Friday, May 31, 2019

KISAH NABI MUHAMMAD SAW - Perang Dzatu ar-Riqa’

Setelah peristiwa perang Bani Nadhir yang hasilnya kaum muslimin mampu membuat Bani Nadhir Yahudi keluar dari Madinah karena mereka hendak mengkhianati Nabi Muhammad, Nabi Muhammad tinggal di Madinah selama bulan Rabiul Awal dan sebagian Jumadil Ula tahun 4 Hijriah. Kaum munafik mencoba untuk tidak memusuhi kaum muslimin secara teranga-terangan. Kemudian Nabi Muhammad dan pihak muslimin akan berusaha untuk membendung serangan suku-suku Arab lainnya yang mencoba melawan kaum muslimin.

 Setelah itu, beliau menerima kabar bahwa ada sebuah kelompok di Ghatafan di Najd yang hendak menyerang beliau. Nabi Muhammad selalu memiliki taktik untuk menyergap musuh secara mendadak sebelum musuh sempat bersiap untuk mempertahankan diri. Kemudian, beliau pergi ke Najd bersama 400 orang untuk berperang melawan Bani Muharib dan Bani Tsa’labah dari Ghatafan. Beliau menunjuk Abu Dzar Al Ghifari untuk menjadi imam sementara di kota Madinah. Ada juga yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad memberi amanah kepada Utsman bin Affan untuk menjadi imam sementara  di kota Madinah.

Menurut Ibnu Hisyam, perang tersebut dinamakan perang Dzatu ar-Riqa’ karena kaum Muslimin menjahit dan memperbaiki panji-panji perang di sana. Namun ada juga pendapat lain bahwa dinamakan perang Dzatu ar-Riqa’ karena Dzatu ar-Riqa’ adalah nama pohon di kawasan tersebut. Wallahu A'lam.

Di Dzatu ar-Riqa’, Rasulullah SAW menghadapi pasukan Ghatafan yang berjumlah sangat banyak. Namun tidak terjadi perang sungguhan di antara mereka, karena masing-masing pihak sama-sama khawatir terhadap pihak lain sehingga Rasulullah mengerjakan Shalat Khauf (artinya takut) bersama para sahabat. Riwayat lain menyebutkan bahwa saat Bani Muharib dan Bani Tsa’labah sudah berkumpul, pasukan Rasulullah segera menyerbu ke tempat-tempat mereka sehingga mereka lari tunggang-langgang dengan meninggalkan harta, kaum wanita dan anak-anak. Apa yang dapat dibawa oleh kaum Muslimin, maka mereka bawa dalam pulang ke Madinah.

Namun, karena pihak muslimin khawatir jika musuh akan menyerang balik, mereka melakukan penjagaan secara bergantian saat siang dan malam. Saat itulah mereka melakukan Sholat Khauf yang diimami oleh Rasulullah. Sebagian dari mereka menghadap ke arah musuh agar dapat mengantisipasi serangan musuh jika terjadi, sedangkan sebagian yang lain sholat dua raka’at bersama Rasulullah. Namun selama itu tidak ada pergerakan musuh yang tampak. Lalu Rasulullah bersama para sahabat kembali ke Madinah setelah 15 hari meninggalkan kota itu. Mereka kembali dengan sukses dengan perasaan gembira.

Ibnu Hisyam berkata: Abdul Warits bin Said At Tannuri yang bernama asli Abu Ubaidah berkata kepadaku bahwa Yunus bin Ubaid berkata kepadaku dari Al Hasan bin Abu Al Hasan dari Jabir bin Abdullah yang berkata tentang Sholat Khauf: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melaksanakan Sholat Khauf dua raka’at bersama dua kelompok secara bergiliran. Pertama beliau sholat dengan kelompok pertama lalu salam, kemudian kelompok yang tadinya menghadap musuh datang dan lalu Rasulullah mengimami lagi sholat dua raka’at yang lain bersama mereka lalu salam.

Ibnu Hisyam berkata: Abdul Warits bin Sa’id bin At Tannuri berkata kepadaku bahwa Ayyub berkata kepadanya dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang berkata: Imam melaksanakan sholat bersama shaf pertama yang berdiri bersamanya sedangkan shaf kedua menghadap musuh, kemudian imam ruku’ dan sujud diikuti shaf pertama, kemudian mereka bergerak mundur ke belakang dan mengganti shaf yang tadi menghadap musuh, kemudia shaf kedua maju ke depan, lalu imam ruku’ bersama mereka satu raka’at dan sujud bersama mereka, kemudian masing-masing shaf sholat satu raka’at sendiri-sendiri. Jadi masing-masing shaf shalat satu raka’at bersama imam dan mereka sholat satu raka’at secara sendirian.

