Gunung Uhud
Sumber Objek: https://www.youtube.com/watch?v=f0Otvzv4eF8
Peta Gunung Uhud dan Madinah sekarang
(Google Maps)
Perang Uhud
adalah perang antara pasukan muslimin melawan pasukan musyrikin (Quraisy) yang
terjadi pada hari Sabtu, 7 Syawwal tahun 3 Hijriah. Perang ini adalah
pembalasan dendam oleh musyrikin Quraisy setelah kekalahan mereka saat melawan
pasukan muslimin pada perang Badar.
Pasukan
musyrikin Quraisy memiliki prajurit berjumlah 3000 orang yang dipimpin oleh Abu
Sufyan bin Harb sebagai komandan perang. Jumlah mereka ini termasuk dari
sekutu-sekutu mereka, seperti Bani Kinanah dan orang-orang Tihamah. Pasukan
berkuda sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid dan pasukan berkuda sayap
kiri dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jahal. Sedangkan Hindun binti Utbah, istri
Abu Sufyan, memimpin kaum wanita untuk memberi semangat kepada pasukan
musyrikin.
Sedangkan Nabi
Muhammad membentuk pasukan sekaligus sebagai komandan utama pasukan muslimin
untu menghadapi serangan pasukan musyrikin. Awalnya beliau berangkat bersama
seribu orang. Namun di tengah perjalanan, Abdullah bin Ubay bersama tiga ratus
orang memisahkan diri dari pasukan muslimin. Mereka adalah orang-orang munafik
yang tidak mau mati saat berperang. Maka tinggal 700 orang di dalam pasukan
muslimin.
Lalu kedua
pasukan saling bertemu di Uhud. Sebelum pertempuran dimulai, Nabi Muhammad
menasihati pasukannya agar terus bersabar dan berjuang hingga titik darah
penghabisan. Lalu beliau memegang pedang dan berkata, “Siapakah yang mau
mengambil pedang ini dan memenuhi haknya?”.
Beberapa orang
berebut untuk mengambilnya, hingga seseorang bernama Abu Dujanah berkata,
“Apakah hak pedang tersebut ya Rasulullah?”
“Engkau harus
menebas wajah musuh dengan pedang ini hingga mereka tunduk!”. Sabda Nabi
Muhammad.
Abu Dujana berkata,
“Saya akan memenuhi hak pedang tersebut ya Rasulullah”.
Maka Abu Dujana
menerima pedang tersebut. Dia memang dikenal sebagai seorang pemberani. Jika
amarahnya sudah timbul, maka dia akan memakai ikat kepala merah di kepalanya.
Dengan begitu, orang-orang mengetahui bahwa dia akan berperang sampai mati. Setelah
dia membawa pedang tersebut dan memakai ikat kepala merah di kepalanya, dia
berjalan di antara barisan dengan angkuh. Saat itu Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya cara jalan tersebut dibenci oleh Allah, kecuali dalam kondisi
seperti ini”.
Seperti saat
perang Badar, pertempuran ini diawali dengan duel tanding. Saat itu Talhah bin
Abi Talhah Al Abdari dari pasukan musyrikin menantang duel pasukan muslimin.
Dia dikenal sebagai orang paling berani dari Quraisy. Lalu dari pasukan
muslimin keluarlah Zubair bin Awwam yang langsung melompat seperti singa. Dia
berhasil membuat Talhah jatuh tersungkur dan tewas dalam waktu yang tidak lama.
Rasulullah dan
pasukan beliau mengucapkan takbir ketika melihat kemenangan Zubair. Beliau
bersabda, “Sesungguhnya setiap nabi memiliki pengikut setia. Pengikut setiaku
adalah Zubair”.
Setelah itu,
dimulailah perang sesungguhnya antara kedua belah pihak. Pada awalnya pasukan
muslimin mampu mengungguli lawan, meskipun mereka berjumlah sedikit. Pemegang
panji-panji pasukan musyrikin tewas satu per satu karena terkena serangan dari
senjata pasukan muslimin, sampai panji itu terjatuh dan tak ada yang
memegangnya kembali.
