Pada suatu hari, Nabi Musa sedang berkhutbah kepada Bani Israil. Ada
sebuah pertanyaan kepada Nabi Musa bahwa siapakah yang paling banyak ilmunya.
Nabi Musa langsung menjawab bahwa beliaulah orangnya. Allah SWT menegur Nabi
Musa karena berpendapat tanpa wahyu dari Allah SWT. Allah SWT mewahyukan kepada
Nabi Musa bahwa seorang hamba-Nya yang berada di pertemuan dua lautan lebih
banyak ilmu daripada Nabi Musa. Nabi Musa bertanya kepada Allah SWT bahwa
bagaimana caranya agar bisa bertemu orang itu. Allah SWT memerintahkan Nabi
Musa untuk membawa ikan di dalam sebuah keranjang. Bila kehilangan ikan itu
maka di tempat itulah orang itu berada.
Lalu Nabi Musa berangkat bersama muridnya yang bernama Yusya' bin Nuun.
Mereka berjalan kaki dengan membawa sebuah keranjang yang berisi ikan. Mereka
sampai di sebuah batu karang untuk beristirahat. Saat itu, ikan yang berada di
dalam keranjang itu bergerak dan keluar dari keranjang dan terjun ke laut
dengan cara yang sangat aneh. Allah SWT menahan aliran air laut sehingga
menjadi seperti sebuah jembatan yang dapat dilintasi ikan. Sedangkan Nabi Musa
dan muridnya meneruskan perjalanan kembali. Murid Nabi Musa lupa memberitahu
Nabi Musa bahwa ikan itu telah keluar.
Surat Al-Kahfi ayat
60-61:
وَإِذۡ
قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَىٰهُ لَآ أَبۡرَحُ حَتَّىٰٓ أَبۡلُغَ مَجۡمَعَ ٱلۡبَحۡرَيۡنِ
أَوۡ أَمۡضِيَ حُقُبٗا ٦٠ فَلَمَّا
بَلَغَا مَجۡمَعَ بَيۡنِهِمَا نَسِيَا حُوتَهُمَا فَٱتَّخَذَ سَبِيلَهُۥ فِي ٱلۡبَحۡرِ
سَرَبٗا ٦١
60. Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada
muridnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan
dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun".
61. Maka
tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan
ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.
Di suatu tempat, Nabi Musa menyuruh muridnya untuk mengambil bekal
makanan. Muridnya baru memberitahu Nabi Musa bahwa ikan di dalam keranjang
telah keluar saat beristirahat di batu karang. Setanlah yang telah membuatnya
lupa. Nabi Musa menjelaskan bahwa tempat itulah yang dicari. Maka keduanya
kembali ke tempat batu karang itu.
Surat Al-Kahfi ayat
62-64:
فَلَمَّا
جَاوَزَا قَالَ لِفَتَىٰهُ ءَاتِنَا غَدَآءَنَا لَقَدۡ لَقِينَا مِن سَفَرِنَا
هَٰذَا نَصَبٗا ٦٢ قَالَ أَرَءَيۡتَ إِذۡ
أَوَيۡنَآ إِلَى ٱلصَّخۡرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ ٱلۡحُوتَ وَمَآ أَنسَىٰنِيهُ إِلَّا
ٱلشَّيۡطَٰنُ أَنۡ أَذۡكُرَهُۥۚ وَٱتَّخَذَ سَبِيلَهُۥ فِي ٱلۡبَحۡرِ عَجَبٗا ٦٣ قَالَ ذَٰلِكَ مَا كُنَّا نَبۡغِۚ فَٱرۡتَدَّا
عَلَىٰٓ ءَاثَارِهِمَا قَصَصٗا ٦٤
62. Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh,
berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari makanan kita;
sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini".
63. Muridnya
menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu
tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak
adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu
mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali".
64. Musa
berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". Lalu keduanya kembali,
mengikuti jejak mereka semula.
Setelah sampai di batu karang, Nabi Musa melihat seorang laki-laki di
situ. Beliaulah yang disebut sebagai Nabi Khidhir. Nabi Musa memberi salam
kepada Nabi Khidhir dan Nabi Khidhir juga
membalasnya. Nabi Musa bertanya kepada Nabi Khidhir bahwa bolehkah Nabi Musa
mengikutinya. Nabi Khidhir menjawab bahwa sesungguhnya Nabi Musa tidak akan
sabar mengikutinya karena sesuatu yang belum pernah Nabi Musa mengetahuinya.
Nabi Musa meyakinkan bahwa insya Allah dia akan selalu sabar mengikutinya. Nabi
Khidhir membolehkan Nabi Musa mengikutinya asal tidak bertanya sesuatu sebelum
Nabi Khidhir menjelaskannya.
