa.
Nabi Muhammad diutus
oleh Allah SWT untuk menerangkan bahwa kedudukan manusia di mata Allah SWT adalah
sama, yang membedakan hanyalah iman dan takwa. Jadi derajat seseorang tidak
hanya dapat dipandang dari kekuasaan, kekayaan, atau keturunan saja. Tiap-tiap
manusia telah Allah ciptakan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Orang-orang kafir Quraisy
selalu mendustakan ajaran Rasulullah. Dalam suatu riwayat, mereka membujuk para
penyair agar mengejek Rasulullah. Maka para penyair Muslimin juga membalas
serangan mereka tanpa Rasulullah sendiri yang harus menghadapi.
Meskipun kemarahan kaum
Quraisy terhadap dakwah Rasulullah tidak dapat ditahan lagi, mereka tetap
kebingungan mencari cara untuk menghentikan dakwah beliau. Nabi Muhammad adalah
seseorang yang terkenal dengan akhlak mulia yang belum pernah mereka ketahui
seseorang semacam Nabi Muhammad sepanjang sejarah nenek moyang mereka. Karena
tak ada jalan lain, akhirnya mereka mencoba membujuk paman Rasulullah, Abu
Thalib, untuk menghentikan dakwah Rasulullah. Hal ini karena Nabi Muhammad
termasuk memiliki kedudukan mulia dan orang yang pantas membujuk beliau
hanyalah anggota keluarga beliau. Namun Abu Thalib menolak permintaan mereka
dan Rasulullah tetap dapat meneruskan dakwah beliau dengan gigih sehingga
pemeluk agama Islam semakin bertambah banyak.
Menurut riwayat Ibnu
Ishaq, tokoh-tokoh pemuka Quraisy menemui Abu Thalib dan berkata, “Wahai Abu
Thalib, sesungguhnya keponakanmu telah mencela tuhan-tuhan kita, merendahkan
agama kita, merendahkan pemikiran kita dan menyatakan bahwa nenek moyang kita
dalam kesesatan. Di sini kami menuntut kamu agar menghentikan dakwahnya itu
atau beri kami kesempatan untuk mencegahnya. Kamu juga sama dengan kami, tidak
menyetujui perkataannya, mari kita bersama-sama menghalanginya”. Karena Abu
Thalib telah bertekad melindungi Nabi Muhammad apapun yang terjadi, maka dia menjawab
dengan kata-kata yang halus, sehingga para pemuka Quraisy pulang tanpa membawa
hasil.
Referensi:
·
Mubarakfuri,
Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah.
Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·
Haekal, Muhammad
Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah
Hidup Muhammad.
·
Al-Mubarakfuriyy,
Syeikh Safy Al-Rahman. Seerah Nabawiyyah,
Al-Raheeq Al-Makhtum.
No comments:
Post a Comment