Referensi:
·         Haekal, Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.
·         Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri. Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam. 2000. Jakarta Timur: Darul Falah.
·         Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri. Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam. 2000. Jakarta Timur: Darul Falah.


Thursday, May 30, 2019

MAQUETTE BETTERPAD-RAY - 3T Water: too much, too little, too dirty



Regarding problems in rivers or water on land, there are three classic problems of water which are often called 3T: too much, too little, too dirty. Too much means that somewhere there is too much water and too little means somewhere too little water. The greater the difference between the highest amount of water and the smallest amount of water in a year in a river, the more damaged the River Flow Area is. Other indications can also be known from the classic problem in Indonesia throughout the year: flooding in the rainy season and drought in the dry season, so that it can be said that the season in Indonesia is no longer just the rainy and dry seasons but the flood season and drought season.

There are various news about illegal logging in the forest that occur in Indonesia by hands who do not want to be responsible. The thieves carry out their actions secretly with the intention of only seeking their own benefit without thinking about the negative impact on the environment. Even though there were those who were arrested by the police, there were still other ignorant hands that damaged the forest. Because of illegal logging, the area of forest in Indonesia is decreasing. The forests were also cleared and left only bare vacant land. If deforested forests occur in the upstream area of the river, it will cause disasters that damage natural ecosystems and also harm human life. When heavy rains occur in the upper reaches of the river where the forest is depleted, large amounts of water will immediately drop down (downstream of the river) very simply because there are no barriers and absorbers of water, namely trees. This results in the occurrence of flash floods in the middle and bottom (downstream) of the river and crashes whatever passes through it. The natural environment will be damaged and settlements along with various facilities will be submerged and suffered severe damage due to the brunt of the flood. Of course this causes harm to humans. In the dry season, deforested forests cause water that should be stored in the upstream and in the soil to have flowed away, not saved. This causes dryness. Water is also hard to find so that humans and other living things find it difficult to make ends meet.


Too dirty, which means the river is too dirty showing the problem of river water pollution which is also a serious concern. The presumption of the status of the river (culturally) as a trash can (waste) must be changed so that the river must be a clean place with the awareness of the community not to throw garbage into the river. Factory waste and industrial area waste should not be disposed of carelessly into the river by the management. Actually there are laws that regulate waste management so that it is managed by the public and the threat of punishment or sanctions for those who violate it, namely Law Number 18 of 2008 concerning Waste Management (Indonesia: UU No. 18 tahun 2008).

Dirty and cloudy river water is also caused by erosion upstream so that the river flows carry material that continues to accumulate upstream. This often happens in Indonesia, especially in Java. These fine materials will gather and settle downstream so that the river experiences constriction and siltation. Especially if the river is not properly maintained, for example, there are plants on the banks of the river that can increase sedimentation because fine materials are held by plants. Materials such as sand basically do not settle and are actually able to erode the riverbed including precipitation. Narrowing and silting of the river causes water to easily overflow during the rainy season and floods that inundate the surrounding area. The wells owned by residents that are submerged by floods will run cloudy and are actually not suitable for consumption. The most important way to prevent it is not to plant or allow plants, especially large grass species to grow on the banks of rivers or avoid other things that accelerate sedimentation. The most important way to deal with it is by dredging.



Wiroko River Condition in Wonogiri Regency, Central Java Province, Indonesia. The picture was taken from the Karangturi Bridge, Bulurejo, Nguntoronadi.


Problems on the banks of the river are also serious things that have to get a solution. Determination of river border lines must be implemented correctly. This in fact has difficulties, namely the river banks that already have various infrastructures such as houses, shops, markets, and others. This problem occurs because technical interests (engineering) and environmental aspects conflict with social and economic aspects.

The Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya / Great Integrated Fortress "Mural Wall") model is a building complex design that God willing in its development will pay attention to environmental sustainability, in this case water. Building materials in the form of wood for Betterpad-Ray will take from the forest, which according to the rules is used for humans. Betterpad-Ray development will not use wood from illegal logging. This is one of the acts of rejection of illegal logging. God willing, Betterpad-Ray will preserve water, especially around the building complex, for example making a wide ditch, providing trash bins so as not to dispose of garbage into rivers / streams of water, planting trees, and so on. The location and method of building Betterpad-Ray will also not interfere with water preservation. Betterpad-Ray can also be a place for meetings or discussions about water preservation that can be done in the Pendapa Peradaban  (Civilization Pavilion) or the Betterpad-Ray Main Building. The Shahada Mosque (Masjid Syahadat) can also give advice by scholars to preserve the environment, including water. So not only worship and morality are discussed in the mosque.
Shahada Mosque (Masjid Syahadat)

Civilization Pavilion (Pendapa Peradaban)

Betterpad-Ray Main Building


This is the explanation of the article about the Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya / Great Integrated Fortress) model design. God willing, it can be realized. Aamiin.

Reference:

  • Robert J. Kodoatie and Roestam Sjarief. Tata Ruang Air. 2010. Yogyakarta: ANDI. (https://archive.org/stream/BukuArsitektur/1822_Tata%20Ruang%20Air#mode/2up)

MAKET BETTERPAD-RAY - Air yang 3T: too much, too little, too dirty



Mengenai permasalahan pada sungai atau air pada daratan, ada tiga masalah klasik air yang sering disebut 3T: too much, too little, too dirty. Too much berarti di suatu tempat ada air yang terlalu banyak dan too little berarti di suatu tempat jumlah air terlalu sedikit. Semakin besar selisih antara jumlah air terbanyak dan jumlah air terkecil dalam setahun di suatu sungai maka semakin rusak Daerah Aliran Sungainya. Indikasi lain juga dapat diketahui dari masalah klasik di Indonesia sepanjang tahun: banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau, sehingga dapat disebut bahwa musim di Indonesia bukan lagi hanya musim penghujan dan musim kemarau namun menjadi musim banjir dan musim kekeringan.
Ada berbagai berita tentang pencurian kayu di hutan dan penebangan pohon di hutan secara liar yang terjadi di Indonesia oleh tangan-tangan yang tidak mau bertanggung jawab. Para pencuri tersebut melakukan aksinya secara diam-diam dengan niat hanya mau mencari keuntungan sendiri saja tanpa memikirkan dampak negatifnya terhadap lingkungan. Meskipun sudah ada yang berhasil ditangkap polisi, namun masih saja ada tangan-tangan jahil lain yang merusak hutan. Karena penebangan liar, luas hutan di Indonesia semakin menurun. Hutan-hutan pun dibabat habis dan hanya menyisakan tanah kosong yang gundul. Jika hutan gundul terjadi di daerah hulu sungai maka akan menimbulkan bencana yang merusak ekosistem alam dan juga merugikan kehidupan manusia. Ketika hujan deras terjadi di daerah hulu sungai yang hutannya habis, maka air dalam jumlah banyak akan langsung turun ke bawah (hilir sungai) dengan sangat deras begitu saja karena tidak ada penghalang dan penyerap air yaitu pepohonan. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya banjir bandang di bagian tengah dan bawah (hilir) sungai dan menerjang apa saja yang dilewatinya. Lingkungan alam akan rusak dan pemukiman penduduk beserta berbagai fasilitasnya akan terendam serta mengalami kerusakan parah karena terjangan banjir. Tentu saja hal tersebut menimbulkan kerugian bagi manusia. Pada musim kemarau, hutan gundul menyebabkan air yang seharusnya tersimpan di pohon-pohon daerah hulu dan di dalam tanah sudah habis mengalir jauh. Hal ini menyebabkan terjadinya kekeringan. Air pun susah dicari sehingga manusia dan makhluk hidup lainnya sulit mencukupi kebutuhan.
Too dirty yang berarti sungai terlalu kotor menunjukkan masalah pencemaran air sungai yang juga menjadi perhatian serius. Anggapan status sungai (secara budaya) sebagai tempat sampah (buangan) harus diubah agar sungai harus menjadi tempat yang bersih dengan adanya kesadaran dari masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai. Limbah pabrik dan limbah daerah industri seharusnya tidak boleh dibuang sembarangan ke sungai oleh pengelolanya. Sebenarnya ada undang-undang yang mengatur tentang pengelolaan sampah agar diataati oleh masyarakat dan adanya ancaman hukuman atau sanksi bagi yang melanggarnya, yaitu UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
Air sungai yang kotor dan keruh juga disebabkan oleh adanya erosi di bagian hulu sehingga aliran sungai membawa material-material yang terus menumpuk hingga hulu. Hal ini sering terjadi di Indonesia terutama di Pulau Jawa. Material-material halus tersebut akan berkumpul dan mengendap pada bagian hilir sehingga sungai mengalami penyempitan dan pendangkalan. Terlebih jika sungai tidak dirawat dengan baik misalnya ada tumbuh-tumbuhan di tepi sungai yang dapat menambah pengendapan karena material-material halus tertahan oleh tumbuhan. Material seperti pasir pada dasarnya tidak mengendap dan justru mampu menggerus dasar sungai termasuk pengendapan. Penyempitan dan pendangkalan sungai menyebabkan air mudah meluap saat musim hujan dan terjadi banjir yang menggenangi daerah sekitar. Sumur-sumur milik warga yang terendam banjir akan berair keruh dan sebenarnya tidak layak dikonsumsi. Cara mencegah paling utama adalah tidak menanam atau membiarkan tumbuhan terutama jenis rumput besar untuk tumbuh di tepi sungai atau menghindari hal-hal lain yang mempercepat pengendapan. Cara mengatasi yang paling utama adalah dengan melakukan pengerukan.



