Nabi Muhammad
keluar dari rumahnya pada malam 27 bulan Safar tahun 14 kenabian. Kemudian beliau
mengunjungi rumah sahabat beliau yang paling dipercaya oleh beliau, Abu Bakar
Ash-Shiddiq. Kemudian mereka keluar melalui pintu belakang, dan segera keluar
dari Mekkah sebelum terbit fajar. Inilah awal perjuangan sang Nabi untuk hijrah
ke Yatsrib (Madinah) menyusul muslimin Mekkah yang sudah hijrah lebih dahulu.
Di sanalah Nabi Muhammad bersama kaum Muhajirin dan Anshar akan membangun
kekuatan Islam yang dapat mengalahkan kebatilan.
Nabi Muhammad
menyadari bahwa saat pihak kafir Quraisy mengetahui bahwa beliau hijrah ke
Yatsrib (Madinah), mereka akan mencegah hal itu dengan serius. Dan yang paling
pertama mereka lakukan adalah mengejar beliau melalui jalur yang biasa
digunakan untuk menuju Yatsrib, yaitu ke arah utara. Maka Rasulullah menempuh
jalur yang berlawanan yaitu ke arah selatan, arah ke negeri Yaman, untuk
menghindari pengejaran kafir Quraisy. Beliau dan Abu Bakar terus berjalan
hingga beberapa mil, hingga mereka tiba di gunung Tsur, gunung yang tinggi
menjulang dengan jalan yang curam serta sulit didaki. Lalu pada ketinggian
gunung tersebut mereka beristirahat di sebuah gua yang disebut gua Tsur.
Sebelum masuk ke
dalam gua, Abu Bakar melarang Rasulullah untuk masuk lebih dulu sebelum
dirinya, agar kalau terjadi sesuatu yang berbahaya maka hanya Abu Bakar yang
tertimpa masalah. Lalu setelah masuk ke dalam gua, Abu Bakar melihat banyak
lubang di dalamnya, sehingga dia menyobek kainnya untuk menyumpal lubang-lubang
gua, dan masih tersisa dua lubang yang tidak ada sisa kain lagi untuk
menyumpalnya, maka kedua kakinya dijulurkan untuk menutupi kedua lubang
tersebut. Setelah itu Abu Bakar mempersilakan Rasulullah untuk masuk.
Maka Rasulullah
masuk ke gua dan berbaring lalu tidur di atas pangkuan Abu Bakar. Sebagai bukti
kecintaan Abu Bakar terhadap Rasulullah, dia tetap menahan kedua kakinya untuk
menutupi lubang supaya Rasulullah tidak terbangun dari tidur. Meskipun kaki Abu
Bakar dipatuk sesuatu dari dalam lubang hingga terasa sakit, dia tetap
menahannya hingga air matanya menetes dan mengenai wajah Rasulullah hingga
beliau terbangun. Setelah mengetahui penyebabnya, maka Rasulullah meludahi kaki
Abu Bakar hingga rasa sakitnya hilang.
Mereka menetap
di dalam gua selama tiga malam, yaitu malam Jumat, Sabtu, dan Minggu. Setiap
malam, Abdullah bin Abu Bakar menemui keduanya untuk menyampaikan kabar yang
didengar dari kaum Quraisy di siang hari, lalu menjelang fajar dia segera
pulang, sehingga saat pagi dia sudah berada di antara masyarakat Mekkah tanpa
menimbulkan kecurigaan. Selama mereka bersembunyi, Abdullah memang bertugas
untuk mendengarkan perkataan dari kafir Quraisy terutama mengenai Rasulullah.
Sementara itu,
budak Abu Bakar yang bernama Amir bin Fuhairah menggembalakan kambing di
sekitar tempat tersebut dan bertugas memberikan hasil perahan susu kambing dan
daging kepada mereka berdua, juga untuk menghilangkan jejak Abdullah bin Abu
Bakar dengan menggiring kambingnya pada bekas-bekas tapaknya. Selain Abdullah
bin Abu Bakar dan Amir, hanya kedua putri Abu Bakar yang bernama Aisyah dan
Asma saja yang mengetahui tempat persembunyian mereka berdua.
Kaum Quraisy
sangat gelisah saat tidak bisa menemukan Rasulullah hingga pagi hari. Mereka
segera memukul Ali bin Abi Thalib dan dia diseret ke Ka’bah lalu ditahan di
sana selama beberapa jam, namun mereka tidak memperoleh berita apa-apa darinya.
Mereka mendatang rumah Abu Bakar dan juga tidak menemukannya. Asma’ binti Abu
Bakar yang saat itu ditanya tentang keberadaan Abu Bakar menyatakan tidak tahu.
Abu Jahal menamparnya dengan keras hingga anting-anting Asma’ terlepas.
