Ketika hendak merencanakan
pembangunan masjid, hal pertama yang harus disiapkan adalah sebidang tanah
sebagai tempat bangunan masjid. Untuk membuat perencanaan yang benar-benar
matang, dibutuhkan ukuran lahan yang tepat dan tidak dikira-kira, baik panjang,
lebar, maupun luas lahan yang sebenarnya. Selain luas lahan, hal yang harus
diperhatikan adalah kontur tanah (tinggi dan rendahnya tanah). Namun hal ini
tidak diperlukan untuk tanah yang sudah rata. Jika hendak melakukan perencanaan
bangunan tingkat, maka perlu dilakukan tes kekuatan tanah. Alat yang digunakan
untuk mengukur kekuatan tanah adalah sondir sebagai alat bor tes tanah yang
pendek dan boring untuk tes tanah yang dalam. Jadi, secara dasar, hal yang
perlu diperhatikan dalam perencanaan yang berkaitan dengan lahan adalah ukuran
lahan, kontur lahan, kekuatan tanah, dan tinggi level bangunan terhadap jalan.
Desain Masjid Syahadat yang
merupakan bagian dari maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya) juga harus
direncanakan sesuai dengan lahan jika hal ini benar-benar terwujud. Sebagai masjid
berukuran besar dan memiliki fungsi yang banyak, desain masjid Syahadat dibuat
dengan memerhatikan hal-hal penting agar jika desain ini diwujudkan maka sudah
sesuai dengan standar keamanan dan kenyamanan. Terlebih lagi lahan adalah
media/bahan utama dalam membangun sebuah rumah, gedung, atau masjid. Pada
dasarnya, karena desain masjid Syahadat merupakan bagian dari kompleks
bangunan, maka jenis lahan yang dibutuhkan tidak berbeda jauh dengan lahan
komples bangunan. Tapi di sini akan dijelaskan mengenai masjid yang merupakan
bangunan tunggal maupun bagian dari kompleks bangunan.
Ukuran lahan adalah hal yang harus
diperhatikan untuk menentukan luas bangunan masjid serta tempat penunjangnya. Untuk lahan yang kecil, maka masjid yang
dibangun hanya berukuran kecil dan umumnya tidak memiliki tempat penunjang,
seperti kantor pengurus dan tempat parkir. Kalaupun ada tempat untuk
memarkirkan kendaraan, biasanya hanya berupa halaman masjid yang terbuka
ataupun tempat parkir teduh yang kecil. Bahkan karena tidak cukupnya lahan,
kendaraan-kendaraan biasanya diparkirkan di luar area masjid atau pinggir
jalan. Namun ini adalah hal yang lumrah asalkan tidak mengganggu arus lalu
lintas. Untuk ukuran lahan yang luas, maka luas bangunan yang masjid yang
direncanakan dapat lebih besar sehingga lebih leluasa dalam menentukan ukuran
bangunan beserta tempat penunjangnya. Tidak hanya bangunan masjid, di lahan
yang luas dapat direncanakan berbagai pembangunan fasilitas penunjang, seperti
tempat parkir teduh, menara masjid, kantor pengurus, pos keamanan, dan
sebagainya. Pada dasarnya, ukuran luas lahan harus memerhatikan jumlah jamaah
yang akan mengunjungi masjid. Untuk masjid kampung, tentu hanya butuh lahan kecil.
Sedangkan untuk masjid kota, masjid agung, masjid negara, atau masjid milik
kompleks bangunan yang besar, tentu membutuhkan lahan yang luas karena jumlah
jamaah yang banyak.
Masih berkaitan dengan ukuran lahan,
bentuk lahan juga harus diperhatikan. Ada tiga bentuk lahan secara garis besar,
yaitu bentuk persegi, memanjang ke samping, dan memanjang ke depan-belakang.
Untuk lahan berbentuk persegi, perencanaan bangunan masjid relatif mudah
dilakukan, karena umumnya ruang utama masjid berbentuk persegi sehingga
proporsinya terhadap lahan cukup mudah ditentukan. Untuk masjid yang memanjang
ke samping, bangunan utama dapat berada di tengah dan halaman sampingnya dapat
dipakai untuk tempat parkir atau fasilitas lainnya. Namun masjid dapat dibangun
di sisi kanan atau kiri lahan sehingga halaman samping yang tersisa lebih luas.
Untuk masjid yang memanjang ke depan-belakang, maka masjid akan memiliki
halaman pintu masuk yang luas sehingga dapat digunakan secara leluasa untuk
tempat parkir maupun sholat berjamaah.
Masjid Syahadat didesain untuk lahan
yang berukuran luas dengan bentuk lahan memanjang ke samping, karena di
belakang masjid sudah merupakan halaman utama kompleks bangunan. Maka saya
meletakkan bangunan utama di tengah halaman, kantor pengurus di sisi kanan, dan
tempat parkir teduh di sisi kiri.
