Setelah
peristiwa perang Uhud yang membuat kaum muslimin merasakan kesedihan, mereka
merasa bahwa kota Madinah sudah terasa aneh sekali dan masih ada musuh yang
mengejar mereka. Kekalahan kaum muslimin membuat kewibawaan mereka menurun,
tidak disegani lagi, dan merasakan adanya tekanan dari berbagai pihak. Maka mereka
selalu bersiaga dan sempat akan menghadapi kelompok Abu Sufyan dari pihak
musyrikin Quraisy yang akan kembali ke Madinah untuk menghabisi kaum muslimin
yang masih ada. Namun pertempuran tidak terjadi karena kelompok Abu Sufyan
merasa tidak berani menghadapi kaum muslimin yang lebih bersemangat.
Kaum muslimin
melihat situasi Madinah yang sudah banyak mengalami perubahan dan Nabi Muhammad
tetap memegang kekuasaan di kota Madinah. Namun, Kaum Yahudi dan kaum munafik
mulai berani memusuhi Nabi Muhammad seara terang-terangan. Saat itu, keadaan
menjadi semakin genting sekali, bukan hanya di dalam kota Madinah saja, bahkan
hingga kabilah-kabilah Arab lainnya yang merasa ketakutan saat mengetahui
kekuasaan muslimin. Kekalahan pasukan muslimin di Uhud membuat kabilah-kabilah
Arab ingin menentang kekuasaan muslimin dan mengadakan perlawanan. Kaum
muslimin seolah-olah dianggap tidak berdaya lagi. Maka Nabi Muhammad berusaha untuk mengikuti
kabar-kabar di sekitar penduduk Madinah dan kalangan Arab, agar kaum muslimin
memperoleh kedudukan, kekuatan, dan kehormatan kembali seperti sebelumnya. Nabi
Muhammad memang selalu bersikap bijaksana dalam menentukan arah kehidupan kaum
muslimin.
Kabar pertama
yang sampai kepada Rasulullah setelah perang Uhud adalah tentang dua bersaudara
yaitu Tulaiha dan Salama bin Khuwailid, keduanya pemimpin Bani Asad pada saat
itu, sedang menggalang kekuatan bersama masyarakat dan orang-orang yang taat
kepada keduanya untuk menyerang Madinah dan menyerbu kaum muslimin sampai ke
dalam rumah-rumah untuk memperoleh harta dan merampas hewan-hewan ternak kaum
muslimin yang berada di ladang-ladang sekitar kota Madinah. Persiapan ini
mereka lakukan saat dua bulan setelah perang Uhud. Mereka berani untuk
merencanakan hal tersebut karena menganggap bahwa Rasulullah dan kaum muslimin
masih menderita karena kalah di perang Uhud.
Setelah
Rasulullah mengetahui rencana jahat itu, beliau segera memanggil Abu Salama bin
Abdul Asad untuk memimpin pasukan yang terdiri dari 150 orang dari kaum
Muhajirin dan Ansar, termasuk Abu Ubaida bin Al Jarrah, Sa’ad bin Abi Waqqash,
dan Usaid bin Hudzair. Mereka diperintahkan agar berjalan pada malam hari dan
bersembunyi pada siang hari dengan melalui jalan yang tidak biasa dilalui
orang-orang, agar pergerakan dan jejak mereka tidak diketahui oleh musuh.
Dengan begitu mereka dapat melakukan serangan secara tiba-tiba dan menyergap
musuh. Abu Salama melaksanakan tugas ini dengan baik. Pasukannya berhasil
menyerang musuh dalam keadaan tidak siap. Pasukan musuh sudah terkepung saat
masih pagi sekali. Musuh pun sudah tidak sanggup bertahan lagi. Dua pasukan
segera dikerahkan untuk mengejar mereka dan merebut rampasan perang yang ada.
Abu Salama dan pasukan lainnya menunggu datangnya pasukan yang dikirim beserta
rampasan perang yang mereka bawa. Dengan begini, salah satu musuh sudah
berhasil ditaklukkan.
