Nabi Muhammad
keluar dari rumah pada malam 27 bulan Safar tahun ke-14 kenabian. Beliau menuju
ke rumah Abu Bakar terlebih dahulu dan keduanya berangkat bersama-sama ke
Yatsrib (Madinah) untuk menyusul kaum Muhajirin yang sudah hijrah lebih dulu.
Perjalanan mereka tidaklah mudah. Mereka melewati berbagai rintangan yang
sangat sulit. Mereka bersembunyi di gua Tsur agar tidak ditemukan dan ditangkap
oleh kafir Quraisy. Lalu mereka menempuh jalan yang tidak biasa dilewati oleh
manusia dengan ditemani penunjuk jalan dan sempat dikejar oleh Suraqah bin
Malik, salah seorang kafir yang ingin mendapat hadiah jika berhasil menangkap
Nabi Muhammad. Namun dalam lindungan Allah SWT, keduanya berhasil menghindari
berbagai marabahaya.
Menurut riwayat dari
Ibnu Ishaq, berasal dari Muhammad bin Ja’far bin Az Zubair dari Urwah bin Az
Zubair dari Abdurrahman bin Uwaim bin Saidah dari kaum muslimin di Yatsrib,
bahwa saat mereka mendengar Nabi Muhammad telah keluar dari Mekkah dan
kedatangannya sudah dekat, maka mereka keluar dari perkampungan setelah shalat
subuh untuk menunggu kedatangan beliau. Mereka tidak beranjak hingga terik
matahari. Jika tak ada tempat berteduh, mereka masuk ke rumah. Saat hari
kedatangan Nabi Muhammad, mereka duduk seperti sebelumnya. Saat tak ada tempat
berteduh, mereka kembali ke rumah masing-masing. Nabi Muhammad datang saat
mereka masuk ke dalam rumah. Orang yang pertama kali melihat kedatangan beliau
adalah salah seorang Yahudi. Lalu dia berteriak, “Hai Bani Qailah (kaum Anshar),
ini dia kakek kalian telah datang”. Maka mereka segera keluar rumah untuk
menemui Nabi Muhammad yang sedang berteduh di bawah pohon kurma bersama Abu
Bakar, yang jika dilihat umur keduanya hampir sama. Sebagian besar muslimin
Yatsrib belum pernah melihat beliau sebelumnya. Kaum Anshar berkerumun di
sekitar Nabi Muhammad dan tidak bisa membedakan antara Nabi Muhammad dengan Abu
Bakar. Saat tempat tersebut sudah tidak bisa menaungi Nabi Muhammad, Abu Bakar
berdiri dan menaungi Nabi Muhammad dengan bajunya. Maka mereka baru mengetahui
Nabi Muhammad. Saat itu, Nabi Muhammad berada di ambang Yatsrib.
Pada hari Senin
tanggal 8 Rabiul Awal tahun ke-14 kenabian atau tahun pertama Hijriah, Nabi
Muhammad singgah di Quba setelah menempuh jarak yang jauh dari Mekkah. Quba
berjarak sekitar dua farsakh (1 farsakh = 5,5 km) dari Yatsrib. Beliau berada
di sana selama empat hari bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq dan membangun masjid
Quba, lalu shalat di sana. Itulah masjid yang dibangun untuk pertama kalinya
dengan landasan iman dan taqwa setelah kenabian Muhammad.