Kondisi Sungai Wiroko di Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Gambar diambil dari Jembatan Karangturi, Bulurejo, Nguntoronadi.
Permasalahan di bantaran sungai juga menjadi hal serius yang harus mendapat solusi. Penentuan garis sempadan sungai harus diimplementasikan dengan benar. Hal tersebut pada nyatanya memiliki kesulitan yakni bantaran sungai yang sudah terlanjur terdapat berbagai infrastruktur seperti rumah, toko, pasar, dan lain-lain. Permasalahan ini terjadi karena kepentingan teknis (rekayasa) dan aspek lingkungan berbenturan dengan aspek sosial dan ekonomi.
Maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya "Tembok Mural") adalah desain kompleks bangunan yang Insya Allah dalam pembangunannya akan memerhatikan kelestarian lingkungan, dalam hal ini adalah air. Bahan bangunan berupa kayu untuk Betterpad-Ray akan mengambil dari hutan yang sesuai aturan memang dimanfaatkan untuk manusia. Pembangunan Betterpad-Ray tidak akan menggunakan kayu dari penebangan ilegal. Ini adalah salah satu tindakan penolakan terhadap penebangan liar. Insya Allah, Betterpad-Ray akan menjaga kelestarian air terutama di sekitar kompleks bangunan, misalnya membuat parit yang lebar, menyediakan tempat sampah agar tidak buang sampah ke sungai / aliran air, menanam pohon, dan sebagainya. Lokasi dan cara pembangunan Betterpad-Ray juga tidak akan mengganggu kelestarian air. Betterpad-Ray juga dapat menjadi tempat untuk rapat atau diskusi tentang kelestarian air yang dapat dilakukan di Pendapa Peradaban atau Bangunan Utama Betterpad-Ray. Masjid Syahadat juga dapat memberi nasihat oleh para ulama agar menjaga kelestarian lingkungan, termasuk air. Jadi bukan hanya ibadah dan akhlak saja yang dibahas di masjid.
Masjid Syahadat

Pendapa Peradaban

Bangunan Utama Betterpad-Ray

Demikianlah penjelasan dari artikel mengenai desain maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya). Insya Allah bisa diwujudkan. Aamiin.

Referensi:
·       Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief. Tata Ruang Air. 2010. Yogyakarta: ANDI. (https://archive.org/stream/BukuArsitektur/1822_Tata%20Ruang%20Air#mode/2up)



Wednesday, May 29, 2019

MAQUETTE BETTERPAD-RAY - Natural Lighting in Buildings for Human Comfort



Natural light provides an important role in humans in terms of comfort. The role is not only inside buildings, but also outside the building. At least there are two types of comfort that are influenced by natural light in humans, namely visual comfort and thermal comfort. In terms of visual comfort and convenience, the design approach plays an important role. Light and heat from the sun can be managed by directing, reducing, reflecting, or in other ways.

Visual comfort is something that makes humans able to see or access visual information without making it difficult or disturbing the sense of sight. Dark or dim visual conditions will cause discomfort to the senses of vision and this will make people difficult or unable to see the surrounding situation properly. Conversely, the excessive level of light from natural light will also cause discomfort in the sense of sight. If you see the light is too bright for a long time it can damage the eyes or maybe when you switch to seeing a darker place it will be difficult to see for a while. Lack and excess light also make the human eye become tired. This fatigue can have an adverse effect on humans. Therefore, good lighting is needed so that people can see and do work comfortably.

