Peta Perang Badar
Sumber Objek: https://www.youtube.com/watch?v=Ry_vKTvWxq4
Nabi Muhammad
memerintahkan Thalhah bin Ubaidillah dan Sa’id bin Zaid pergi ke arah utara
untuk melakukan pengintaian. Mereka mendapat informasi bahwa rombongan dagang Abu Sufyan dengan hasil dagangan yang sangat banyak sedang pulang dari Syam ke
Mekkah. Hal itu disampaikan kepada Nabi Muhammad. Beliau mengumumkan kepada
para sahabat bahwa bagi siapa saja yang bersedia untuk menghadang rombongan dagang
Quraisy. Tidak semua sahabat menyambutnya karena mereka mengira hal itu hanya
memerlukan pasukan kecil seperti ekspedisi-ekspedisi sebelumnya dalam menguasai
jalur perdagangan untuk menghambat perdagangan Quraisy.
Lalu terkumpul 314
orang pasukan Muslimin dengan persenjataan yang kurang lengkap, terdiri dari 83
orang Muhajirin, 61 orang Aus dan 170 orang Khazraj. Pasukan penunggang kuda
hanya dua orang, yaitu Zubair bin Awwam sebagai pemimpin sayap kanan pasukan
dan Miqdad bin Al Aswad Al Kindi sebagai pemimpin sayap kiri pasukan. Sedangkan
unta berjumlah 70 ekor dan dinaiki secara bergantian oleh dua atau tiga orang.
Lalu mereka berangkat pada tanggal delapan Ramadhan. Nabi Muhammad , Ali bin
Abi Thalib, dan Marthad bin Marthad Al-Ghanawi bergantian naik seekor unta.
Begitu juga dengan Abu Bakar, Umar, dan Abdurrahman bin Auf. Pimpinan sholat di
Madinah diserahkan kepada Amr bin Ummu Maktum, sedangkan pimpinan Madinah
kepada Abu Lubaba dari Rauha’. Dalam perjalanan ini, mereka didahului oleh dua
bendera hitam yang dibawa oleh Ali bin Abi Thalib dari pasukan Muhajirin dan
Sa’ad bin Muaz dari pasukan Anshar. Panji pimpinan perang putih dibawa oleh
Mush’ab bin Umair. Qais bin Abu Sha’sha’ah ditunjuk sebagai pemimpin barisan
belakang. Sedangkan pimpinan tertinggi dipegang oleh Nabi Muhammad.
Abu Sufyan mengira
bahwa akan terjadi sesuatu pada dirinya. Lalu dia menyewa Dhomdhom bin Amr Al
Ghifari untuk meminta bantuan ke Mekkah. Penduduk Mekkah termasuk para
pemimpinnya segera bersiap-siap membentuk pasukan untuk menyelamatkan kafilah
dagang Abu Sufyan. Semua pemuka Quraisy iku berperang kecuali Abu Lahab.
Sebagai ganti dirinya, dia mengutus Al Ashi bin Hisyam bin Al Mughirah. Al Ashi
memiliki hutang sebesar 4000 dirham kepada Abu Lahab untuk berdagang, namun
bangkrut. Akhirnya dia harus mewakili Abu Lahab. Maka terkumpul pasukan dengan
persenjataan lengkap yang terdiri dari 1300 orang, 100 kuda, 600 baju besi, dan
unta yang banyak. Abu Jahal bin Hisyam memimpin pasukan sebagai panglima
perang.
Lalu pasukan kafir
Quraisy berangkat menuju arah kota Madinah. Namun di tengah perjalanan, mereka
kembali menerima surat dari Abu Sufyan bahwa rombongannya telah berhasil lolos
dari penghadangan kaum Muslimin. Karena itu dia meminta pasukan Quraisy pulang
ke Mekkah.
Namun dengan
sombongnya, Abu Jahal menolak kembali ke Mekkah. Dia tetap bersikeras
mengerahkan pasukannya ke Badar. Namun ada sebagian pasukan yang memutuskan
pulang ke Mekkah dengan jumlah 300 orang dan tidak ikut dalam perang Badar.