Surat Al-Kahfi ayat
65-70:
فَوَجَدَا
عَبۡدٗا مِّنۡ عِبَادِنَآ ءَاتَيۡنَٰهُ رَحۡمَةٗ مِّنۡ عِندِنَا وَعَلَّمۡنَٰهُ
مِن لَّدُنَّا عِلۡمٗا ٦٥ قَالَ لَهُۥ
مُوسَىٰ هَلۡ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰٓ أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمۡتَ رُشۡدٗا ٦٦ قَالَ إِنَّكَ لَن تَسۡتَطِيعَ مَعِيَ
صَبۡرٗا ٦٧ وَكَيۡفَ تَصۡبِرُ عَلَىٰ مَا
لَمۡ تُحِطۡ بِهِۦ خُبۡرٗا ٦٨ قَالَ
سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ صَابِرٗا وَلَآ أَعۡصِي لَكَ أَمۡرٗا ٦٩ قَالَ فَإِنِ ٱتَّبَعۡتَنِي فَلَا تَسَۡٔلۡنِي
عَن شَيۡءٍ حَتَّىٰٓ أُحۡدِثَ لَكَ مِنۡهُ ذِكۡرٗا ٧٠
65. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di
antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi
Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.
66. Musa
berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan
kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan
kepadamu?"
67. Dia
menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama
aku.
68. Dan
bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan
yang cukup tentang hal itu?"
69. Musa
berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar,
dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun".
70. Dia
berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku
tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu".
Maka Nabi Musa dan Nabi Khidhir berangkat dengan berjalan di tepi
pantai. Lalu mereka menaiki sebuah perahu yang para penumpangnya mengenal Nabi
Khidhir sehingga keduanya gratis menaiki perahu. Saat di atas perahu, Nabi
Khidhir dan Nabi Musa melihat seekor burung yang hinggap di perahu dan mematuk
air laut. Nabi Khidhir menjelaskan bahwa ilmu Nabi Musa dan Nabi Khidhir dibandingkan ilmu Allah SWT bagaikan air yang
diminum seekor burung di antara luasnya samudera.
Tiba-tiba Nabi Khidhir melubangi perahu itu. Nabi Musa protes kepada
Nabi Khidhir karena perahu itu menjadi rusak dan dapat membahayakan penumpang.
Nabi Khidhir hanya menjawab bahwa sesungguhnya Nabi Musa tidak akan sabar bersamanya.
Nabi Musa mengaku lalai.
Surat Al-Kahfi ayat
71-73:
فَٱنطَلَقَا
حَتَّىٰٓ إِذَا رَكِبَا فِي ٱلسَّفِينَةِ خَرَقَهَاۖ قَالَ أَخَرَقۡتَهَا
لِتُغۡرِقَ أَهۡلَهَا لَقَدۡ جِئۡتَ شَيًۡٔا إِمۡرٗا ٧١ قَالَ أَلَمۡ أَقُلۡ إِنَّكَ لَن تَسۡتَطِيعَ
مَعِيَ صَبۡرٗا ٧٢ قَالَ لَا تُؤَاخِذۡنِي
بِمَا نَسِيتُ وَلَا تُرۡهِقۡنِي مِنۡ أَمۡرِي عُسۡرٗا ٧٣
71. Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala
keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa
kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?"
Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.
72. Dia
(Khidhr) berkata: "Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu
sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku".
73. Musa
berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah
kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku".
Kemudian Nabi Musa dan Nabi Khidhir meninggalkan perahu tadi. Saat
mereka berjalan di tepi pantai, mereka bertemu dengan seorang bocah yang sedang
bermain dengan teman-temannya. Nabi Khidhir membunuh bocah itu sehingga bocah
itu meninggal. Nabi Musa protes lagi karena menurutnya bocah itu masih berjiwa
suci dan juga tidak membunuh orang lain. Apa yang dilakukan Nabi Khidhir
dianggap sebagai perbuatan dosa. Nabi Khidhir menjawab lagi bahwa Nabi Musa tak
akan sabar bersamanya.
Surat Al-Kahfi ayat
74-76:
فَٱنطَلَقَا
حَتَّىٰٓ إِذَا لَقِيَا غُلَٰمٗا فَقَتَلَهُۥ قَالَ أَقَتَلۡتَ نَفۡسٗا زَكِيَّةَۢ
بِغَيۡرِ نَفۡسٖ لَّقَدۡ جِئۡتَ شَيۡٔٗا نُّكۡرٗا ٧٤ ۞قَالَ أَلَمۡ أَقُل لَّكَ إِنَّكَ لَن
تَسۡتَطِيعَ مَعِيَ صَبۡرٗا ٧٥ قَالَ إِن
سَأَلۡتُكَ عَن شَيۡءِۢ بَعۡدَهَا فَلَا تُصَٰحِبۡنِيۖ قَدۡ بَلَغۡتَ مِن
لَّدُنِّي عُذۡرٗا ٧٦
74. Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala
keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata:
"Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang
lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar".
75. Khidhr
berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak
akan dapat sabar bersamaku?"
76. Musa
berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini,
maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah
cukup memberikan uzur padaku".