While thermal comfort is convenience because of the heat energy that accompanies sunlight. Heat energy, both directly and indirectly into the room can cause room temperature to increase. The heat trapped indoors will cause discomfort to the human body inside. The room is uncomfortable because of the temperature factor caused by the absence of good design considerations in reducing the heat generated by sunlight and the lack of air ventilation. But heat energy is also needed in certain conditions, especially to create a warm room during the winter. In this case the design that is realized must be in accordance with the needs of comfort, in addition to considering aesthetic factors. Sunlight and heat energy must be able to be used properly and optimally according to the needs and activities in the room.

The Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya / Great Integrated Fortress "Mural Wall") maquette/model/mockup is a complex design of buildings that will utilize sunlight as natural lighting that provides comfort for humans. The building that is perhaps the most distinctive and the center of attention at Betterpad-Ray is pendapa (pavilion) in the middle called Pendapa Peradaban (Civilization Pavilion). This pavilion is a building in the form of a hall that is usually used for certain events and gathering places that utilize natural lighting from sunlight according to traditional architecture. Buildings that are supported by poles without a cover wall make sunlight during the day able to enter the building so that it can illuminate inside without turning on the lights. The height poles and height of the building make a lot of sunlight that can enter into it. With the existence of the roof and the breadth of the room, the incoming light remains in accordance with the needs in it, meaning that it does not dazzle the eyes or not too dark, so that activities carried out in pendapa can be done safely and comfortably. Although sunlight easily enters, but the open space actually makes the temperature inside cool when it's hot in the tropical climate due to smooth air circulation. This is one of the greatness of the pendapa works of the Indonesian people long ago.

In addition to the Pendapa Peradaban (Civilization Pavilion), the Betterpad-Ray Mockup has a variety of buildings that will utilize natural light well to provide comfort. For example the Shahada Mosque (Masjid Syahadat) which has a lot of glass and windows and a Betterpad-Ray Main Building which is formed with empty areas in the middle so that all parts are exposed to sunlight such as office buildings or western-style buildings in general. And because it has used air vents, there is no need to use an air conditioner. Air vents and glass windows that can be opened have made the air cooler in the tropical climate but the heat of the sun can also provide warmth to the body especially for people who have been indoors in the morning until noon or evening.
Shahada Mosque (Masjid Syahadat)

Civilization Pavilion (Pendapa Peradaban)

Betterpad-Ray Main Building


This is the explanation of the article about the Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya / Great Integrated Fortress) model design. God willing, it can be realized. Aamiin.

Reference:
·       Manurung, Parmonangan. Pencahayaan Alami dalam Arsitektur. 2012. Yogyakarta: ANDI.
(https://archive.org/stream/BukuArsitektur/1713_Pencahayaan%20Alami%20dalam%20Arsitektur#mode/2up)