Abu Dujanah yang
memegang pedang Rasulullah terus maju menebas musuh yang menghadangnya hingga
mereka terbunuh. Hamzah bin Abdul Muththalib juga terus menyerang pasukan
musyrikin bagaikan singa kelaparan. Musuh pun tidak mengira bahwa hal ini bisa
terjadi. Pasukan pemanah muslimin juga memberikan pengaruh besar terhadap
keunggulan kaum muslimin. Mereka dapat menahan pergerakan pasukan musyrikin
dengan melesatkan anak panah mereka dari atas bukit.
Namun kejadian
buruk menimpa pasukan muslimin. Hamzah bin Abdul Muththalib telah dibunuh oleh
seorang budak kulit hitam bernama Wahsyi yang secara khusus diperintahkan oleh
majikannya yang bernama Jubair bin Al Muth’im untuk membunuhnya dengan hadiah
bahwa dia akan dimerdekakan. Dia membunuh Hamzah dengan melempar tombak dengan
gaya Abbisinia. Namun pasukan muslimin tetap terus berjuang hingga pasukan
musyrikin terdesak dan banyak yang tewas. Maka pasukan musyrikin mulai
meninggalkan pertempuran.
Pasukan muslimin
mulai mengumpulkan harta rampasan perang (ghanimah). Namun, 40 dari 50 pasukan
memanah juga ikut turun dari bukit untuk mengumpulkan ghanimah tanpa ada
perintah dari Rasulullah. Padahal Rasulullah sudah berpesan agar mereka tidak
turun dari bukit sebelum menerima perintah dari beliau. Pemimpin pasukan
pemanah, Abdullah bin Jubair tidak ikut turun dan sebenarnya dia sudah
memperingatkan pasukannya agar tidak turun. Namun sebagian dari mereka telah
tergoda oleh harta.
Khalid bin Walid
yang menyaksikan hal itu segera berjalan memutar bersama pasukannya hingga
berada di belakang pasukan muslimin. Mereka segera menghabisi pasukan pemanah
dan kemudian menyerang pasukan muslimin dari belakang dengan berteriak
sekeras-kerasnya. Pasukan musyrikin yang mendengarnya menjadi bangkit kembali
untuk menyerbu pasukan muslimin. Maka pasukan muslimin terkepung dari arah
depan dan belakang. Maka pasukan muslimin terdesak dan lari.
Saat itu
Rasulullah dikelilingi oleh para sahabat yang berjumlah sembilan orang di
barisan belakang pasukan muslimin. Rasulullah berteriak, “Wahai hamba-hamba
Allah”. Rasulullah sudah tahu jika suaranya didengar lebih dahulu oleh pasukan
musyrikin sebelum didengar pasukan muslimin. Maka pasukan musyrikin segera
mencari Rasulullah dengan niat hendak membunuh beliau. Saat itu muncul isu di
kalangan pasukan muslimin bahwa Rasulullah telah meninggal. Meskipun ada
sebagian dari mereka yang menyerah, sebagian dari mereka yang optimis terus
memberi semangat agar terus menyerbu pasukan musyrikin.
Di sisi lain,
tinggal Talhah bin Ubaidillah dan Sa’ad bin Abi Waqash yang masih bertahan
untuk melindungi Rasulullah. Karena serangan bertubi-tubi, Rasulullah juga
mengalami luka di bagian pelipis dan rahang. Beliau bersabda, “Bagaimanakah
suatu kaum akan selamat jika mereka telah melukai Nabi mereka?”.
Saat itu turun
firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 128:
لَيۡسَ
لَكَ مِنَ ٱلۡأَمۡرِ شَيۡءٌ أَوۡ يَتُوبَ عَلَيۡهِمۡ أَوۡ يُعَذِّبَهُمۡ
فَإِنَّهُمۡ ظَٰلِمُونَ ١٢٨
128. Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam
urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka
karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim.