Nabi Musa dan Nabi Khidhir meneruskan perjalanan. Mereka tiba di suatu
negeri dan meminta dijamu oleh penduduk negeri itu. Tetapi penduduk negeri itu
tidak mau menjamu mereka. Kemudian keduanya melihat sebuah dinding rumah yang
hampir roboh di negeri itu. Lalu Nabi Khidhir menegakkan dinding itu. Nabi Musa
mengatakan bahwa jika mau Nabi Khidhir dapat mengambil upah dari pekerjaan itu,
padahal dari tadi tak ada orang yang mau menjamu mereka.
Surat Al-Kahfi ayat 77:
فَٱنطَلَقَا
حَتَّىٰٓ إِذَآ أَتَيَآ أَهۡلَ قَرۡيَةٍ ٱسۡتَطۡعَمَآ أَهۡلَهَا فَأَبَوۡاْ أَن
يُضَيِّفُوهُمَا فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارٗا يُرِيدُ أَن يَنقَضَّ فَأَقَامَهُۥۖ
قَالَ لَوۡ شِئۡتَ لَتَّخَذۡتَ عَلَيۡهِ أَجۡرٗا
٧٧
77. Maka keduanya berjalan; hingga tatkala
keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada
penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka,
kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh,
maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau,
niscaya kamu mengambil upah untuk itu".
Nabi Khidhir mengatakan
bahwa sudah saatnya mereka berpisah dan dia akan menjelaskan maksud dari
perbuatan-perbuatan yang telah dilakukannya sehingga membuat Nabi Musa tidak
sabar. Alasan
Nabi Khidhir melubangi perahu adalah karena ada seorang raja yang suka merampas
perahu-perahu yang masih bagus, dan perahu yang ada kerusakan tidak akan
diambil oleh raja itu, dan perahu tadi milik orang miskin. Alasan Nabi Khidhir
membunuh bocah tadi adalah karena bocah itu akan tumbuh dewasa menjadi orang
yang kafir sedangkan orang tuanya adalah orang-orang yang beriman.
Dikhawatirkan bahwa anak itu dapat menyesatkan orang tuanya. Dan semoga orang
tua bocah tadi memperoleh anak yang baik menggantikan anak yang meninggal itu.
Lalu, dinding rumah yang hampir roboh itu ditegakkan karena rumah itu milik dua
orang anak yatim di kota itu, dan ayahnya seorang yang sholeh. Dan di bawah
rumah itu ada simpanan harta benda bagi mereka berdua. Harta itu berguna bagi
mereka saat sudah dewasa.
Surat Al-Kahfi ayat
78-82:
قَالَ
هَٰذَا فِرَاقُ بَيۡنِي وَبَيۡنِكَۚ سَأُنَبِّئُكَ بِتَأۡوِيلِ مَا لَمۡ تَسۡتَطِع
عَّلَيۡهِ صَبۡرًا ٧٨ أَمَّا ٱلسَّفِينَةُ
فَكَانَتۡ لِمَسَٰكِينَ يَعۡمَلُونَ فِي ٱلۡبَحۡرِ فَأَرَدتُّ أَنۡ أَعِيبَهَا
وَكَانَ وَرَآءَهُم مَّلِكٞ يَأۡخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصۡبٗا ٧٩ وَأَمَّا ٱلۡغُلَٰمُ فَكَانَ أَبَوَاهُ
مُؤۡمِنَيۡنِ فَخَشِينَآ أَن يُرۡهِقَهُمَا طُغۡيَٰنٗا وَكُفۡرٗا ٨٠ فَأَرَدۡنَآ أَن يُبۡدِلَهُمَا رَبُّهُمَا
خَيۡرٗا مِّنۡهُ زَكَوٰةٗ وَأَقۡرَبَ رُحۡمٗا
٨١ وَأَمَّا ٱلۡجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَٰمَيۡنِ يَتِيمَيۡنِ فِي ٱلۡمَدِينَةِ
وَكَانَ تَحۡتَهُۥ كَنزٞ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَٰلِحٗا فَأَرَادَ رَبُّكَ
أَن يَبۡلُغَآ أَشُدَّهُمَا وَيَسۡتَخۡرِجَا كَنزَهُمَا رَحۡمَةٗ مِّن رَّبِّكَۚ
وَمَا فَعَلۡتُهُۥ عَنۡ أَمۡرِيۚ ذَٰلِكَ تَأۡوِيلُ مَا لَمۡ تَسۡطِع عَّلَيۡهِ
صَبۡرٗا ٨٢
78. Khidhr berkata: "Inilah perpisahan
antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan
perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
79. Adapun
bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku
bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja
yang merampas tiap-tiap bahtera.
80. Dan
adapun anak muda itu, maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan kami
khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan
kekafiran.
81. Dan kami
menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang
lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada
ibu bapaknya).
82. Adapun
dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di
bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah
seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada
kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu;
dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu
adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar
terhadapnya".
Perbuatan-perbuatan
Nabi Khidhir bukanlah berasal dari kehendak sendiri, melainkan kehendak dari
Allah SWT. Demikianlah akhir dari kisah perjalanan Nabi Musa dan Nabi Khidhir.
No comments:
Post a Comment