Nabi Muhammad
keluar dari rumah pada malam 27 bulan Safar tahun ke-14 kenabian. Beliau menuju
ke rumah Abu Bakar terlebih dahulu dan keduanya berangkat bersama-sama ke
Yatsrib (Madinah) untuk menyusul kaum Muhajirin yang sudah hijrah lebih dulu.
Pada hari Senin tanggal 8 Rabiul Awal tahun ke-14 kenabian atau tahun pertama
Hijriah, Nabi Muhammad singgah di Quba yang berjarak hanya beberapa kilometer
dari Yatsrib.
Saat waktu
shalat Jum’at telah tiba, Nabi Muhammad sedang berada di perkampungan Bani
Salim bin Auf dan mengerjakan shalat Jum’at di tengah lembah Ranuna’. Shalat
Jum’at tersebut adalah yang pertama dilakukan Nabi Muhammad di Madinah/Yatsrib.
Seusai
melaksanakan shalat Jum’at, Nabi Muhammad memasuki kota Yatsrib. Pada saat itu
nama kota Yatsrib diganti menjadi Madinatur Rasul (Kota Rasul), lalu lebih
mudah disebut sebagai Kota Madinah (Madinah juga berarti kota).
Yang mengetahui
kedatangan Nabi Muhammad justru adalah orang Yahudi, dia berteriak, “Hai Banu
Qaila (Anshar), ini dia kakek kalian telah datang!”.
Penduduk Yatsrib
berbondong-bondong ke luar rumah hendak menyambut kedatangan Nabi Muhammad,
baik pria maupun wanita. Mereka telah mendengar berita tentang beliau hijrah,
tentang Quraisy yang hendak membunuh beliau, tentang ketabahan selama menempuh
padang pasir yang panas, dan ajaran Islam yang mulia. Ajaran tersebut yang akan
mengikis kepercayaan-kepercayaan lama yang diwarisi nenek moyang mereka.
Beliau disambut
dengan penuh kehangatan dan kegembiraan oleh kaum muslimin di Madinah. Mereka
merasakan kebahagiaan dan kebanggaan karena Nabi Muhammad akan menetap di kota
mereka. Mereka mengucapkan kalimat-kalimat sambutan yang indah, sebagai tanda
bahwa mereka menerima Nabi Muhammad dengan baik. Mereka mengerumuni beliau
dengan ingin memandang wajah utusan Allah yang mulia tersebut.
Meskipun kalangan
Anshar tidak kaya raya, mereka berebut agar rumahnya menjadi tempat singgahan
Rasulullah. Setiap kali Rasulullah melewati depan rumah mereka, tali hewan
tunggangan beliau mereka tarik karena berharap bahwa Rasulullah singgah di
rumah salah satu dari mereka. Setiap pemukiman yang dilewati menawarkan dengan
segala persediaan yang ada dengan berkata, “Wahai Rasulullah, tinggallah di
tempat kami di tempat yang banyak penduduknya, lengkap dengan peralatan perang
dan terlindungi”. Namun Rasulullah meminta agar membiarkan untanya berjalan
sendiri.
Unta tersebut
dibiarkan terus berjalan melalui jalan-jalan di Madinah, di tengah-tengah kaum
muslimin yang ramai menyambut beliau. Seluruh penduduk Madinah, termasuk Yahudi
dan penganut paganisme juga menyaksikan adanya hidup baru yang bersemarak dalam
kota mereka itu, menyaksikan seorang pendatang baru, orang besar yang telah
mempersatukan Aus dan Khazraj yang sudah lama bermusuhan dan saling berperang.
Ha ini menjadi transisi sejarah yang akan menentukan tujuannya yang baru itu,
yang akan memberikan kemegahan dan kebesaran bagi kota Madinah, dan akan terus
hidup dan berkembang hingga masa kini.
Kemudian saat
beliau melewati perkampungan Bani Malik bin An Najjar, unta beliau berhenti dan
berdekam di tempat yang sekarang menjadi Masjid Nabawi, yang saat itu masih
berupa tempat pengeringan kurma milik dua anak yatim Bani An-Najjar, yaitu Sahl
dan Suhail. Keduanya anak Amr dan berada dalam asuhan Muadz bin Afra’ Sahl. Rasulullah
pun tidak turun. Lalu unta berjalan lagi sebentar, namun kembali lagi ke tempat
semula, duduk di sana dan diam. Saat itu Rasulullah turun.
Lalu Rasulullah
bertanya, “Siapakah yang rumahnya paling dekat dari tempat ini?”. Maka dijawab
oleh Abu Ayyub, “Saya ya Rasulullah!”. Akhirnya Rasulullah singgah di rumah Abu
Ayyub al Anshari.
Beliau juga
bertanya tentang siapa yang memiliki tempat penjemuran kurma tersebut. Maka
dijawab oleh Muadz bin Afra’, “Wahai Rasulullah, tempat penjemuran tersebut
milik Sahl dan Suhail, keduanya anak Amr. Keduanya anak yatim dan masih
keluargaku dan saya akan meminta kerelaannya, kemudian jadikan tempat tersebut
sebagai masjid (Nabawi)”.
Baca Juga, Penting untuk Diketahui saat Ada Ancaman Virus: Hebatnya Empon-Empon, dari Bumbu Dapur hingga Penambah Daya Tahan Tubuh
Baca Juga, Penting untuk Diketahui saat Ada Ancaman Virus: Hebatnya Empon-Empon, dari Bumbu Dapur hingga Penambah Daya Tahan Tubuh
Beberapa hari
kemudian, datanglah sebagian Muhajirin yang baru tiba di Madinah. Mereka adalah
isteri Nabi, Saudah, dan kedua putri Nabi, Fatimah dan Ummu Kultsum, lalu
Usamah bin Zaid dan Ummu Aiman. Ikut juga bersama mereka yaitu Abdullah bin Abu
Bakar yang membawa keluarga Abu Bakar, temasuk di dalamnya Aisyah.
Rasulullah
berdoa, “Ya Allah, berikanlah kami rasa cinta terhadap Madinah sebagaimana kami
mencintai Mekkah atau lebih dari itu, sebarkanlah kesehatan padanya. Berkahilah
takaran dan ukurannya, pindahkanlah (penyakit) demamnya dan tempatkanlah di
Juhfah”. (Juhfah adalah salah satu miqat Makani dalam haji, digunakan penduduk
Arab Saudi bagian utara dan negara-negara Afrika Utara dan Barat serta Syam).
Menetapnya
Rasulullah di Madinah juga dianggap sebagai akhir periode dakwah beliau di
Mekkah. Dan dari sinilah periode dakwah Madinah dimulai. Di sana Rasulullah
akan berjuang dengan lebih berat dalam menegakkan agama Allah melalui berbagai
peristiwa dan pertempuran yang sekedar untuk membasmi kebatilan di muka bumi
ini demi tujuan yang mulia, yaitu menyebarkan ajaran Islam rahmatan lil alamin
(Rahmat bagi semesta alam).
Referensi:
·
Mubarakfuri,
Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah.
Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·
Haekal,
Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.
·
Al-Mubarakfuriyy,
Syeikh Safy Al-Rahman. Seerah Nabawiyyah,
Al-Raheeq Al-Makhtum.
·
Abu
Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri. Sirah
Nabawiyah Ibnu Hisyam. 2000. Jakarta Timur: Darul Falah.
·
https://id.wikipedia.org/wiki/Al-Juhfah
No comments:
Post a Comment