Monday, November 19, 2018

KISAH NABI MUSA AS. (DAN NABI KHIDHIR AS.) - Perjalanan Nabi Musa bersama Nabi Khidhir

Pada suatu hari, Nabi Musa sedang berkhutbah kepada Bani Israil. Ada sebuah pertanyaan kepada Nabi Musa bahwa siapakah yang paling banyak ilmunya. Nabi Musa langsung menjawab bahwa beliaulah orangnya. Allah SWT menegur Nabi Musa karena berpendapat tanpa wahyu dari Allah SWT. Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Musa bahwa seorang hamba-Nya yang berada di pertemuan dua lautan lebih banyak ilmu daripada Nabi Musa. Nabi Musa bertanya kepada Allah SWT bahwa bagaimana caranya agar bisa bertemu orang itu. Allah SWT memerintahkan Nabi Musa untuk membawa ikan di dalam sebuah keranjang. Bila kehilangan ikan itu maka di tempat itulah orang itu berada.

Lalu Nabi Musa berangkat bersama muridnya yang bernama Yusya' bin Nuun. Mereka berjalan kaki dengan membawa sebuah keranjang yang berisi ikan. Mereka sampai di sebuah batu karang untuk beristirahat. Saat itu, ikan yang berada di dalam keranjang itu bergerak dan keluar dari keranjang dan terjun ke laut dengan cara yang sangat aneh. Allah SWT menahan aliran air laut sehingga menjadi seperti sebuah jembatan yang dapat dilintasi ikan. Sedangkan Nabi Musa dan muridnya meneruskan perjalanan kembali. Murid Nabi Musa lupa memberitahu Nabi Musa bahwa ikan itu telah keluar.

Surat Al-Kahfi ayat 60-61:

وَإِذۡ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَىٰهُ لَآ أَبۡرَحُ حَتَّىٰٓ أَبۡلُغَ مَجۡمَعَ ٱلۡبَحۡرَيۡنِ أَوۡ أَمۡضِيَ حُقُبٗا  ٦٠ فَلَمَّا بَلَغَا مَجۡمَعَ بَيۡنِهِمَا نَسِيَا حُوتَهُمَا فَٱتَّخَذَ سَبِيلَهُۥ فِي ٱلۡبَحۡرِ سَرَبٗا  ٦١

60.  Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun".
61.  Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.

Di suatu tempat, Nabi Musa menyuruh muridnya untuk mengambil bekal makanan. Muridnya baru memberitahu Nabi Musa bahwa ikan di dalam keranjang telah keluar saat beristirahat di batu karang. Setanlah yang telah membuatnya lupa. Nabi Musa menjelaskan bahwa tempat itulah yang dicari. Maka keduanya kembali ke tempat batu karang itu.

Surat Al-Kahfi ayat 62-64:

فَلَمَّا جَاوَزَا قَالَ لِفَتَىٰهُ ءَاتِنَا غَدَآءَنَا لَقَدۡ لَقِينَا مِن سَفَرِنَا هَٰذَا نَصَبٗا  ٦٢ قَالَ أَرَءَيۡتَ إِذۡ أَوَيۡنَآ إِلَى ٱلصَّخۡرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ ٱلۡحُوتَ وَمَآ أَنسَىٰنِيهُ إِلَّا ٱلشَّيۡطَٰنُ أَنۡ أَذۡكُرَهُۥۚ وَٱتَّخَذَ سَبِيلَهُۥ فِي ٱلۡبَحۡرِ عَجَبٗا  ٦٣ قَالَ ذَٰلِكَ مَا كُنَّا نَبۡغِۚ فَٱرۡتَدَّا عَلَىٰٓ ءَاثَارِهِمَا قَصَصٗا  ٦٤

62.  Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini".
63.  Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali".
64.  Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.

Setelah sampai di batu karang, Nabi Musa melihat seorang laki-laki di situ. Beliaulah yang disebut sebagai Nabi Khidhir. Nabi Musa memberi salam kepada Nabi Khidhir dan Nabi Khidhir juga membalasnya. Nabi Musa bertanya kepada Nabi Khidhir bahwa bolehkah Nabi Musa mengikutinya. Nabi Khidhir menjawab bahwa sesungguhnya Nabi Musa tidak akan sabar mengikutinya karena sesuatu yang belum pernah Nabi Musa mengetahuinya. Nabi Musa meyakinkan bahwa insya Allah dia akan selalu sabar mengikutinya. Nabi Khidhir membolehkan Nabi Musa mengikutinya asal tidak bertanya sesuatu sebelum Nabi Khidhir menjelaskannya.

