Peta Perang Badar
Sumber Objek: https://www.youtube.com/watch?v=Ry_vKTvWxq4
Perang Badar Kubro adalah perang pertama antara kaum Muslimin melawan kaum kafir Quraisy. Perang ini terjadi pada bulan Ramadhan tahun kedua Hijriah. Ini adalah perang yang sangat menentukan.
Nabi Muhammad SAW
memiliki akal yang cerdik dalam menghadapi berbagai masalah, begitu juga ketika
akan menghadapi perang. Beliau selalu menemukan cara terbaik yang dapat
mencapai sasaran namun tidak berbuat dosa dan tidak merugikan siapapun.
Menjelang perang Badar, Nabi Muhammad terus berusaha mencari informasi sebanyak
mungkin mengenai pasukan kafir Quraisy. Bahkan dengan kecerdikan, beliau mampu
memperoleh informasi dengan tetap menjaga rahasia diri dan pasukan.
Tidak jauh di sekitar
markas pasukan kaum muslimin, Rasulullah bertemu dengan orang tua dari suku
Arab. Beliau bertanya kepadanya tentang informasi dari kedua pasukan, Quraisy
dan pasukan Nabi Muhammad, tanpa mengenalkan identitas beliau.
Orang tua tersebut
berkata, “Saya tidak akan memberi tahu kalian kecuali jika kalian memberi tahu
identitas kalian”.
Rasulullah menjawab,
“Jika kamu memberi tahu kami, kami akan memberi tahu kamu (siapa kami)”.
“Oh, jadi informasi
ditukar informasi?”
“Ya”.
Orang tua itu memberi
informasi tentang kedua pasukan, bahwa pasukan Nabi Muhammad sudah berada di
tempat ini dan ini, dan pasukan Quraisy sudah berada di tempat ini dan ini.
Setelah selesai
menceritakan informasi tersebut, orang tua itu tidak lupa untuk menanyakan
identitas Rasulullah, “Dari mana kalian?”. Rasulullah segera pergi tergesa-gesa
sambil menjawab, “Dari Ma’ (Air)”.
Orang tua tersebut
bingung dan bertanya-tanya, “(Suku) Ma’ yang mana? Ma’ yang di Irak?”.
Air yang dimaksud
Rasulullah adalah air mani. Apa yang dikatakan Rasulullah memang benar karena beliau
dan semua manusia berasal dari setetes mani. Sedangkan orang tua tersebut
mungkin menganggap Ma’ adalah nama sebuah suku yang dikenal pada waktu itu.
Di lain waktu, pasukan
kaum Muslimin berhasil menangkap dua orang anak yang sedang mengambil air untuk
diminum pasukan Quraisy. Kemudian Rasulullah bertanya kepada kedua anak
tersebut,
“Berapakah jumlah
mereka?”,
“Banyak”, jawab kedua
anak.
“Berapa tepatnya?”,
“Kami tidak tahu”,
“Berapakah jumlah unta
yang disembelih setiap hari?”,
“Kadang sembilan, kadang
sepuluh”,
“Kalau begitu jumlah
mereka antara 900 hingga 1000 orang”. Kesimpulan tersebut didasarkan perkiraan
bahwa setiap satu unta cukup untuk 100 orang. Dari kedua anak tersebut juga
dapat diketahui bahwa pemuka-pemuka Quraisy juga ikut dalam pasukan.
Pasukan kaum Muslimin
terus bergerak menuju Badar supaya sampai di sana lebih dahulu dan dapat
menguasai sumber-sumber air di Badar. Saat waktu Isya’, mereka sampai di sumber
air terdekat dan berhenti di sana.
Khabab bin Mundzir
sebagai ahli strategi militer bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah,
bagaimana menurut Anda tentang tempat ini, apaka ini merupakan ketetapan Allah,
sehingga kita tidak dapat maju atau mundur, atau ini hanya pendapat Anda dan
siasat perang?”.
Rasulullah menjawab,
“Tidak, ini hanya pendapat saya dan siasat perang”.
Khabab menjelaskan,
“Jika begitu ya Rasulullah, ini bukan tempat yang cocok. Pasukan harus bergerak
menuju mata air yang lebih dekat lagi dengan pasukan musuh, kemudian kita
bermarkas di sana dan kita merusak mata air lainnya, lalu kita membuat kolam
dan diisi dengan air hingga penuh, sehingga kita dapat minum sedangkan mereka
tidak bisa”.