Kontur tanah adalah hal penting
diperhatikan dalam menentukan ketinggian bangunan, misalnya apa bangunan yang
sebaiknya lebih tinggi dan bagaimana penataan halaman bangunan. Tentu saja
umumnya orang-orang berharap bahwa tanah yang disiapkan memiliki kontur tanah
yang rata, sehingga perancangannya lebih mudah dilakukan. Apabila ada bangunan
yang dibuat lebih tinggi dari halaman, seperti masjid yang diberi tanda batas
suci, maka cukup menimbun bagian lahan dengan tanah dan tinggi pondasi dibuat agar
lebih tinggi dari permukaan lahan. Penataan halaman masjid juga mudah dilakukan
sehingga sudah aman dan nyaman jika digunakan untuk keperluan tertentu,
termasuk tempat parkir. Maka dalam perancangan bangunan sebaiknya memilih tanah
yang memiliki kontur rata. Sedangkan lahan yang sempit dan tidak rata harus
dihindari karena tentu sangat sulit dalam merencanakan pembangunannya, kecuali
jika mau mengeruk atau menimbun.
Untuk lahan yang luas namun tidak
rata, perencanaan bangunan masih bisa dilakukan dengan cukup mudah. Apabila
tanah yang lebih tinggi memiliki ukuran yang lebih luas daripada tanah yang
rendah, masjid bisa dibangun di situ, sekaligus dapat diberikan tanda batas
suci. Untuk lahan yang tidak rata dan juga tidak rapi, maka perencanaan pembangunan
lebih sulit dilakukan dan lebih baik menghindari lahan dengan kontur seperti
itu.
Masjid Syahadat didesain untuk lahan
yang memiliki kontur rata, sehingga penataannya lebih mudah dan memberi
kenyamanan bagi pengunjung. Lahan yang rata juga memberikan kesan rapi dan luas
sehingga diharapkan bahwa penampilan masjid indah dipandang. Begitu juga dengan
maket kompleks bangunan Betterpad-Ray memang didesain untuk lahan yang memiliki
kontur rata. Jadi saya berusaha untuk memilih lahan yang rata jika hendak
merencanakan pembangunan, karena saya suka membuat beberapa bangunan dalam satu
lahan yang akses antara satu bangunan dengan bangunan lain dibuat mudah.
Untuk melakukan tes kekuatan tanah
menggunakan sondir atau boring, harus dilakukan oleh para ahli. Karena saat
penulisan artikel ini saya adalah lulusan SMA dan belum kuliah, saya kurang
paham dengan penggunaan alat tersebut. Tes ini dapat digunakan untuk
pembangunan gedung dua lantai atau lebih. Desain masjid Syahadat merupakan
desain masjid yang berukuran besar, memiliki dinding bangunan yang tinggi, dan
adanya tiang penyangga atap, sehingga tes ini benar-benar harus dilakukan jika
pembangunan benar-benar terwujud. Terlebih lagi ada menara Syahadat yang
tingginya lebih dari 40 meter sehingga kekuatan tanah harus benar-benar
diperhatikan. Hal ini agar kondisi bangunan stabil nantinya.
Hasil Proyek Peninggian Jalan di Karangturi, Bulurejo, Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Indonesia
Saya pernah melihat ada sekelompok
orang di depan rumah saya, yaitu di pinggir jalan raya, yang sedang
menghujamkan suatu alat seperti linggis ke dalam tanah. Saat itu akan dilakukan
proyek peninggian jalan dengan membongkar aspal lama, lalu ditimbun/ditinggikan
dengan pasir, batu, dan sebagainya, lalu baru diaspal lagi dengan yang baru. Karena
peninggian jalan, rumah saya yang dahulunya lebih tinggi dari jalan raya
menjadi lebih rendah dari jalan raya. Saat saya coba mencari tahu, ternyata itu
adalah sondir yang digunakan untuk mengukur kekuatan tanah di jalan raya. Jalan
di depan rumah saya berada di dekat pertigaan, sehingga sering ada kendaraan
yang menurunkan kecepatannya dengan mengerem. Tentu ini bisa merusak aspal dan
jalan raya, sehingga permukaannya mudah menurun. Maka penimbunan tanahnya lebih
padat dan ditekan terus dengan alat berat sehingga permukaan jalan raya lebih
stabil.
Tinggi bangunan terhadap jalan
adalah hal yang juga diperhatikan. Secara garis besar ada tiga kondisi tentang
hal ini, yaitu bangunan yang lebih tinggi dari jalan, sejajar dengan jalan, dan
lebih rendah dari jalan. Posisi bangunan masjid yang sejajar dengan jalan
adalah hal yang memang diharapkan. Perancangan dan penataan lebih mudah
dilakukan. Para pengunjung juga tidak mengalami kesulitan saat masuk ke area
masjid. Sedangkan untuk bangunan yang lebih tinggi dari jalan, maka harus
membuat jalan masuk yang senyaman mungkin walaupun miring. Jalan bisa
dihaluskan untuk dilewati oleh kendaraan dan bisa dibuat beberapa anak tangga
untuk pejalan kaki. Hal ini juga dapat diterapkan untuk bangunan yang lebih
rendah dari jalan.
Desain masjid Syahadat dan seluruh
bagian maket kompleks Betterpad-Ray diterapkan agar sejajar dengan jalan. Tapi
saya juga suka jika bangunan sedikit lebih tinggi dari jalan utama.
Demikian artikel dari saya ini.
Semoga desain Masjid Syahadat yang merupakan bagian dari maket Betterpad-Ray
(Benteng Terpadu Raya) dapat memberikan inspirasi dan dapat diwujudkan. Aamiin.
Referensi:
·
Susanta,
Gatut, dkk. Membangun Masjid & Mushola. 2007. Depok: Penebar
Swadaya. (https://archive.org/stream/BukuArsitektur/1048_Membangun%20Masjid%20dan%20Mushola#mode/2up)
No comments:
Post a Comment