Surat Al-Kahfi ayat 65-70:

فَوَجَدَا عَبۡدٗا مِّنۡ عِبَادِنَآ ءَاتَيۡنَٰهُ رَحۡمَةٗ مِّنۡ عِندِنَا وَعَلَّمۡنَٰهُ مِن لَّدُنَّا عِلۡمٗا  ٦٥ قَالَ لَهُۥ مُوسَىٰ هَلۡ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰٓ أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمۡتَ رُشۡدٗا  ٦٦ قَالَ إِنَّكَ لَن تَسۡتَطِيعَ مَعِيَ صَبۡرٗا  ٦٧ وَكَيۡفَ تَصۡبِرُ عَلَىٰ مَا لَمۡ تُحِطۡ بِهِۦ خُبۡرٗا  ٦٨ قَالَ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ صَابِرٗا وَلَآ أَعۡصِي لَكَ أَمۡرٗا  ٦٩ قَالَ فَإِنِ ٱتَّبَعۡتَنِي فَلَا تَسۡ‍َٔلۡنِي عَن شَيۡءٍ حَتَّىٰٓ أُحۡدِثَ لَكَ مِنۡهُ ذِكۡرٗا  ٧٠

65.  Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.
66.  Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"
67.  Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku.
68.  Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"
69.  Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun".
70.  Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu".

Maka Nabi Musa dan Nabi Khidhir berangkat dengan berjalan di tepi pantai. Lalu mereka menaiki sebuah perahu yang para penumpangnya mengenal Nabi Khidhir sehingga keduanya gratis menaiki perahu. Saat di atas perahu, Nabi Khidhir dan Nabi Musa melihat seekor burung yang hinggap di perahu dan mematuk air laut. Nabi Khidhir menjelaskan bahwa ilmu Nabi Musa dan Nabi Khidhir  dibandingkan ilmu Allah SWT bagaikan air yang diminum seekor burung di antara luasnya samudera.

Tiba-tiba Nabi Khidhir melubangi perahu itu. Nabi Musa protes kepada Nabi Khidhir karena perahu itu menjadi rusak dan dapat membahayakan penumpang. Nabi Khidhir hanya menjawab bahwa sesungguhnya Nabi Musa tidak akan sabar bersamanya. Nabi Musa mengaku lalai.

Surat Al-Kahfi ayat 71-73:

فَٱنطَلَقَا حَتَّىٰٓ إِذَا رَكِبَا فِي ٱلسَّفِينَةِ خَرَقَهَاۖ قَالَ أَخَرَقۡتَهَا لِتُغۡرِقَ أَهۡلَهَا لَقَدۡ جِئۡتَ شَيۡ‍ًٔا إِمۡرٗا  ٧١ قَالَ أَلَمۡ أَقُلۡ إِنَّكَ لَن تَسۡتَطِيعَ مَعِيَ صَبۡرٗا  ٧٢ قَالَ لَا تُؤَاخِذۡنِي بِمَا نَسِيتُ وَلَا تُرۡهِقۡنِي مِنۡ أَمۡرِي عُسۡرٗا  ٧٣

71.  Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.
72.  Dia (Khidhr) berkata: "Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku".
73.  Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku".

Kemudian Nabi Musa dan Nabi Khidhir meninggalkan perahu tadi. Saat mereka berjalan di tepi pantai, mereka bertemu dengan seorang bocah yang sedang bermain dengan teman-temannya. Nabi Khidhir membunuh bocah itu sehingga bocah itu meninggal. Nabi Musa protes lagi karena menurutnya bocah itu masih berjiwa suci dan juga tidak membunuh orang lain. Apa yang dilakukan Nabi Khidhir dianggap sebagai perbuatan dosa. Nabi Khidhir menjawab lagi bahwa Nabi Musa tak akan sabar bersamanya.

Surat Al-Kahfi ayat 74-76:

فَٱنطَلَقَا حَتَّىٰٓ إِذَا لَقِيَا غُلَٰمٗا فَقَتَلَهُۥ قَالَ أَقَتَلۡتَ نَفۡسٗا زَكِيَّةَۢ بِغَيۡرِ نَفۡسٖ لَّقَدۡ جِئۡتَ شَيۡ‍ٔٗا نُّكۡرٗا  ٧٤ ۞قَالَ أَلَمۡ أَقُل لَّكَ إِنَّكَ لَن تَسۡتَطِيعَ مَعِيَ صَبۡرٗا  ٧٥ قَالَ إِن سَأَلۡتُكَ عَن شَيۡءِۢ بَعۡدَهَا فَلَا تُصَٰحِبۡنِيۖ قَدۡ بَلَغۡتَ مِن لَّدُنِّي عُذۡرٗا  ٧٦

74.  Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar".
75.  Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?"
76.  Musa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku".