“Engkau telah memberi
pendapat (yang bagus)”, Rasulullah menyetujuinya.
Khabab memang orang
yang mengenal tempat tersebut, sehingga mampu membuat rencana melalui ide
cemerlang. Lalu Rasulullah dan seluruh pasukan bangkit dan melakukan apa yang
disarankan oleh Khabab bin Mundzir. Hal ini menunjukkan kebijaksanaan
Rasulullah bahwa dirinya juga manusia biasa yang tidak berbuat sewenang-wenang.
Beliau mengajarkan bahwa suatu pendapat dapat dimusyawarahkan bersama-sama dan
tidak ingin menang sendiri.
Setelah itu, Sa’ad bin
Mu’adz mengusulkan pembuatan bangsal untuk tempat Rasulullah yang berfungsi
sebagai pusat komando dan antisipasi jika dibutuhkan. Dia berkata, “Wahai
Rasulullah, bagaimana jika kita membuat bangsal untukmu, dan kita menyiapkan
kendaraan untukmu, lalu kita berperang melawan musuh? Jika Allah memuliakan
kita, dan memenangkan kita atas musuh kita, itulah yang diharapkan oleh kita.
Jika yang terjadi adalah sebaliknya, engkau duduk di atas kendaraan, lalu
engkau menyusul kaum kami yang berada di belakang kami, karena kaum tersebut
berjalan di belakang. Wahai Nabi Allah, sesungguhnya kita lebih mencintaimu
daripada mereka. Jika mereka melihat engkau mendapatkan perlawanan, mereka tak
akan meninggalkanmu. Allah akan melindungimu dengan mereka, mereka akan
berbincang denganmu dan berjihad bersamamu”.
Rasulullah menghargai pendapat Mu’adz dan
mendoakannya, kemudian hal tersebut segera dilaksanakan. Lalu Sa’ad bin Mu’adz
ditunjuk sebagai pemimpin pasukan pengawal Rasulullah di pusat komando.
Pada malam hari,
tepatnya malam Jum’at, tanggal 17 Ramadhan tahun 2 H, Rasulullah menjelaskan strategi dan memberi arahan
kepada pasukan Muslimin. Lalu beliau menghabiskan waktu malam dengan sholat di
pangkal pohon sementara pasukan muslimin tidur agar pada esoknya mampu
berperang dengan penuh semangat. Semua pasukan percaya diri di dalam lindungan
Allah bahwa mereka dapat memperoleh kemenangan.
Surat Al Anfal ayat 11:
إِذۡ
يُغَشِّيكُمُ ٱلنُّعَاسَ أَمَنَةٗ مِّنۡهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيۡكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ
مَآءٗ لِّيُطَهِّرَكُم بِهِۦ وَيُذۡهِبَ عَنكُمۡ رِجۡزَ ٱلشَّيۡطَٰنِ
وَلِيَرۡبِطَ عَلَىٰ قُلُوبِكُمۡ وَيُثَبِّتَ بِهِ ٱلۡأَقۡدَامَ ١١
11. (Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu
mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan
kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan
menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu
dan mesmperteguh dengannya telapak kaki(mu).
Keesokan harinya,
tanggal 17 Ramadhan, pasukan Muslimin yang berjumlah 314 orang berhadapan
dengan pasukan kafir Quraisy yang berjumlah 1000 orang. Pertempuran berlangsung
sengit. Dengan kekuatan iman dan bantuan dari Allah SWT berupa barisan
malaikat, pasukan Muslimin mampu mengalahkan kafir Quraisy serta berhasil
membunuh Abu Jahal. Maka Rasulullah dan pasukan Muslimin pulang ke Madinah
dengan membawa kemenangan.
Referensi:
·
Mubarakfuri,
Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah.
Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·
Haekal,
Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.
·
Al-Mubarakfuriyy,
Syeikh Safy Al-Rahman. Seerah Nabawiyyah,
Al-Raheeq Al-Makhtum.
·
Abu
Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri. Sirah
Nabawiyah Ibnu Hisyam. 2000. Jakarta Timur: Darul Falah.
No comments:
Post a Comment