Lalu harta
rampasan diambil seperlimanya terlebih dahulu untuk Tuhan, Rasulullah,
orang-orang miskin, dan para musafir (intinya, seperlima bagian ini untuk
perjuangan dan sedekah dalam agama Islam). Bagian lainnya dibagi sesama mereka,
lalu mereka kembali ke Madinah dengan membawa kemenangan. Kehormatan yang agak memudar
karena kekalahan di Uhud, saat itu sudah mulai kembali lagi. Namun Abu Salama
tidak hidup lama setelah ekspedisi tersebut. Dia menderita luka-luka yang belum
benar-benar sembuh karena perang Uhud. Dia tetap menjalankan perintah
Rasulullah dengan sungguh-sungguh hingga lukanya terbuka dan mengucurkan darah
lagi. Akhirnya luka yang dialaminya itu membuatnya meninggal.
Kemudian setelah
itu, pada bulan Muharram tahun 4 Hijriah, Rasulullah juga menerima kabar lagi bahwa
Khalid bin Sufyan bin Nubaih Al Hudzali yang tinggal di Nakhla atau di ‘Urana
telah mengumpulkan orang-orang untuk menyerang Rasulullah. Maka Rasulullah
memerintahkan Abdullah bin Unais untuk meneliti dan mengecek kebenaran kabar
itu. Abdullah berjalan menuju ke tempat Khalid yang saat itu sedang berada di
rumah bersama istri-istrinya. Dia sampai di sana pada minggu terakhir bulan
Muharram. Khalid yang melihat kedatangan Abdullah bertanya, “Siapa kamu?”.
Abdullah menjawab, “Saya dari golongan Arab juga. Saya mendengar bahwa Anda
hendak mengumpulkan orang-orang untuk menyerang Muhammad, maka saya datang ke
sini”.
Khalid berkata
yang sebenarnya bahwa dia memang sedang mengumpulkan orang-orang untuk menyerbu
Madinah. Abdullah sudah memastikan bahwa Khalid sedang tidak bersama
bawahannya, kecuali hanya bersama istri-istrinya. Maka Abdullah mencari cara
agar Khalid mau diajak jalan bersama-sama. Saat Abdullah mendapat kesempatan,
dia menghantam Khalid dengan pedangnya hingga Khalid tewas. Istri-istrinya pun
berkerumun menangisinya. Kemudian Abdullah kembali ke Madinah dan menyampaikan
kabar itu kepada Rasulullah. Konon, Rasulullah menghadiahkan tongkat kepada
Abdullah karena keberhasilannya dalam membunuh Khalid. Beliau bersabda, “Inilah
tanda hubunganku dengan engkau hingga hari kiamat”. Diriwayatkan bahwa saat
Abdullah menemui ajalnya, dia telah berpesan agar tongkat itu dikafankan
bersama jenazahnya.
Inilah
usaha-usaha dari Rasulullah untu menangkal segala ancaman yang hendak
menghampiri kaum muslimin. Ini dilakukan agar kaum muslimin tetap mampu menjaga
kewibawaan dan menunjukkan kekuatannya. Ancaman-ancaman tersebut dapat
membahayakan kaum muslimin dan penyebaran agama Islam jika dibiarkan begitu
saja. Tujuan Rasulullah dalam perjuangan selama ini adalah untuk menyebarkan
agama Islam dan memberitahu bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa dan hanya
Dia yang patut disembah. Tujuan ini tidak boleh dihalangi oleh siapapun dan
apapun. Maka siapapun yang menentang keesaan Allah harus dibasmi.
Referensi:
·
Mubarakfuri,
Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah.
Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·
Haekal,
Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.
·
Al-Mubarakfuriyy,
Syeikh Safy Al-Rahman. Seerah Nabawiyyah,
Al-Raheeq Al-Makhtum.
No comments:
Post a Comment