Nabi Musa dan Nabi Khidhir meneruskan perjalanan. Mereka tiba di suatu negeri dan meminta dijamu oleh penduduk negeri itu. Tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka. Kemudian keduanya melihat sebuah dinding rumah yang hampir roboh di negeri itu. Lalu Nabi Khidhir menegakkan dinding itu. Nabi Musa mengatakan bahwa jika mau Nabi Khidhir dapat mengambil upah dari pekerjaan itu, padahal dari tadi tak ada orang yang mau menjamu mereka.

Surat Al-Kahfi ayat 77:

فَٱنطَلَقَا حَتَّىٰٓ إِذَآ أَتَيَآ أَهۡلَ قَرۡيَةٍ ٱسۡتَطۡعَمَآ أَهۡلَهَا فَأَبَوۡاْ أَن يُضَيِّفُوهُمَا فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارٗا يُرِيدُ أَن يَنقَضَّ فَأَقَامَهُۥۖ قَالَ لَوۡ شِئۡتَ لَتَّخَذۡتَ عَلَيۡهِ أَجۡرٗا  ٧٧

77.  Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu".

Nabi Khidhir mengatakan bahwa sudah saatnya mereka berpisah dan dia akan menjelaskan maksud dari perbuatan-perbuatan yang telah dilakukannya sehingga membuat Nabi Musa tidak sabar. Alasan Nabi Khidhir melubangi perahu adalah karena ada seorang raja yang suka merampas perahu-perahu yang masih bagus, dan perahu yang ada kerusakan tidak akan diambil oleh raja itu, dan perahu tadi milik orang miskin. Alasan Nabi Khidhir membunuh bocah tadi adalah karena bocah itu akan tumbuh dewasa menjadi orang yang kafir sedangkan orang tuanya adalah orang-orang yang beriman. Dikhawatirkan bahwa anak itu dapat menyesatkan orang tuanya. Dan semoga orang tua bocah tadi memperoleh anak yang baik menggantikan anak yang meninggal itu. Lalu, dinding rumah yang hampir roboh itu ditegakkan karena rumah itu milik dua orang anak yatim di kota itu, dan ayahnya seorang yang sholeh. Dan di bawah rumah itu ada simpanan harta benda bagi mereka berdua. Harta itu berguna bagi mereka saat sudah dewasa.

Surat Al-Kahfi ayat 78-82:

قَالَ هَٰذَا فِرَاقُ بَيۡنِي وَبَيۡنِكَۚ سَأُنَبِّئُكَ بِتَأۡوِيلِ مَا لَمۡ تَسۡتَطِع عَّلَيۡهِ صَبۡرًا  ٧٨ أَمَّا ٱلسَّفِينَةُ فَكَانَتۡ لِمَسَٰكِينَ يَعۡمَلُونَ فِي ٱلۡبَحۡرِ فَأَرَدتُّ أَنۡ أَعِيبَهَا وَكَانَ وَرَآءَهُم مَّلِكٞ يَأۡخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصۡبٗا  ٧٩ وَأَمَّا ٱلۡغُلَٰمُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤۡمِنَيۡنِ فَخَشِينَآ أَن يُرۡهِقَهُمَا طُغۡيَٰنٗا وَكُفۡرٗا  ٨٠ فَأَرَدۡنَآ أَن يُبۡدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيۡرٗا مِّنۡهُ زَكَوٰةٗ وَأَقۡرَبَ رُحۡمٗا  ٨١ وَأَمَّا ٱلۡجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَٰمَيۡنِ يَتِيمَيۡنِ فِي ٱلۡمَدِينَةِ وَكَانَ تَحۡتَهُۥ كَنزٞ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَٰلِحٗا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَن يَبۡلُغَآ أَشُدَّهُمَا وَيَسۡتَخۡرِجَا كَنزَهُمَا رَحۡمَةٗ مِّن رَّبِّكَۚ وَمَا فَعَلۡتُهُۥ عَنۡ أَمۡرِيۚ ذَٰلِكَ تَأۡوِيلُ مَا لَمۡ تَسۡطِع عَّلَيۡهِ صَبۡرٗا  ٨٢

78.  Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
79.  Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.
80.  Dan adapun anak muda itu, maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.
81.  Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).
82.  Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya".

Perbuatan-perbuatan Nabi Khidhir bukanlah berasal dari kehendak sendiri, melainkan kehendak dari Allah SWT. Demikianlah akhir dari kisah perjalanan Nabi Musa dan Nabi Khidhir.

No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate...

Popular posts