Di Quba, Nabi
Muhammad singgah di rumah Kultsum bin Hidam, tetapi dalam riwayat lain
disebutkan bahwa Nabi Muhammad singgah di rumah Sa’ad bin Khaitsamah, dan ada
juga yang mengatakan bahwa beliau singgah di rumah As’ad bin Zurarah, dan
riwayat pertama lebih tepat. Menurut riwayat, saat Nabi Muhammad keluar dari
rumah Kultsum bin Hidam, beliau duduk di rumah Sa’ad bin Khaitsamah, karena
Sa’ad adalah bujangan. Rumah Sa’ad bin Khaitsamah adalah rumah para bujangan
para sahabat Nabi Muhammad dari kaum Muhajirin. Dari sini bisa dikatakan bahwa
Nabi Muhammad singgah di rumah Sa’ad bin Khaitsamah. Wallahu A’lam. (menurut
Ibnu Ishaq)
Sedangkan Abu
Bakar singgah di rumah Khabib bin Isaf, salah seorang dari Bani Al Harts bin Al
Khazraj di As Sunh. Ada juga yang mengatakan bahwa Abu Bakar singgah di rumah
Kharijah bin Zaid bin Abu Zuhair. (menurut Ibnu Ishaq)
Di tempat lain, Ali
bin Abi Thalib segera menyusul Nabi Muhammad hijrah ke Yatsrib (Madinah)
setelah menyelesaikan urusan yang dipesankan sang Nabi. Urusannya yaitu
mengembalikan barang-barang amanat yang dititipkan kepada Nabi Muhammad kepada
pemilik-pemiliknya di Mekkah. Setelah itu, Ali pergi sendiri meninggalkan
Mekkah dengan berjalan kaki. Malam ia berjalan, siang ia bersembunyi.
Perjuangan yang sangat melelahkan tersebut dilakukannya selama dua minggu
penuh, untuk menyusul saudara-saudaranya yang seagama. Setelah melalui
perjalanan yang lama, Ali menemui Nabi Muhammad di Quba.
Ada kisah unik
yang dialami Ali bin Abu Thalib. Saat di singgah di Quba semalam atau dua malam
di rumah wanita muslimah yang tidak bersuami. Saat tengah malam, Ali melihat
seorang laki-laki datang kepada wanita muslimah itu dan mengetuk pintu
rumahnya. Wanita itu keluar menemui laki-laki tersebut dan laki-laki itu
memberikan sesuatu kepadanya. Ali mencurigai laki-laki tersebut dan bertanya
kepada si wanita, “Hai Hamba Allah, siapakah laki-laki yang kau temui itu
setiap malam dan dia memberikan sesuatu kepadamu yang tidak kuketahui, padahal
engkau wanita Muslimah yang tidak bersuami?”. Wanita itu menjawab, “Dia Sahl
bin Hunaif. Dia tahu aku tak bersuami. Saat petang, dia pergi ke tempat
berhala-berhala kaumnya, lalu memecahkannya dan memberikannya kepadaku”. Ali
berkata, “Jadikan berhala-berhala itu sebagai kayu bakar!”. (Ibnu Ishaq berkata
bahwa hadits ini dikisahkan kepadanya oleh Hind bin Sa’ad bin Sahl bin Hunaif)
Pada hari
Jum’at, Rasulullah bersama Abu Bakar meninggalkan Quba untuk menuju Yatsrib
atas perintah Allah. Serombongan Bani Najjar mengawal perjalanan Rasulullah.
Bani Najjar yang mengawal beliau adalah paman-paman beliau dari pihak ibu, Siti
Aminah. Sebelumnya, Rasulullah mengirim utusan kepada Bani Najjar untuk
menjemput mereka. Maka dengan segera, mereka pergi dengan membawa pedang dan
keluar untuk menemui Rasulullah. Mereka semua bertemu di perkampungan Bani
Salim bin Auf, lalu mereka melakukan shalat Jum’at.
Setelah itu,
Rasulullah disambut dengan penuh gembira oleh masyarakat muslimin di Yatsrib.
Sejak saat itu nama kota Yatsrib diganti menjadi Madinatur Rasul (Kota Rasul),
lalu disingakt dengan nama (kota) Madinah.
Referensi:
·
Mubarakfuri,
Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah.
Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·
Haekal,
Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.
·
Al-Mubarakfuriyy,
Syeikh Safy Al-Rahman. Seerah Nabawiyyah,
Al-Raheeq Al-Makhtum.
·
Abu
Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri. Sirah
Nabawiyah Ibnu Hisyam. 2000. Jakarta Timur: Darul Falah.
No comments:
Post a Comment