MAKET BETTERPAD-RAY - Pencahayaan Alami Pada Bangunan untuk Kenyamanan Manusia



Cahaya alami memberikan peran yang penting pada manusia dalam hal kenyamanan. Peran tersebut bukan hanya di dalam bangunan, namun juga di luar bangunan. Setidaknya ada dua macam kenyamanan yang dipengaruhi oleh cahaya alami pada diri manusia, yaitu kenyamanan visual dan kenyamanan thermal. Dalam kebutuhan terkait kenyamanan visual dan kenyamanan, pendekatan desain memegang peranan penting. Cahaya dan panas dari matahari dapat dikelola dengan mengarahkan, mereduksi, memantulkan, atau dengan cara lain.
Kenyamanan visual adalah hal yang membuat manusia mampu melihat atau mengakses informasi visual tanpa membuat sulit atau mengganggu indera penglihatan. Kondisi visual yang gelap atau redup akan menyebabkan ketidaknyamanan bagi indera penglihatan dan hal ini akan membuat manusia kesulitan atau tidak bisa melihat keadaan sekitarnya dengan baik. Sebaliknya, tingkat terangnya cahaya yang berlebihan dari cahaya alami juga akan menyebabkan ketidaknyamanan pada indera penglihatan. Jika melihat cahaya terlalu terang dalam waktu lama maka dapat merusak mata atau mungkin saat beralih melihat tempat yang lebih gelap maka akan sulit melihat untuk sementara. Kekurangan dan kelebihan cahaya juga membuat mata manusia menjadi cepat lelah. Kelelahan ini dapat memberikan efek buruk pada manusia. Karena itu, dibutuhkan penerangan yang baik agar manusia dapat melihat dan mengerjakan pekerjaan dengan nyaman.
Sedangkan kenyamanan thermal adalah kenyamanan karena energi panas yang menyertai cahaya matahari. Energi panas, baik yang langsung maupun yang tidak langsung masuk ke dalam ruangan bisa menyebabkan suhu ruangan meningkat. Panas yang terjebak di dalam ruangan secara berlebih akan menimbulkan ketidaknyamanan terhadap tubuh manusia di dalamnya. Ruangan yang tidak nyaman karena faktor suhu disebabkan oleh tidak adanya pertimbangan desain yang baik dalam mengurangi panas yang ditimbulkan cahaya matahari serta kurangnya ventilasi udara. Namun energi panas juga dibutuhkan dalam kondisi tertentu terutama untuk menciptakan ruangan yang hangat saat musim dingin. Dalam hal ini desain yang diwujudkan harus sesuai dengan kebutuhan kenyamanan, selain mempertimbangkan faktor estetika. Cahaya matahari beserta energi panas harus mampu dimanfaatkan dengan baik dan maksimal sesuai kebutuhan dan aktivitas di dalam ruangan.
Maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya "Tembok Mural") adalah desain kompleks bangunan yang akan memanfaatkan cahaya matahari sebagai pencahayaan alami yang memberikan kenyamanan bagi manusia. Bangunan yang mungkin paling khas dan menjadi pusat perhatian di Betterpad-Ray adalah pendapa (paviliun) di tengah yang bernama Pendapa Peradaban. Pendapa ini adalah bangunan berupa aula yang biasanya digunakan untuk acara-acara tertentu dan tempat berkumpul yang memanfaatkan pencahayaan alami dari cahaya matahari sesuai arsitektur tradisional. Bangunan yang ditopang tiang-tiang tanpa dinding penutup ini membuat cahaya matahari saat siang hari mampu masuk ke dalam bangunan sehingga dapat menerangi di dalamnya tanpa menghidupkan lampu. Tiang tinggi dan tingginya ruang bangunan membuat banyak cahaya matahari yang dapat masuk ke dalamnya. Dengan adanya atap dan luasnya ruangan, cahaya yang masuk tetap sesuai kebutuhan di dalamnya, artinya tidak menyilaukan mata atau juga tidak terlalu gelap, sehingga kegiatan yang dilakukan di dalam pendapa dapat dilakukan dengan aman dan nyaman. Meskipun cahaya matahari mudah masuk, namun ruangan terbuka sebenarnya membuat suhu di dalamnya menjadi sejuk saat panas di iklim tropis karena sirkulasi udara yang lancar. Inilah salah satu kehebatan pendapa karya bangsa Indonesia sejak dahulu.
Selain di Pendapa Peradaban, Maket Betterpad-Ray memiliki berbagai bangunan yang akan memanfaatkan cahaya alami dengan baik agar memberikan kenyamanan. Misalnya Masjid Syahadat yang memiliki banyak kaca dan jendela serta Bangunan Utama Betterpad-Ray yang dibentuk dengan daerah kosong di tengahnya agar semua bagian terkena cahaya matahari seperti bangunan-bangunan kantor atau bangunan gaya barat pada umunya. Dan karena sudah menggunakan ventilasi udara, maka tidak perlu menggunakan air conditioner. Jalusi serta jendela kaca yang dapat dibuka sudah membuat udara lebih sejuk di iklim tropis namun panas cahaya matahari juga dapat memberikan kehangatan pada tubuh terutama bagi orang-orang yang sejak pagi berada di dalam ruangan hingga siang atau sore hari.
Masjid Syahadat

Pendapa Peradaban

Bangunan Utama Betterpad-Ray

Demikianlah penjelasan dari artikel mengenai desain maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya). Insya Allah bisa diwujudkan. Aamiin.