Kafir Quraisy
terus berusaha mencari Rasulullah. Mereka melihat bahaya yang mengancam mereka
jika mereka tidak berhasil menyusul Rasulullah dan mencegahnya berhubungan
dengan pihak Yatsrib. Rasulullah juga terus menyebut nama Allah selama di dalam
gua. Hanya kepada Allah beliau menyerahkan nasib dan hanya kepada-Nya segala
persoalan akan kembali. Abu Bakar juga waspada terhadap apa yang ada di
sekitarnya.
Kaum kafir
Quraisy segera mengadakan sayembara dengan hadiah seratus unta bagi siapa saja
yang dapat menangkap Rasulullah, hidup atau mati. Para pemuda Quraisy membawa
pedang dan tongkat untuk mencari Rasulullah ke segala penjuru. Tidak jauh dari
gua Tsur, mereka bertemu dengan seorang penggembala dan menanyakan keberadaan
Rasulullah, dia menjawab, “Mungkin saja mereka di dalam gua itu, tapi aku tak
melihat ada orang pergi ke sana”.
Konon, orang-orang
kafir Quraisy menaiki gua tersebut, lalu turun lagi. Teman-temannya yang lain bertanya, “Kenapa
kamu tidak melihat ke dalam gua?”.
Lalu dijawab,
“Ada sarang laba-laba di tempat itu, yang memang sudah ada sejak sebelum
Muhammad lahir”, “Saya melihat ada dua ekor burung dara hutan di lubang gua,
jadi saya tahu bahwa tak ada orang di sana”.
Memang
sebelumnya Abu Bakar telah melihat kaki-kaki mereka terlihat di mulut gua. Jika
mereka menunduk sedikit saja, maka mereka akan dapat menemukan Rasulullah. Abu
Bakar yang ketakutan merasa khawatir jika mereka dapat menemukan Rasulullah,
namun Rasululah menenangkannya dan bersabda, “Bagaimana pendapatmu ya Abu Bakar
dengan dua orang di mana yang ketiganya adalah Allah SWT”. Dan akhirnya para
pencari pergi meninggalkan gua Tsur.
Pihak kafir
Quraisy juga semakin yakin bahwa di dalam gua tak ada orang ketika ada cabang
pohon yang terkulai di mulut gua. Tak ada jalan ke dalam gua selain dengan
menghalau dahan-dahan pohon tersebut.
Menurut riwayat,
setalah Rasulullah dan Abu Bakar berada di dalam gua, laba-laba segera membuat
sarang hingga menutupi mereka berdua, dua ekor burung dara sedang bertelur di
jalan masuk, dan sebatang pohon tumbuh di tempat yang tadinya belum ada pohon.
Firman Allah
dalam surat At Taubah ayat 40:
إِلَّا
تَنصُرُوهُ فَقَدۡ نَصَرَهُ ٱللَّهُ إِذۡ أَخۡرَجَهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ ثَانِيَ ٱثۡنَيۡنِ
إِذۡ هُمَا فِي ٱلۡغَارِ إِذۡ يَقُولُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحۡزَنۡ إِنَّ ٱللَّهَ
مَعَنَاۖ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَيۡهِ وَأَيَّدَهُۥ بِجُنُودٖ لَّمۡ
تَرَوۡهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ ٱلسُّفۡلَىٰۗ وَكَلِمَةُ ٱللَّهِ
هِيَ ٱلۡعُلۡيَاۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
٤٠
40. Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad)
maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir
(musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari
dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada
temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta
kita". Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan
membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan
orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi.
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Setelah tiga
hari, mereka berdua keluar dari gua dan pergi dengan menaiki dua ekor unta yang
dibawa oleh penunjuk jalan yang telah disewa yang juga membawa unta sendiri.
Asma juga datang membawakan bekal makanan bagi mereka berdua. Karena tak ada
tali untuk mengikat bekal makanan, dia melepas ikat pinggangnya dan memotongnya
menjadi dua, satu untuk mengikat bekal makanan dan yang lain untuk ikat
pinggang. Lalu dia dikenal dengan sebutan Dzatunnithaqaini (Wanita yang
memiliki dua ikat pinggang). Maka di dalam lindungan Allah SWT, mereka
berangkat ke Yatsrib hingga berhasil tiba di sana dalam keadaan selamat dan
penuh kegembiraan.
Referensi:
·
Mubarakfuri,
Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah.
Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·
Haekal, Muhammad
Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah
Hidup Muhammad.
·
Al-Mubarakfuriyy,
Syeikh Safy Al-Rahman. Seerah Nabawiyyah,
Al-Raheeq Al-Makhtum.
·
Abu Muhammad
Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri. Sirah
Nabawiyah Ibnu Hisyam. 2000. Jakarta Timur: Darul Falah.
No comments:
Post a Comment