Maka pasukan kafir Quraisy tinggal berjumlah 1000 orang.
Setelah mengetahui
keberangkatan pasukan kafir Quraisy dan mereka semakin mendekati Badar, di sisi
lain rombongan dagang Abu Sufyan telah lolos dari pengamatan mereka dan semakin
menjauh, pasukan Muslimin berada dalam kebimbangan. Apakah mereka harus melawan
pasukan kafir Quraisy yang jumlah jauh lebih banyak dengan persenjataan dan
peralatan yang lengkap, sedangkan mereka hanya berjumlah sedikit dengan
persenjataan kurang maksimal?
Menghadapi situasi yang
kritis tersebut, Rasulullah mengajak para sahabat bermusyawarah. Sebagian
pasukan ada yang khawatir dalam menghadapi perang nanti. Hal ini dijelaskan
dalam surat Al Anfal ayat 5:
كَمَآ
أَخۡرَجَكَ رَبُّكَ مِنۢ بَيۡتِكَ بِٱلۡحَقِّ وَإِنَّ فَرِيقٗا مِّنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
لَكَٰرِهُونَ ٥
5. Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dan
rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang
beriman itu tidak menyukainya,
Setelah bermusyawarah,
akhirnya mereka sepakat untuk melawan pasukan kafir Quraisy dan siap menghadapi
berbagai kemungkinan yang terjadi. Mereka pun melanjutkan perjalanan untuk
berperang.
Setelah mengetahui
melalui anak-anak yang ditemui Rasulullah bahwa pasukan musyrikin setiap hari
menyembelih sembilan atau sepuluh unta, beliau menghitung bahwa jumlah mereka
antara 900 sampai 1000 orang dengan perkiraan satu unta cukup untuk 100 orang.
Lalu pasukan muslimin terus menuju Badar. Sementara itu di pihak pasukan kafir
Quraisy terjadi perselisihan. Ada yang ingin tidak berperang dan ada yang tetap
bertekad untuk berperang melawan kaum Muslimin. Namun Abu Jahal tetap
bersikeras untuk berperang sehingga mereka tetap melanjutkan perjalanan.
Pada hari Jumat tanggal
17 Ramadhan tahun kedua Hijriah, kedua pasukan yang telah siap berperang sudah
saling berhadapan. Rasulullah berpesan kepada pasukan Muslimin agar tidak
memulai peperangan tanpa komando dari beliau. Lalu perang Badr Kubro terjadi.
Kedua pasukan saling bertempur dengan mengerahkan segala kekuatan yang ada.
Rasulullah yang menyaksikan pertempuran juga terus berdoa kepada Allah SWT agar
diberi kemenangan hingga selendang beliau jatuh dari pundak. Inilah doa beliau,
“Ya Allah, jika pasukan ini kalah hari ini, maka Engaku tidak disembah, Ya
Allah, jika Engkau kehendaki, Engkau tidak disembah lagi hari ini”.
Maka Allah SWT
mendatangkan bantuan berupa para malaikat yang datang dengan berbaris. Jumlah
pasukan muslimin yang hanya sekitar sepertiga pasukan kafir Quraisy telah
ditambah dengan kekuatan malaikat. Ditambah dengan tekad yang kuat, kekuatan
kaum Muslimin semakin besar dan mereka berhasil mengalahkan pasukan kafir. Abu
Jahal pun terbunuh oleh Mu’az bin Amr bin Al Jamuh dan Mu’awwiz bin Afra’.
Tujuh puluh orang kafir Quraisy terbunuh dan mereka yang tertawan juga tujuh
puluh orang. Sedangkan di pihak muslimin ada 14 orang mati syahid. Lalu pasukan
Muslimin pulang dengan membawa kemenangan yang besar.
Referensi:
·
Mubarakfuri,
Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah.
Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·
Haekal,
Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.
·
Al-Mubarakfuriyy,
Syeikh Safy Al-Rahman. Seerah Nabawiyyah,
Al-Raheeq Al-Makhtum.
·
Abu
Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri. Sirah
Nabawiyah Ibnu Hisyam. 2000. Jakarta Timur: Darul Falah.
No comments:
Post a Comment