Referensi:
·       Manurung, Parmonangan. Pencahayaan Alami dalam Arsitektur. 2012. Yogyakarta: ANDI.
(https://archive.org/stream/BukuArsitektur/1713_Pencahayaan%20Alami%20dalam%20Arsitektur#mode/2up)



MAQUETTE BETTERPAD-RAY - Frame at the Shahada Mosque (Masjid Syahadat)



Installation of glass, shutters, or door leaf on a building requires a fairly sturdy frame. Apart from being used for hanging doors, windows and glass frames, frames are also useful as a barrier to the upper and side walls. Usually if the type of frame installed has a weak resistance, cracks will be found on the wall at the corner. The design of the Shahada Mosque (Masjid Syahadat) which is part of the Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya / Great Integrated Fortress "Mural Wall") model will pay attention to the selection of frames properly and correctly. In order to be safe and create beauty, God willing, the Shahada Mosque will install frames that are of good quality and durable.

Frame is grouped by type of material. There are at least four types of frame materials commonly used, namely wood, aluminum, fiber or plastic, and iron or steel. These materials have advantages and disadvantages according to their respective characteristics.

Wood frames have advantages that are easy to work with, have a beautiful and natural impression, and are easy to finishing. The disadvantages are not fire and water resistance, easily exposed to termites, and hard to obtain dry wood. Aluminum frames have advantages on a display that seems modern and does not require finishing, but the price is relatively expensive, not impact resistant, and not all builders can install it. While fiber frames are resistant to water, color choices vary, and prices are relatively cheap. But the fiber frame is less sturdy and the door moves quickly because the hinges are not strong enough.

Shahada Mosque (Masjid Syahadat) in Betterpad-Ray is a mosque that has traditional architectural designs that use natural materials for building materials. Then wood will be used as frame material in the Shahada mosque. Besides being natural, the shape of the wooden frame in the mosque can be made as desired. Basically the frame has a rectangular frame shape. As for Islamic architecture which also imitates Arabic style, wood can be formed into frames that have curves with style and size as desired.

Frame consists of four basic components and additional components.

o   Doors are components of buildings that function as access to and out of people from and into buildings. The door leaf material is usually adjusted to the frame material or combination. The door to the design of the Shahada mosque will have the same color as the frame with the same material, namely wood. And wood material is a material that is still often used in new mosques (in Indonesia) because it maintains traditional architecture.



o   Windows are building components that have dual functions, namely as lighting in buildings, and air vents. In the past, houses generally had a large enough yard. Houses at that time which partially survived until now had windows made of wood arranged by providing gaps because the yard was wide and for security. Windows like this are usually only opened during the day. Now the window is very diverse and generally in the form of a frame that surrounds the glass. While mosques in general including the design of the Shahada mosque will use glass windows because of lighting.


o   Glass is a component of a building that functions as a place of entry of light and so that people inside can see the situation outside or maybe vice versa. This glass is mounted on the frame. There are many mosques that use glass in addition to windows as lighting.


o   Air vent is a component of a building that functions as an air circulation for a house or building. But there is also air vent installed on the door and window as ventilation and lighting. The form of air vent can also be made according to the wishes and architecture of the building, especially the mosque which can use the form of air vent in the form of arches like a dome.


o   Hangers are complementary components that function to hang windows and doors so that they can be fused as a door or window unit. Various types of hangers include locks, wind hooks, latches, and hinges. God willing, the Shahada Mosque in Betterpad-Ray will use these tools with good quality to be safe and comfortable.




Hopefully the design of the Shahada Mosque (Masjid Syahadat), which is part of the Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya / Great Integrated Fortress) model, can inspire and be realized. Aamiin.

Reference:
·         Susanta, Gatut, and friends. Membangun Masjid & Mushola. 2007. Depok: Penebar Swadaya. (https://archive.org/stream/BukuArsitektur/1048_Membangun%20Masjid%20dan%20Mushola#mode/2up)