Rasulullah
berdoa, “Ya Allah, ampunilah kaumku, karena mereka tidak mengetahui”.
Lalu, datanglah
sekumpulan pasukan muslimin untuk melindungi Rasulullah. Di antara mereka
adalah Mush’ab bin Umair, Ali bin Abi Thalib, Sahl bin Hanif, Malik bin Sinan,
Umar bin Khattab, dan Abu Thalhah. Mush’ab yang mempertaruhkan nyawanya
akhirnya terbunuh oleh Ibnu Qami’ah yang mengira bahwa Mush’ab adalah
Rasulullah, karena wajahnya yang mirip. Maka Ibnu Qami’ah berteriak, “Sungguh,
Muhammad telah terbunuh!”.
Pasukan muslimin
menjadi panik dan pasukan musyrikin juga mulai mundur. Rasulullah segera
menyelinap di antara pasukan muslimin dan memerintahkan mereka agar tidak
mengumumkan keberadaannya agar tidak diketahui pasukan musyrikin. Pasukan
muslimin mundur secara teratur dan berlindung di celah-celah gunung Uhud.
Pasukan musyrikin masih mencoba menyerbu, namun pasukan muslimin berhasil
mengatasinya. Maka Rasulullah dan pasukan muslimin selamat dari serangan
mereka. Pasukan musyrikin mulai berhenti dan bersiap untuk pulang ke Mekkah.
Namun pasukan musyrikin sempat merusak mayat pasukan muslimin. Bahkan Hindun
binti Utbah menyayat tubuh Hamzah untuk diambil hatinya. Saat berusaha
mengunyahnya, dia tak sanggup melakukannya dan memuntahkan kembali. Rasulullah
bersedih saat melihat Hamzah, paman beliau, sudah meninggal dalam kondisi parah.
Beliau sempat marah dan ingin melakukan pembalasan. Lalu Allah memperingatkan
beliau agar bersikap tabah. Maka Rasulullah memaafkan mereka dan tetap tabah
dalam menghadapi musibah.
Surat An-Nahl
ayat 126-127:
وَإِنۡ
عَاقَبۡتُمۡ فَعَاقِبُواْ بِمِثۡلِ مَا عُوقِبۡتُم بِهِۦۖ وَلَئِن صَبَرۡتُمۡ
لَهُوَ خَيۡرٞ لِّلصَّٰبِرِينَ ١٢٦ وَٱصۡبِرۡ
وَمَا صَبۡرُكَ إِلَّا بِٱللَّهِۚ وَلَا تَحۡزَنۡ عَلَيۡهِمۡ وَلَا تَكُ فِي
ضَيۡقٖ مِّمَّا يَمۡكُرُونَ ١٢٧
126. Dan jika kamu memberikan balasan, maka
balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan
tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang
yang sabar.
127. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah
kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih
hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa
yang mereka tipu dayakan.
Jumlah muslim
yang mati syahid sebanyak 70 orang dan mereka dikuburkan dengan pakaian mereka
di tempat itu juga tanpa dimandikan sesuai perintah Rasulullah. Lalu pasukan
muslimin pulang ke Madinah. Meskipun merasa sedih, kaum muslimin tetap
bersyukur karena Rasulullah masih hidup.
Hal ini memang
bukanlah akhir dari perjuangan kaum muslimin. Karena ini menjadi pelajaran bagi
kaum muslimin agar terus berusaha hingga akhirnya Islam diterima oleh penduduk
Mekkah, orang Arab, dan menyebar ke seluruh dunia.
(Benteng Terpadu Raya)
Referensi:
·
Mubarakfuri,
Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah.
Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·
Haekal,
Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.
·
Abu
Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri. Sirah
Nabawiyah Ibnu Hisyam. 2000. Jakarta Timur: Darul Falah.
No comments:
Post a Comment