MAKET BETTERPAD-RAY - Kusen pada Masjid Syahadat



Pemasangan kaca, daun jendela, atau daun pintu pada suatu bangunan membutuhkan bingkai yang cukup kokoh. Bingkai ini biasanya disebut kusen. Selain digunakan untuk penggantung pintu, jendela, dan bingkai kaca, kusen juga berguna sebagai penahan dinding sebelah atas dan samping. Biasanya jika jenis kusen yang dipasang memiliki ketahanan yang lemah, akan ditemukan retakan pada tembok di bagian sudutnya. Desain Masjid Syahadat yang merupakan bagian dari maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya "Tembok Mural") akan memperhatikan pemilihan kusen dengan baik dan benar. Agar aman dan menimbulkan keindahan, Insya Allah Masjid Syahadat akan memasang kusen yang memiliki kualitas baik dan tahan lama.
Kusen dikelompokkan berdasarkan jenis bahan materialnya. Setidaknya ada empat jenis bahan kusen yang biasa digunakan, yaitu kayu, aluminium, fiber atau plastik, dan besi atau baja. Bahan-bahan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan sesuai karakteristik masing-masing.
Kusen kayu memiliki kelebihan yaitu mudah dikerjakan, memiliki kesan indah dan alami, serta mudah di-finishing. Kekurangannya adalah tidak tahan api dan air, mudah terkena rayap, serta sulit diperoleh kayu yang kering. Kusen aluminium memiliki kelebihan pada tampilan yang terkesan modern dan tidak diperlukan finishing, namun harganya relatif mahal, tidak tahan benturan, dan tidak semua tukang bangunan bisa memasangnya. Sementara kusen fiber tahan terhadap air, pilihan warna bermacam-macam, dan harga relatif murah. Namun kusen fiber kurang kokoh dan pintunya cepat bergerak karena engsel kurang kuat.
Masjid Syahadat di Betterpad-Ray adalah masjid yang memiliki desain arsitektur tradisional yang memakai bahan-bahan alam untuk bahan bangunannya. Maka akan digunakan kayu sebagai bahan kusen pada masjid Syahada. Selain alami, bentuk kusen kayu pada masjid dapat dibuat sesuai keinginan. Pada dasarnya kusen memiliki bentuk bingkai segi empat. Sedangkan untuk arsitektur Islami yang juga meniru gaya Arab, kayu dapat dibentuk menjadi kusen yang memiliki lengkungan dengan gaya dan ukuran sesuai keinginan.
Kusen terdiri dari empat komponen dasar dan komponen tambahan.
o   Pintu adalah komponen bangunan yang berfungsi sebagai akses keluar masuknya orang-orang dari dan ke dalam bangunan. Bahan daun pintu biasanya disesuaikan dengan bahan kusen atau kombinasi. Pintu pada desain masjid Syahadat akan memiliki warna yang sama dengan kusen dengan bahan yang juga sama yaitu kayu. Dan bahan kayu merupakan bahan yang masih sering digunakan pada masjid yang baru karena mempertahankan arsitektur tradisional.


o   Jendela adalah komponen bangunan yang memiliki fungsi gandaa, yaitu sebagai pencahayaan di dalam bangunan, dan ventilasi udara. Dahulu, umumnya rumah memiliki halaman yang cukup luas. Rumah-rumah pada masa itu yang sebagian dapat hingga bertahan hingga sekarang memiliki jendela yang terbuat dari kayu yang disusun dengan memberikan celah-celah karena halamannya lebar dan untuk keamanan. Jendela seperti ini biasanya hanya dibuka saat siang hari. Sekarang jendela sudah sangat beragam dan umumnya berupa bingkai yang mengelilingi kaca. Sedangkan masjid-masjid pada umumnya termasuk desain masjid Syahadat akan menggunakan jendela kaca karena untuk pencahayaan.

o   Kaca adalah komponen bangunan yang berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya dan agar orang-orang di dalam bisa melihat keadaan di luar atau mungkin juga sebaliknya. Kaca ini dipasang pada kusen. Ada banyak masjid yang menggunakan kaca selain untuk jendela sebagai pencahayaan.

o   Jalusi adalah komponen bangunan yang berfungsi sebagai ventilasi udara untuk suatu rumah atau bangunan. Namun ada juga jalusi yang dipasang di atas pintu dan jendela sebagai ventilasi dan pencahayaan. Bentuk jalusi juga dapat dibuat sesuai keinginan dan arsitektur bangunan, terutama masjid yang dapat menggunakan bentuk jalusi berupa lengkungan seperti kubah.

o   Alat penggantung adalah komponen pelengkap yang berfungsi untuk menggantung jendela dan pintu sehingga dapat menyatu sebagai unit pintu atau jendela. Macam-macam alat penggantung antara lain kunci, kait angin, grendel, dan engsel. Insya Allah Masjid Syahadat di Betterpad-Ray akan menggunakan alat-alat tersebut dengan kualitas baik agar aman dan nyaman.




Semoga desain Masjid Syahadat yang merupakan bagian dari maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya) dapat memberikan inspirasi dan dapat diwujudkan. Aamiin.

Referensi:
·         Susanta, Gatut, dkk. Membangun Masjid & Mushola. 2007. Depok: Penebar Swadaya. (https://archive.org/stream/BukuArsitektur/1048_Membangun%20Masjid%20dan%20Mushola#mode/2up)

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts